Guru merupakan profesi yang mulia dan
dituntut selalu memperbarui ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam
pendapatnya Prof. Dr. Arief Rahman (Jawa Pos 1 Januari 2008), mengatakan
bahwa tidak mungkin pendidikan di suatu negara menjadi baik tanpa guru-guru
yang berkualitas.
Begitu banyak tulisan atau buku
bertemakan tentang pendidikan yang ditulis oleh seorang pakar pendidikan
ataupun orang yang berkompenten dalam dunia pendidikan. Tetapi sangat jarang
tulisan maupun buku-buku yang bertemakan pendidikan dikarang atau ditulis oleh
seorang guru biasa. Artinya peran serta guru dalam menyumbangkan pikiran maupun
ide mereka tidak disalurkan dalam bentuk tulisan.
Masih segar ingatan kita selama masa kuliah, begitu banyak tugas-tugas
yang menuntut kita untuk membuat suatu tulisan, misalnya dalam laporan
kunjungan, laporan praktek mengajar dan yang paling menentukan dalam kelulusan
yakni karya tulis ilmiah atau skripsi. Akan tetapi setelah bertahun-tahun lulus
dari bangku kuliah, kita seakan lupa akan proses pembuatan karya tulis seperti
tersebut diatas. Apalagi rutinitas dan aktifitas mengajar adalah suatu
pekerjaan yang sudah banyak menyita waktu. Dan hasilnya seorang guru terjebak
dalam rutinitas belaka tanpa berusaha mengembangkan diri.
Dari para finalis lomba Karya Tulis Guru Tingkat Nasional tahun 2007 lalu
yang diadakan Departemen Pendidikan Nasional, Propinsi Jawa Timur hanya mampu
mengirimkan 23 finalis. Jumlah ini tidak sesuai dengan penghargaan Jawa Timur
dalam perannya mengentaskan WAJAR 9 tahun oleh Presiden Susilo Bambang
Yudoyono. Sedikitnya finalis LKTG Tingkat Nasional ini meyakinkan argumen saya
tentang budaya membaca dan membuat karya tulis atau menulis untuk guru di Jawa
Timur rendah sekali. Mengapa bisa begitu
?
Mengapa harus menulis
Pernyataan Prof Rahman menyentak
hati nurani kita sebagai guru. Apakah kita sudah berkualitas? Tentu jawaban ini
terserah pada masing-masing individu. Tetapi boleh saya mengargumentasikan
kondisi pendidikan kita beberapa tahun kedepan. Saat ini dunia pendidikan atau
masalah pendidikan adalah masalah yang sekian dari permasalahan negara ini.
Anggaran pendidikan dalam APBNpun 20 % dari rencana awal dalam UU Sisdiknas
masih tersendat-sendat. Tetapi untuk menyenangkan guru, pemerintah menjadwalkan
agenda sertifikasi guru. Sertifikasi ini tujuannya adalah menjadikan guru Indonesia
yang terampil, kompenten, dan profesional. Untuk menuju kesana dibutuhkan
syarat-syarat yang ketat dari calon penerima sertifikasi. Satu diantaranya adalah
pengembangan diri termasuk pernah membuat karya tulis, buku, artikel, ataupun
laporan penelitian. Diharapkan dengan pengembangan diri seorang guru ini
pengetahuan keilmuan yang terdapat di dalam diri seorang guru bisa di merger
dengan peserta didik.
Menulis dan membuat karya tulis pada dasarnya adalah berawal dari
membaca. Seorang guru yang merasa sudah pintar dan tidak mau membaca
memperbarui ilmunya, maka guru tersebut ketinggalan 1000 langkah dari muridnya.
Ibarat kata murid sudah sampai Amerika Serikat dengan naik pesawat super cepat,
sedangkan guru baru saja meninggalkan halaman rumahnya menuju Amerika Serikat
dengan naik Sepeda Onthel. Dengan membaca, maka guru akan menemukan
sesuatu yang baru pada dirinya. Sesuatu ini diharapkan mampu membuat dirinya
lebih percaya diri, terutama terhadap muridnya. Membaca pula akan menemukan
permasalahan–permasalahan baru sehingga perlu dengan cepat menyelesaikannya.
Atau sebaliknya bagi guru yang menemukan permasalahan-permasalahan akan cepat
terselesaikan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari membaca. Nah, bagi seorang guru yang sering dan gemar
membaca akan selalu merasa tidak ketinggalan dengan ilmu yang dimiliki
muridnya. Jangan dikira murid kita sekarang adalah benda hidup yang mati atau
dalam bahasa kasar adalah murid-murid itu identik dengan bodoh belum tahu
apa-apa. Di zaman yang serba mutakhir ini, semua akses bisa dimengerti dan
dipahami murid-murid kita, walaupun mereka di jenjang SD.
Tetapi
apakah kita harus mewujudkan anggaran 20 % dulu dari pemerintah, kemudian baru
menciptakan suatu yang menggemparkan ? Pepatah yang tidak asing lagi ditelinga
kita bisa adalah karena biasa adalah sangat cocok untuk diterapkan dan
digunakan kita sebagai guru. Karena pembiasaan diri maka kita akan bisa mencapai
cita-cita. Membaca adalah kunci sukses dan kemudian menuliskan kembali hasil
membaca adalah kunci pengembangan diri seorang guru. Membiasakan menulis juga
adalah salah satu bentuk aktualisasi ide-ide cemerlang dari seorang guru yang
bermanfaat bagi dirinya dan sudah barang tentu bermanfaat bagi murid-muridnya.
Sedikitnya manfaat yang diperoleh guru membuat karya tulis adalah (1)
meningkatkan kompetensi pendidik dalam mengajar dan mendidik; (2)
mendayagunakan dan memanfaatkan hasil kerja kreatif pendidik semaksimal
mungkin; (3) meningkatkan produktifitas publikasi ilmiah pendidik; (4) point
untuk sertifikasi atau kenaikan pangkat/golongan. Kalau kita sudah bisa
mengambil manfaat dari pembuatan karya tulis maupun tulisan, diharapkan apa
yang dikatakan Prof. Arif Rahman di
atas akan terwujud. Pendidikan bangsa Indonesia
akan baik kalau guru-guru Indonesia
berkualitas.
Masalah apa yang perlu ditulis ?
Sangatlah mudah mencari masalah
untuk ditulis sebagai karya tulis kita. Semisal di sekitar aktifitas kita
sehari hari yakni masalah-masalah selama mengajar di kelas. Kita bisa menulis
tentang penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu
penelitian yang didasarkan pada identifikasi masalah nyata dan faktor-faktor penyebab masalah aktual
yang dihadapi pendidik dalam pembelajarannya. Jadi penelitian ini didasarkan
dari permasalahan-permasalahan riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru. Menurut
Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum.
kajian dalam penelitian ini meliputi masalah pembelajaran, desain dan strategi
pembelajaran, alat bantu, media dan sumber belajar, sistem asesmen proses dan
hasil pembelajaran, dan pengembangan pribadi peserta didik dan pendidik.
Penelitian Tindakan Kelas sendiri
jarang sekali dilakukan oleh pendidik, padahal pendidik atau guru adalah orang
yang terjun langsung setiap hari menangani siswa. Penelitian Tindakan Kelas
bertujuan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran;
membantu pendidik mengatasi masalah pembelajaran secara terncana dan berkelanjutan;
meningkatkan kerja sama profesional diantara pendidik disemua jenjang dan jalur
pendidikan; dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan pendidik, sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pembelajaran secara
berkelanjutan. Dengan tujuan di atas kita bisa meraba-raba apa yang akan
ditulis nantinya. Misalnya mengambil judul tentang peningkatan kemampuan
menulis siswa kelas 5 SD Al Hikmah Surabaya dengan pendekatan komunikatif.
Masalah lain yang bisa dijadikan
bahan untuk membuat karya tulis atau menulis adalah masalah-masalah atau
peristiwa yang terjadi disekitar kita. Guru dituntut untuk mengetahui kondisi
sekolah beserta isinya, juga dituntut mengetahui kondisi disekitarnya. Dalam
hal ini guru diharapkan memiliki sikap proaktif terhadap apa yang terjadi
dilingkungannya. Kajiannya bukan hanya masalah pendidikan tetapi luas sekali
bisa mencakup masalah sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Sebagai contoh
menulis masalah budaya, lebih spesifik tentang mengangkat kesenian Kuda
Lumping. Kita bisa menulis sisi sejarahnya, pemainnya, ataupun bentuk
permainnya. Hasil tulisan ini bisa dibuat sebagai media pembelajaran, ataupun
dijadikan sebuah artikel yang mengangkat masalah budaya. Dampaknya tentu luar
bisa bagi semua kalangan dengan hasil tulisan ini. Gampang kan ?
Kapan harus
menulis ?
Pemasalahan berikutnya adalah kapan
kita bisa menuangkan ide-ide dalam bentuk karya tulis atau tulisan ? Adalah
pada dasarnya dari diri kita sendiri. Guru yang mau maju pasti bisa walaupun
setiap hari banyak sekali rutinitas yang harus dikerjakan. Kalau berbicara
masalah sibuk tentu semua guru di Indonesia pasti sibuk. Tetapi diantara
kesibukan kita pasti ada waktu luang atau kosong yang bisa kita manfaatkan.
Sebagai contoh dalam melakukan penelitian tindakan kelas, kita melakukan
penelitiannya di dalam kelas, disaat mengajar. Di saat mengajar itu kita
memantau kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi siswa, metode apa yang bisa
digunakan dalam menyampaikan materi, atau
media apa yang seharusnya digunakan. Dengan demikian waktu lain yang
semestinya untuk keluarga, tidak tersita banyak dalam membuat suatu karya
tulis. Semoga kita semua bisa menjadi guru yang profesional dan berprestasi.
0 Response to "MEMBUDAYAKAN KARYA TULIS UNTUK GURU"
Post a Comment