MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V TENTANG CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN METODE BELAJAR KELOMPOK DAN DEMONSTRASI SEMESTER 2

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V TENTANG CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN METODE BELAJAR KELOMPOK DAN DEMONSTRASI SEMESTER 2

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD NEGERI 2 GUDANGHARJO TENTANG CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN METODE BELAJAR KELOMPOK DAN DEMONSTRASI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Danang Adhi Setyawan[1][1]

ABSTRAK
DANANG ADHI S.2014, “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo Tentang Cahaya dan Sifatnya Dengan Metode Belajar Kelompok dan Demonstrasi Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014”.
            Penelitian ini bertujuan untuk mengukur serta melakukan perbaikan belajar siswa pada materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Dari penelitian yang telah dilakukan yaitu dengan menggunaan metode belajar kelompok dan demonstrasi. Dengan menggunakan metode tersebut pembelajaran dapat berjalan secara aktif, kreatif serta menyenangkan sesuai dengan prinsip pembelajaran (PAKEM), minat serta keaktifan siswa mengikuti pembelajaran dapat meningkat dan sangat memuaskan sesuai dengan tujuan kompetensi yang diharapkan. Dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah melalui beberapa proses perbaikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2. Dari pengumpulan data yang diperoleh dalam pembelajaran prasiklus hanya 42,85% siswa yang tuntas belajar, siklus 1 meningkat menjadi 71,43% siswa yang mampu tuntas belajar, sedangkan pada hasil pengumpulan data siklus 2 diketahui bahwa 100% siswa tuntas belajar. Dengan data-data tersebut maka peneliti merasa bahwa penelitian yang dilaksanakan ini berhasil dan sesuai dengan harapan.

Kata Kunci       : Hasil Belajar, Cahaya dan sifatnya, Kelompok dan Demonstrasi

Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Indonesia adalah Negara yang sangat dikenal sebagai Negara yang memiliki berbagai macam keragaman, baik dari segi Sumber Daya Alam (SDA) maupun dari segi Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk dapat menjadi Negara yang maju dan mampu bersaing Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi hal yang paling diperhatikan. Supaya menjadi SDM yang berkualitas, pendidikan adalah hal yang diutamakan. Demikian halnya Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah ( UAS ) dengan nilai masing – masing mata pelajaran 4,50 dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus. Hal lucu yang sebenarnya tidak perlu terjadi. 
Keberagaman jenis kepribadian, sifat, bahkan kondisi sosial ekonomi pada siswa atau lingkungan keluarga seharusnya tidak menjadi penyebab terjadinya masalah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seorang guru harus mampu menguasai materi pembelajaran sekaligus mampu memadukannya dengan cara-cara mengajar yaitu dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu sebagai pengajar atau Guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inovasi dalam melakukan sebuah pembelajaran supaya pelaksanaan pembelajaran yang Produktif, Aktif, kreatif, dan menyenangkan dapat tercapai.
Analisis Masalah
Dari berbagai masalah atau kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran khususnya pada siswa didik kami kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Dalam penyampaian pembelajaran seringkali Guru menghadapi masalah dalam penyampaian pelajaran. Dalam pembelajaran IPA yang kami laksanakan pada kelas V SDN II Gudangharjo, siswa terlihat kurang bersemangat dan pasif dalam menanggapi materi yang kami sampaikan. Dari 14 siswa kelas 5 yang menjadi penelitian kami, hanya 6 siswa yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.
Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dengan hal tersebut maka perbaikan dalam pembelajaran harus kami lakukan pada siswa kami kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. kami menyadari bahwa Guru diharuskan benar-benar kretif dalam menyampaikan pembelajaran serta mencari metode penyampaian materi yang lebih bervariasi.. Maka dari itu kami sebagai Guru terus berupaya untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan bagi siswa, serta melakukan metode-metode yang beraneka ragam untuk terus membangkitkan motivasi siswa. Salah satunya yaitu dengan penggunaan alat bantu yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Dengan harapan agar siswa dapat lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat berprestasi dan hasil belajar siswa dapat terus meningkat. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas  kepada siswa selain itu dengan pembelajaran secara kelompok serta penggunaan Alat peraga diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar dan prestasi siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :
ü  Apakah pembelajaran secara kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN II Gudangharjo?
ü  Bagaimana cara untuk membangkitkan minat siswa dalam mengikuti dan menyimak pembelajaran yang disampaikan?
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berikut adalah tujuan penelitian dari rumusan masalah dalam penelitian ini:
1.      Untuk memberi dan menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti dan menyimak pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disampaikan oleh Guru.
2.      Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode belajar kelompok dan Demonstrasi menggunakan Alat peraga dalam pembelajaran khususnya untuk siswa kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari Penelitian yang kami tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. SDN II Gudangharjo
Dengan hasil penelitian ini diharapkan SDN II Gudangharjo dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.
b. Guru
Sebagai bahan masukan guru tentang alternatif pembelajaran yang bisa digunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.
c. Siswa
siswa lebih aktif, kreatif untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan cara membangun pikirannya sendiri dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.

Kajian Pustaka
Kajian Teori
Motivsi Belajar
Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan performasi calon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat hubungan ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan penelitian karakteristik kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya bahwa motivasi memberikan ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah terhadap prilaku tersebut.
Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia pendidikan guru telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun 1975 yang menyatakan bahwa:
Studies ... probe more deeply into the motivational basis ... [of student teachers] are needed. An efficient professional training system is one which invest substantial fund in the training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more efficient system would devote more intense and systematic training of the most talented and well motivated aspirants (hal.108-109).
Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam laporan The Bicentennial Commission on Education for the Profession of Teaching, yang menyatakan bahwa "society now demands a new breed of teachers a well prepared, high motivated professional".
Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:
An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and observational, as well as experimental .
Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan, minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert, 1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu: (a) sikap terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan Gresene, 1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi bahwa variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh dan mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.
Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):
As primary motives (attitudes) arouse behavior; they sustain or terminate an activity and progress, they regulate and organize behavior ... and they lead to the acquisition of motives, stable dispositions to act.
Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan, mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek. Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia. Menurut Peak (1955), sikap memiliki "the effect emphasizing objects ... with the result that their probability of activation and of choice and selection is increased". Dengan kata lain, sikap dapat mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan suatu objek, misalnya perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan arah yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.
Karakteristik IPA di SD
Dalam perkembangannya usia anak sangat menentukan dalam mental dan proses berpikir anak untuk memahami serta melakukan tindakan dengan apa yang telah dipelajarinya. Dalam teorinya Jean Piaget menyebutkan kurang lebih ada empat tahapan dalam perkembangan anak. Diantaranya tahap Sensori motor, Pre-operasional, Konkret Operasional, serta Formal Operasional. Pada tahap Konkret Operasional berawal pada anak usia 7 tahun dan berakhir pada usia 11 tahun. Anak kelas 5 SD bisa dogolongkan kedalam tahap Konkret Operasional. Pada tahap ini ciri pola berfikir anak adalah dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait dengan yang nyata.
Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa tahap berpikir anak kelas 5 SD yang rata-rata masih berusia antara 10-11 tahun dalam proses berpikirnya masih terbatas dengan hal apa yang dilihatnya. Dalam usia dalam tahapan tersebut anak belum dapat melakukan pemikiran yang bersifat proporsional untuk melakukan hipotesis. Dari beberapa hal dasar tersebut maka penelitian tentang pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Gudangharjo Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri kami lakukan.
Kajian tentang Alat Peraga
1.    Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Penggunaannya sangat dianjurkan agar proses belajar mengajar antara guru dan murid tidak membosankan, serta dapat merangsang keaktifan, minat dan kreativitas siswa. Dengan demikian, kreatifitas guru dalam memanfaatkan media pembelajaran akan sangat dominan pengaruhnya untuk mewujudkan keaktifan, minat, dan kreativitas siswa tersebut.
Menurut Heinich (dalam Winataputra, 1997), media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Sebagai perantara media pengajaran mencakup dua unsur, yaitu unsur perangkat keras atau peralatan (hard ware) dan unsur pesan (message) atau perangkat lunak (soft ware).
Senada dengan itu, Soeparno (1988) mengemukakan bahwa media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru; sedangkan sebagai penerima informasinya adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa.
Masih banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Commonication Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970 dalam Sadiman, 1986) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970 dalam Sadiman, 1986) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.
Agak berbeda dengan itu semua adalah batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA). Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca (Sadiman, 1986). Informasi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa menggunakan sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut kepada siswa. Jadi media pengajaran adalah sarana atau alat bantu perantara yang digunakan guru atau siswa dalam proses belajar mengajar untuk menyalurkan pesan/informasi pembelajaran dari sumber pesan ke penerima pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa serta mencegah vebalisme sehingga mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi media pengajaran di atas, maka dapat ditegaskan pula bahwa media pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) atau pengirim kepada penerimanya (receiver) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi.
2.    Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat atau kegunaan-kegunaan sebagai berikut ini. (1)  Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). (2)   Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a)    objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model;
b)   objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar;
c)    gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-sped photo-graphy;
d)   kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
e)    objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain; dan
f)    konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
(3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran bermanfaat untuk:
a)    menimbulkan kegairahan belajar;
b)   memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c)    memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
(4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a)    memberikan perangsang yang sama.
b)   mempersamakan pengalaman.
c)    menimbulkan persepsi yang sama.
3.    Media, Alat Pelajaran, dan Alat Peraga
Media pengajaran berbeda dengan alat pelajaran maupun dengan alat peraga. Alat pelajaran adalah alat yang dipakai untuk menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar. Jadi, merupakan peralatan yang semata-mata dipandang dari segi hardware-nya saja. Dengan kata lain dapat disebutkan, alat pelajaran adalah hardware (perangkat keras) yang belum diisi program atau memang tidak dapat diisi program. Papan tulis yang masih bersih merupakan alat pelajaran yang belum diisi suatu program, sedangkan kapur tulis dan penghapus papan tulis merupakan alat pelajaran yang memang tidak dapat diisi suatu program. Dengan demikian, papan tulis yang masih bersih, kapur tulis, dan penghapus papan tulis tersebut bukan media pengajaran, melainkan sebagai alat pelajaran saja, sebab alat-alat tersebut tidak dapat diisi program pengajaran.
Media merupakan paduan antara hardware dan software. Software (perangkat lunak) adalah suatu program yang diisikan pada hardware. Hardware yang telah diisi dengan software atau perangkat keras yang telah diisi dengan perangkat lunak barulah dapat disebut media. Media berbeda juga dengan alat peraga. Alat peraga pada hakikatnya hanya merupakan alat yang berfungsi memvisualkan suatu konsep tertentu saja.
Dilihat dari segi penggunaannya pun alat peraga berbeda pula dengan alat pelajaran maupun media. Penggunaan alat peraga dan alat pelajaran seratus persen di tangan guru. Tanpa guru alat peraga dan alat pelajaran tidak akan ada artinya. Lain halnya dengan media, tanpa kehadiran guru pun tetap dapat berfungsi sebagai pencipta suasana belajar. 
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditegaskan pula bahwa yang dimaksud dengan alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar dan berfungsi untuk menyalurkan pesan (message) atau informasi kepada penerimanya (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi

Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A.   Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu
1.    Subjek penelitian
Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Gudangharjo  Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri jumlah siswa 14 orang. Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas V telah mampu dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas seperti PR, karena siswa kelas V telah mampu  membaca dan menulis serta berhitung yang cukup, selain itu penulis pengajar di kelas V.
2.    Tempat Penelitian
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN 2 Gudangharjo  Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
3.    Waktu Penelitian
Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 2 bulan April s.d Mei. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II Tahun pelajaran 2013/2014.
4.    Lama Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan April s.d Mei, mulai dari Pra Siklus, siklus I, Siklus II.
5.    Kelas dan Mata Pelajaran
Pelaksanaan penelitian dilakukankan di kelas V SD Negeri II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya.
6.    Pihak yang Membantu penelitian
Pihak-pihak yang membantu terlaksanakannya penelitian antara lain:
1.    Rakimin, S.Pd SD Kepala SD Negeri 2 Gudangharjo.
2.    Sukisti, S.Pd sebagai teman sejawat atau supervisor 2.
3.    Drs. Sidik Purnomo sebagai supervisor 1.
4.    Siswa-siswi SD Negeri 2 Gudangharjo khusunya kelas V sebagai objek yang diteliti.
B.   Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian.
2. Tindakan atau pelaksanaan dan pengamatan yang mencakup :
a.    Pra Siklus
b.    Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
c.    Siklus II, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
3. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.
            Dari berbagai kegiatan setiap Siklus tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Pra Siklus
1.    Perencanaan
Dalam taham perencanaan pra siklus penulis tidak terlalu banyak melakukan kegiatan lain. Penulis melakukan kegiatan pembelajaran seperti rutinitas dan prosedur yang ada sesuai RPP pra siklus.
2.    Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dalam pra siklus penulis dapat uraikan sebagai berikut:
a)    Pendahuluan
     Apersepsi  dan Motivasi :
Memahami peta konsep tentang cahaya
b)   Kegiatan Inti
1.    Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
·     Siswa dapat Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
·     Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2.    Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
·     Membuat kaca pembesar dari air
·     Membuat kaca pembesar dari bohlam
·     memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
·     memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
·     Uji kompetensi
3.    Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
a)    Penutup
Pekerjaan rumah
3.    Pengamatan kegiatan
Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2 sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 1.
4.    Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil pembelajaran pada kegiatan pra siklus tidak mendapatkan hasil yang bagus dan memuaskan. Dimana masih banyak siswa yang tidak mendapatkan nilai diatas KKM, dari hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran.
Siklus 1
1.    Perencanaan
Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya maka penulis melakukan beberapa hal diantaranya:
1.    Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran,
2.    Menyusun tugas dan lembar kerja siswa,
3.    Menyiapkan alat peraga.
2.    Pelaksanaan
a)    Pendahuluan
     Apersepsi  dan Motivasi :
·      Membuka pelajaran dengan salam dan berdoa
·      Mengabsen kehadiran siswa
·      Memahami peta konsep tentang cahaya
Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
b)   Kegiatan Inti
1.    Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
·     Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
·     Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
·     Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan prinsip cahaya ( kaca pembesar, priskop, cakram warna)
·     Siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
·     Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut.
·     Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.
·     Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
·     Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
2.    Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
·     Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.
·     Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
·     Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar.
·     Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
·     Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
·     Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar.
·     Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
·     Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok.
·     Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
·     Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
·     Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar.
·     Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
·     Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas.
·     Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.
·     Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing
·     Guru memberikan soal uji kompetensi.
·     Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
3.    Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
·     Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa .
·     Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
c)    Penutup
·      Guru mengadakan evaluasi kepada siswa
Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
3. Pengamatan kegiatan
Penulis melakukan Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2 sebagai bahan perbaikan utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 2.
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil pembelajaran pada kegiatan siklus 1 belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Dimana masih ada beberapa siswa yang belum mendapatkan nilai diatas KKM, dari hasil pengamatan tersebut maka penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran siklus 2.
Siklus 2
1.    Perencanaan
Setelah mengetahui hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran pada siklus 1 maka penulis dalam tahap persiapan pada siklus 2 ini melakukan beberapa hal diantaranya:
1.    Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran,
2.    Menyusun tugas dan lembar kerja siswa,
3.    Menyiapkan alat peraga, dan
4.    Menyiapkan lembar evaluasi siswa.
2.      Pelaksanaan
a)    Pendahuluan
     Apersepsi  dan Motivasi :
·      Membuka pelajaran dengan salam dan berdoa
·      Mengabsen kehadiran siswa
·      Memahami peta konsep tentang cahaya
·      Menyampaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan.
·      Guru memberikan motivasi kepada siswa ” anak-anak kalian pasti bisa memahami materi ini asalkan kalian serius memperhatikan penjelasan dari pak guru”.
Guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
b)   Kegiatan Inti
1.    Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
·      Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
·     Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
·      Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan prinsip cahaya ( kaca pembesar, priskop, cakram warna)
·     Siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
·      Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut.
·     Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.
·      Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
·      Guru memberi kesempata kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami tentang fungsi dan kegunaan benda-benda tersebut.
·      Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
2.    Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
·      Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.
·     Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
·      Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar.
·      Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
·     Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
·      Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar.
·     Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
·      Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok.
·     Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
·      Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
·      Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar.
·     Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
·      Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas.
·     Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.
·      Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing
·      Guru memberikan soal uji kompetensi.
·     Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
3.    Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
·      Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa .
·     Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
·      Guru memberikan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan dari temannya.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan  dan penyimpulan.
c)    Penutup
·      Guru memberikan motivasi untuk memodifikasi hasil rancangan sehingga menghasilkan karya/model yang terbaik.
·      Guru memberi motivasi untuk mengulang materi di rumah
3. Pengamatan kegiatan
Supervisor 1 dan supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap jalannya pembelajaran.
4. Refleksi
Dari hasil pembelajaran siklus 2 ini peneliti berkonsultasi kepada para supervisor. Dari refleksi dari supervisor pembelajaran dari siklus kedua ini sudah berjalan dengan baik dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pelaksanaan siklus kedua ini dapat disimpulkan tujuan pembelajaran dapat tercapai, dimana para siswa sudah mendapat dilai diatas KKM yang ditentukan.
C.   Teknik Analisis Data
Dalam tahap ini untuk proses pengumpulan data penulis analisis secara kuantitatif. Proses analisis data penulis anggap yang paling penting karena data yang akurat dan efektif akan sangat menentukan tindakan pada penelitian yang dilakukan. Teknik observasi selain dari pengamatan hasil kegiatan praktik siswa, juga dengan tes pilihan ganda dan uraian menjadi metode pilihan untuk mengumpulkan data siswa.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui dalam tahap pra siklus hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya”. Dengan data tersebut penulis harus melakukan penelitian terhadap metode pembelajaran maupun terhadap suatu objek untuk mencari penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan selanjutnya dilakukan perbaikan.

Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Deskripsi Pra Siklus
Kegiatan belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam pada tahap ini di SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri berjalan kurang baik dan tidak efektif. Ini terlihat dari sikap siswa yang tidak bersemangat mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung, selain itu siswa tidak focus dan aktif dalam pembelajaran. Dan sampai pada akhirnya hasil kegiatan pembelajaran tidak dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kesimpulan tersebut diperkuat dari hasil evaluasi siswa, dari 14 siswa kelas V yang mengikuti tes evaluasi hanya 6 siswa yang dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.
Dari hasil pembelajaran tersebut, penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode belajar kelompok dan demonstrasi dalam materi cahaya dan sifat-sifatnya. Dengan metode tersebut diharapkan pembelajaran dapat berjalan lebih baik dan efektif juga siswa lebih bersemangat dan aktif mengikuti pembelajaran.
Berikut adalah data hasil kegiatan pembelajaran pra siklus :
Keterangan       :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)    : 65
Jumlah siswa tuntas belajar                  : 6 siswa ( 4 laki-laki, 2 perempuan)
Jumlah siswa belum tuntas belajar       : 8 siswa ( 6 laki-laki, 2 perempuan )
Prosentase Nilai           :
Siswa yang sudah tuntas          :         = 42,85%
Siswa yang belum tuntas          :         = 57,14%
Deskripsi Siklus 1
Rencana perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014, dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan pelaksanaanya.
a)   Perencanaan
Dari hasil pengamatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri mengikuti pembelajaran pra siklus. Dapat diketahui hasil belajar siswa masih jauh dari tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dimana hanya 42,85% siswa yang mampu mendapat nilai KKM atu yang tuntas belajar.
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pra siklus untuk mencari metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo.
b)   Pelaksanaan
Sesuai dengan data yang diperoleh dari pengamatan kegiatan pra siklus, diketahui permasalahannya adalah siswa terlihat bosan dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan Materi cahaya dan sifat-sifatnya. Maka dari itu penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran di kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo dengan metode belajar kelompok dan demonstrasi dengan harapan hasil belajar siswa dapat meningkat. Berikut adalah tahap-tahap pelaksanaan kegiatan siklus 1 :
1.    Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.
2.    Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
3.    Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru.
4.    Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
5.    Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.
6.    Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
7.    Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
8.    Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
9.    Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatannya, Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
10.              Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
11.              Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
12.              Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok,  Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
13.              Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas, Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.
14.              Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing selanjutnya memberikan soal uji kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
15.              Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
16.              Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
c)    Observasi
Dalam langkah observasi peneliti mengumpulkan data-data pengamatan terhadap proses kegiatan yang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung selain itu observasi juga dilakukan terhadap metode dan cara mengajar yang dilakukan oleh guru yang mengajar. Berikut adalah data-data observasi dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Keterangan       :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)    : 65
Jumlah siswa tuntas belajar                  : 10 siswa ( 8 laki-laki, 2 perempuan)
Jumlah siswa belum tuntas belajar       : 4 siswa ( 2 laki-laki, 2 perempuan )
Prosentase Nilai           :
Siswa yang sudah tuntas          :         = 71,43%
Siswa yang belum tuntas          :         = 28,57%
Deskripsi Siklus 2
Rencana perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2014, dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan pelaksanaanya.
a)   Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan  siklus 1 untuk mencari metode pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo.
b)   Pelaksanaan
Sesuai dengan data yang diperoleh dari data siklus 1, bahwa hasil yang diperoleh dari pembelajaran siswa sudah ada kemajuan tetapi masih ada beberapa hal yang harus dikembangkan agar tujuan kompetensi dapat tercapai. Dari data siklus 1 dapat diketahui bahwa minat siswa dalam mengikuti pelajaran belum maksimal. Dalam siklus 2 ini peneliti diharapkan untuk memberi motivasi lebih untuk meningkatkan minat siswa mengikuti pelajaran, berikut uraian kegiatan siklus 2 :
1.    Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.
2.    Guru menyampaikan indikator pencapaian kopetensi yang diharapkan kepada siswa.
3.    Guru memberi motivasi kepada siswa ” anak-anak kalian pasti bisa memahami materi ini asalkan kalian serius memperhatikan penjelasan dari pak guru”.
4.    Untuk memberi apresiasi guru bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang menggunakan lensa?”.
5.    Selanjutnya guru menjelaskan tentang materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru.
6.    Guru menunjukkan benda-benda yang cara kerjanya menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati benda-benda yang ditunjukkan oleh guru.
7.    Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan cahaya dengan benda-benda tersebut.
8.    Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
9.    Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
10.              Selanjutnya Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
11.              Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatannya, Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
12.              Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
13.              Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
14.              Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok,  Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar, Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
15.              Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas, Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka buat.
16.              Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing selanjutnya memberikan soal uji kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
17.              Guru kembali melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
18.              Guru menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
c)    Hasil kegiatan
Keterangan       :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)    : 65
Jumlah siswa tuntas belajar                  : 14 siswa ( 10 laki-laki, 4 perempuan)
Jumlah siswa belum tuntas belajar       : 0 siswa ( 0 laki-laki, 0 perempuan )
Prosentase Nilai           :
Siswa yang sudah tuntas          :         = 100%
Siswa yang belum tuntas          :         = 0%
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Seperti Teori motivasi Maslow (1954) yang menyatakan menyatakan bahwa:
An attempt to formulate a positive theory of motivation which will satisfy theoretical demands [while] confirming to known facts (about human behavior), clinical and observational, as well as experimental .
            Dari teori Maslow tersebut dapat ditarik pelajaran bahwa setiap peserta didik yang kami teliti juga membutuhkan kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Dengan metode yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan metode belajar kelompok dan demonstrasi, peserta didik merasa diwakili dan dipenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, dari hasil kelulusan siswa pada kegiatan pra silkus yang hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan, dan pada akhirya dapat tuntas belajar 100% pada kegiatan belajar siklus 2. Dari dasar tersebut penulis sebagai peneliti merasa berhasil dan puas dalam pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri.

Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
Simpulan
Dari penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan, penulis memberi kesimpulan bahwa :
1.    Pembelajaran dengan metode kelompok dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
2.    Pemberian motivasi dalam awal kegiatan dapat menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Gudangharjo.
3.    Dengan metode demonstrasi sisfa dapat lebih aktif dan kreatif untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
Saran Tindak Lanjut
Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan masukan terhadap pembaca maupun dalam kegiatan pendidikan bahwa :
1.    Hal pertama yang harus dilakukan dalam melaksanakan pelajaran adalah menarik perhatian siswa dan memfokuskan perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan.
2.    Penggunaan metode yang bervariasi dari guru dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.
3.    Dengan metode kelompok guru dapat meningkatkan pengetahuan siswa secara lebih merata.
4.    Dengan metode demonstrasi guru dapat melihat langsung kemampuan siswa dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.
5.    Diharapkan dari semua pihak khususya dari pihak sekolah maupun dinas pendidikan dapat memberikan dukungan menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan supaya tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.

Daftar Pustaka
Haryanto. (2011). Macam-macam Metode Pembelajaran. From http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/, 2014
Rustaman, Nuryani. (2012). Materi dan Pembelajaran IPA SD.  Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Supriati, Amalia. (2009). Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Wardani, IG.A.K dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani, IG.A.K dkk. (2011). Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani, IG.A.K dkk. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Admin, (2009). Alat Peraga Pembelajaran. From http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/, 2014
Wibowo, Timothy (2010). From www.pendidikankarakter.com/macam-macam-kepribadian-anak/, 2014