Contoh Makalah Flasafat Ilmu Penalaran

Contoh Makalah Flasafat Ilmu Penalaran

A. Pendahuluan
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme.


B. Berpikir deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa Indonesia hal 273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. (www.id.wikipedia.com).
Pada induksi kita berjalan dari bukti naik ke undang. Pada cara deduksi adalah sebaliknya. Kita berjalan dari Undang ke bukti. Kalau kita bertemu kecocokan antara undang dan bukti, maka barulah kita bisa bilang, bahwa undang itu benar.
Kalau kita sudah terima, bahwa semua benda kehilangan berat dalam semua cair, maka kita ambil satu benda dan satu zat cair buat penglaksanaan. Kita ambil sepotong timah, kita timbang beratnya di udara. Kita dapat B gram. Kita masukkan timah tadi ke dalam air. Kita timbang beratnya air yang dipindahkan oleh timah tadi, kita dapati b gram. Menurut undang Archimedes timah tadi mesti kehilangan berat b gram. Jadi ditimbang dalam air, beratnya menurut Archimedes mestinya (B-b) gram. Sekarang kita ambil beratnya dan timbangan timah yang terbenam tadi. Betul kita dapat (B-b) gr. Jadi betul cocok dengan undang Archimedes. Sekarang induction sudah beralasan deduction, kebenaran undang sudah di sokong oleh penglaksanaan. Berulang-ulang kita lakukan pemeriksaan kita dengan benda dan zat cair berlainan dan berulang-ulang kita saksikan kebenaran undangnya Archimedes, pemikir Yunani itu. (Madilog. hal 104. Tan Malaka, Pusat Data Indikator).


D. Penalaran Deduktif
Deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan yang lebih umum. Perihal khusus tersebut secara implisit terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari pengetahuan umum ke individual.
Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
Contoh klasik dari penalaran deduktif:
• Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor)
• Semut adalah makhluk hidup (premis minor)
• Semut pasti mati (kesimpulan)
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif.
Menurut bentuknya, penalaran deduktif ada 2 macam,yaitu


1. Silogisme

Silogisme merupakan suatu cara penalaran yang formal. Silogisme adalah penarikan konklusi secara deduktif tidak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus. Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis. Silogisme terdiri dari 3 macam, yaitu

a. Silogisme Kategorial yaitu silogisme yang disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor. Contoh:
Semua binatang herbivora memakan rerumputan dan tidak memakan daging.
Sapi merupakan binatang herbivora.
Jadi, sapi:binatang yang memakan rumput dan tidak memakan daging.


b. Silogisme Hipotisme yaitu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Artinya, bila premis minornya membenarkan antenseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak antenseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Contoh:


My: Jika Ani datang terlambat,maka akan dihukum.
Mn: Ani terlambat.
K : Jadi, Ani akan dihukum.
c. Silogisme Alternatif yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative. Artinya, bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternative yang lain. Contoh:
My: Dewi makan soto atau bubur.
Mn: Dewi makan soto.
K : Jadi, Dewi tidak makan bubur.

2. Entimen
Bentuk yang biasa ditemukan dan dipakai ialah bentuk entimen. Entimen ini pada dasarnya adalah silogisme. Tetapi, silogisme ini jarang dikemukakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan, tetapi di dalam entimen salahsatu premisnya dihilangkan/tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Contoh:


Mencuri adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
a) Mencuri adalah dosa.
b) Karena(mencuri) merugikan orang lain.
Kalimat a) merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b) adalah premis minor(karena bersifat khusus. Maka silogisme dapat disusun
My :
Mn : mencuri merugikan orang lain.
K : mencuri adalah dosa.


Dalam silogisme diatas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor. Untuk melengkapinya harus diingat bahwa premis mayor selalu bersifat umum jadi, tidak mungkin subjeknya “mencuri”. Dan untuk menemukan premis mayornya kita dapat menalar kembali seperti: “Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.”


C. Penalaran Induktif

Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif :
a) Generalisasi :
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum

Contoh generalisasi :

Jika dipanaskan, besi memuai.v
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Jika ada udara, manusia akan hidup.v
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
b) Analogi :
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
c) Hubungan kausal :
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :

1) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.

2) Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

3) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.

Induksi merupkan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Misalkan kita mempunyai fakta bahwa katak makan untuk mempertahankan hidupnya, ikan , sapi, dan kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa semua hewan makan untuk mempertahankan hidupnya.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis, maskudnya melalui reduksi terhadap berbagai corak dan sekumpulan fakta yang ada dalam kehidupan yang beraneka ragam ini dapat dipersingkat dan diungkapkan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah sekedar koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan juga fakta-fakta tersebut.
Demikian juga dalam pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari objek tertentu melainkan menekankan kepada strukstur dasar yang menyangga wujud fakta. Sebagai contoh, bagaimanapun lengkapnya dan cermatnya sebuah pernyataan dibuat untuk mengungkapkan betapa nikmatnya hubungan intim dirasakan seorang wanita atas keinginan suka sama suka dan perihnya hubungan intim karena pemerkosaan, tidak mungkin dapat merreproduksikan hal itu.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa hubungan intim atas dorongan suka sama suka indah, nikmat, dan hubungan intim karena pemerkosaan sangatlah menyakitkan. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.

Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi. Misalkan dari contoh sebelumnya bahwa kesimpulan semua hewan perlu makan untuk mempertahankan hidupnya, kemudian dari kenyataan bahwa manusia juga perlu makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dapat dibuat lagi kesmpulan bahwa semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidupnya. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang main lama makin bersifat fundamental.

E. Penutup
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
Maka dapat disimpulkan bahwa nalar deduktif dan nalar induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar

DAFTAR PUSTAKA
http://filsafat.kompasiana.com/2010/08/22/nalar-induktif-dan-nalar-deduktif/


http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/penalaran-induktif-dan-deduktif-7/


http://nti0402.wordpress.com/2011/02/18/penalaran-deduktif/


http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran


http://nopi-dayat.blogspot.com/2010/03/penalaran-deduktif.html
makalah psikologi perkembangan

makalah psikologi perkembangan

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan.
Tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinterksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia” berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Gambaran dari perkembanagn cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul, dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertaioleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan.
Menurut Erikson delapan tahap perkembanagn yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirearki, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka pada tahap sesudahnnya dapat berlangsung kembali guna memperbaikinya.
2.Rumusan Masalah
1.Apa yang terkandung pada perkembangan kepribadian menurut Erikson?
2.Apa yang terkandung pada tahap perkembangan menurut Erikson?
3.Apa yang terkandung pada perkembangan kepribadian Dewasa menurut Erikson?
3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui perkembangan Kepribadian menurut Erikson.
2. Mengetahui perkembangan menurut Erikson.
3. Mengetahui perkembangan kepribadian dewasa menurut Erikson.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kepribadian Menurut Teori Erik H. Erikson
Teori Perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmud Freud, Erikson mendapat posisi pentind dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan social dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia.
Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu :
1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood and Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari dua suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang berlangsung, dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan. Gambaran dari perkembangan cermin mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul , dan akan selalu terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa, secara keseluruhan akan adanya fungsi/kegunaan kepribadian dari setiap tahap itu sendiri. Selanjutnya, Erikson berpendapat bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan jelas dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar Di mana gambar tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga. Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai kondisi yang relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri.
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa dengan berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa.
Meminjam kata-kata Erikson melalui seorang penulis buku bahwa “apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena itu, melalui delapan tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap tahap terdapat maladaption/maladaptif (adaptasi keliru) dan malignansi (selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuh maladaption/maladaptif dan juga malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang terjadi serta ritualisme yang berarti pola hubungan yang tidak menyenangkan. Menurut Erikson delapan tahap perkembangan yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara hirarkri, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat berlangsung kembali guna memperbaikinya.
2.2 Tahap Perkembangan Menurut Erik H. Erikson
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam tabel berikut ini :
Developmental Stage
Basic Components
Infancy (0-1 thn)
Early childhood (1-3 thn)
Preschool age (4-5 thn)
School age (6-11 thn)
Adolescence (12-10 thn)
Young adulthood ( 21-40 thn)
Adulthood (41-65 thn)
Senescence (+65 thn)
Trust vs Mistrust
Autonomy vs Shame, Doubt
Initiative vs Guilt
Industry vs Inferiority
Identity vs Identity Confusion
Intimacy vs Isolation
Generativity vs Stagnation
Ego Integrity vs Despair
2.3 Perkembangan Kepribadian Dewasa Menurut Erik H. Erikson
2.3.1. Keintiman vs Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-40 tahun. Masa Dewasa Awal ( young adulthood) yang ditandai dengan adanya kecenderungan intimacy-isolation. Kalau pada masa sebelumnya individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya atau lebih dikenal dengan teman akrab, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Dapat ditandai dengan keselektifan dalam membina hubungan intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lain.
Masa ini menurut Erikson adalah keinginan mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode ini diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran, guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Dimana pemahaman kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi keadaan ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat terisolasi. Erikson menyebutkan adanya kecenderungan maldaptif yang muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, dimana seseorang akan merasa sudah terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya hubungan persahabatan, tetangga, bahkan dengan orang-orang terdekat kita sekalipun. Sementara dari segi lain Erikson menyebutnya keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan.
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman serta isolasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Cinta yang dimaksud disini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih, namun dengan orang-orang terdekat kita.
Ritualisasi yang terjadi pada tahapan ini yaitu adanya afiliasi dan elitisme. Afiliasi merupakan sikap yang baik dengan mencerminkan sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, kekasih, dan lain-lain. Sedangkan Elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan selalu menaruh sikap curiga terhadap orang lain.
2.3.2 Generativitas vs Stagnasi
Tahap Masa dewasa ( dewasa tengah) ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 41-65 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai dengan adanya kecenderungan generativity-stagnation. Pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembanagn segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga pada tahap ini individu mengalami perkembangan yang cukup pesat. Walaupun pengetahuan serta kecakapan individu sangat luas, dalam mengerjakan atau mencapai hal-hal tertentu individu mengalami hambatan karena keterbatasan dalam menguasai segala bentuk ilmu serta kecakapan.
Pada setiap tahap perkembangan individu terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula dengan masa ini, salah satu tugas untuk dicapai ialah mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas)dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas merupakan perluasan cinta individu ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat tercermin sika memperdulikan orang lain. Pemahaman ini jau berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan adalah tidak perduli terhadap siapapun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga individu tidak memiliki cukup waktu bagi diri sendiri. Maglinansi yang ada adalah penolakan, diman seseorang tidak dapat berperan secra baik dalam lingkungan kehidupannya akibatnya kehadirannnya di tengah-tengah area kehidupannya kurang mendapat sambutan yang baik.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbanagn antara generativitas dan stagnasi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan otorisme. Generasional ialah suatu interaksi/ hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang yang berada pada usia dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otorisme yaitu apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa sehingga hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya tidak berlangsung dengan baik dan menyenangkan.
2.3.3. Intregritas vs Keputusan
Tahap terakhir dalam teori Erikson disebut sebagai thap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 65 tahun ke atas. Masa hari tua ( Senescence) ditandai dengan adanya kecenderungan ego integrity-despair. Pada mas aini individu telah memiliki kesatuan atau integritas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ini masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi Karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan secara perlahan oleh usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan seringkali mengahantuinya.
Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan menjadi tugas pada usia senja ini adalah intregritas dan berupaya menghilangkan keputusasaan dan kekecewaan. Pada tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tiak mampu berbuat apa-apa lagi. Kesulitan tersebut dapat diatasi jika dalam diri individu yang berada pada tahap ini memiliki intregritas yang memiliki arti yakni menerima hidup dan oleh karena itu juga berarti menerima akhir dari hidup itu sendiri. Namun sikap ini bertolak belakang jika di dlam diri individu bersangkutan tidak terdapat intregritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat. Kecenderunagn terjadinya intregritas lebih kuat dibandingkan dengan kecemasan dapat menyebabkan maladaptive yang biasa disebut Erikson suatu sikap berandai-andai, sementara individu bersangkutan tidak mau menghadapi kesulitan kenyataan pada masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat dibandingkan dengan integritas maupun secara maglinansi yang disebut dengan sikap menggerutu, yang diartikan Erikson sebagai suatu sikap sumpah serapah dan menyeseali kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antaa intregritas dan kecemasan itulah yang ingin dicapaki daam masa usia senja guna memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Pada dasarnya kedua teori Psikoanalisa yang diungkapakan oleh Freud dan Erikson tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama mengklasifikasikan fase-fase Psikologi seorang individu berdasarkan usia, sejka saat dilahirkan hingga meninggal nantinya. Hanya saja, Freud berpendapat bahwa dari semua fase Psikologis yang dialami manusia, merupakan murni karena dorongan/keinginan yang luar biasa dari dalam (internal)individu tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar (bawah sadar). Kemudian seperti yang kita ketahui, Erik H. Erikson berusaha menyempurnakan teori Psikoanalisa yang telah dikemukakan Freud dengan menambahkan bahwa selain keinginan/ dorongan dari dalam diri si individu, fase-fase psikologis tersebut ternyata juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar (eksternal),seperti adat, budaya dan lingkungan tempat si individu dan kepribadian dibangun melalui serangkaian krisis-krisis dan alternatif-alternatif.
2.Saran
Saya melihat Erikson berusaha menjelaskan bahwa ada faktor-faktor eksternal juga yang memiliki andil dalam membentuk perilaku suatu individu, bukan hanya karena adanya keinginan/ dorongan yang sangat kuat dari dalam diri. Berdasar argumentasi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya ( interdependence), menurut saya disinilah perbedaan pandangan antara Freud dan Erikson tentang Psikoanalisa.
DAFTAR PUSTAKA
http://fitrif08.student.ipb.ac.id/
http://merdeka31.multiply.com/journal
http://regianamanah.blogspot.com/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/09/1445/
http://www.scribd.com/doc/29222584/makalah-psikologi#
Makalah Latar Belakang Tentang Sholat

Makalah Latar Belakang Tentang Sholat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
      Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk yang paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti terhadap apa yang dilakukaan. Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai tentang arti khilafiyah, dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu mari kita kaji bersama tentang arti shalat, dan cara mengerjakannya serta beberapa unsur didalamnya. Dalam pembahasan kali ini juga di paparkan sholat dan macamnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).  Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat – shalat sunah. Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari – hari.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan makalah ini difokuskan pada pemahaman tentang
1.      Pengertian sholat
2.      Tujuan sholat
3.      Syarat- syarat sholat
4.      cara mendirikan sholat
5.      mana yang rukun, sunah, makruh dsb.
6.      Macam-macam shalat



BAB II
SHOLAT

A. PENGERTIAN SHOLAT
Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah ( ), sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti Do'a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).
Adapun scara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya. (Hasbi Asy-Syidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon rido-Nya.

B. TUJUAN SHALAT
Sholat dalam agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh ibadat manapun juga, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.
Adapun tujuan didirikannya shalat menurut Al-Qur’an dalam surah Al –Ankabut : 45

وَاَقِيْمِ الصَّلَوةَ اِنَّ الصَّلَوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرَ
Artinya: Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar.
Juga allah mengfirmankannya dalam surah An-Nuur: 56
وَاَقِيْمُوْ الصَّلاَةَ وَآتُوْ الزَّكَوةَ وَاَطِيْعُوْ االرَّسُوْلَ لَعَلَكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar supaya kalian semua diberi rahmat.
 Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat dengan perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”. Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat.
C. SYARAT-SYARAT SHALAT
• Syarat Wajib Shalat
1.       Islam
2.      Baligh
3.      Berakal “Telah diangkat pena itu dari tiga perkara, yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa (baligh), dari rang tidur sehingga ia bangun dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali.”
(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
4.      Ada pendengaran, artinya anak yang sejak lahir tuna rungu (tuli) tidak wajib mengerjakan sholat.
5.      Suci dari haid dan nifas.
6.      Sampai dakwah Islam kepadanya.
• Syarat Sah Shalat
1.      Suci dari dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.
2.      Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis.
3.      Menutup aurat. Aurat laki-laki antara pusat sampai lutut dan aurat perempuan adalah seluruh badannya kecuali muka dan tepak telangan.
4.      Telah masuk waktu sholat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk waktu shalat atau telah habis waktunya.
5.      Menghadap kiblat.

D. CARA MENGERJAKAN SHALAT
1.      Selesai berwudhu dan berdoa , terus berdiri menghadap kiblat; mata melihat tempat sujud , niat dalam hati saja , kemudian takbir ihram sambil mengangkat kedua tangan searah daun telinga dengan ucapan “Allahu Akbar” kemudian melipat kedua tangan di dada.
2.      Disunatkan Membaca doa iftitah dengan Sir (dikecilkan) yaitu ,
“ ALLAHUMMA BAA’ID BAINI, WABAINA KHATAYAYA, KAMAA BAA-ADTA , BAINAL MASYRIKI WALMAGRIB , ALAHUMMA NAQQINI MINHATAA YAAYA, KAMAAYUNAKKAS SAUBUL ABYADU INADDANAS. ALLAHUMMAQSILNII MIN HATAA YAAYA BIL MAAI , WASSAL JI , WALBARADI.
3.      Kemudian baca  “AUZUBILLAHI MINASYAITANI RAJIIM
4.      Selanjutnya baca “ BISMILLAHI RAHMAANIR RAHIM.
5.      Lalu baca alfatiha.
6.      Selanjutnya baca surah pendek yang dihafal dengan baik, misalnya “QUL HUALLAHU AHAD ALLAHUSSAMAD, LAM YALID, WALAM YULAD, WALAM YAKUL LAHU KUFUAN AHAD.
7.      Selajutnya takbir dengan jahar (kedengaran )“ ALLAHU AKBAR sambil ruku dengan membaca “SUBHAANAKA ALLAHUMMA RABBANA WABIHAMDIKA ALLAHUMMAGFIRLI”
8.      Lalu bangkit dari Ruku sambil membaca “ SAMIALLLAHU LIMANHAMIDAH, RABBANA WALAKALHAMDU, sambil kedua tangan diluruskan .
9.      Kemudian sujud ke lantai dengan membaca “ALLAHU AKBAR “ sambil meletakkan 7 anggota badan di atas tikar yaitu, dahi dan hidung , dua tapak tangan , dua lutut dan dua ujung kaki sambil membaca dengan sir “SUBHANAKA ALLAHUMMA RABBANA WABIHAMDIKA ALLAHUMMAAGFIRLII.
10.  Lalu takbir sambil duduk di atas telapak kaki kiri , dan membaca dengan sir “ ALLAHUMMAGFIRLI, WARHAMNI, WAJBURNI, WAHDINI, WARZUKNI.
11.  Kemudian takbir untuk sujud kembali dan membaca dengan sir “SUBHANAKA ALLAHUMMA RABBANA WABIHAMDIKA ALLAHUMAGFIRLI.
12.  Lalu takbir dan terus berdiri ke rakaat kedua dan meletakkan kedua tangan di atas dada.
13.  Di saat berdiri di rakaat kedua , terus membaca alfatiha dan surah seperti pada rakaat pertama.
14.  Lalu pada waktu duduk tahyat awal (duduk iftirasy yaitu pantat menduduki kaki kiri dan kaki kanan berdiri) ,telunjuk digoyang-goyangkan sambil membaca dengan sir “ATTAHIYAATU LILLAAHI WASHSHAKAWAATU WATHTHAAYYIBAAT ,ASSALAMUALAIKA AYYUHANNABIYYU WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH , ASSALAAMU ALAINA WA’ALA A IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN . ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ‘ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHUU WARASUULUH .ALLAHUMMA SHALLI ALAA MUHAMMAD WA’ALA AALII MUHAMMAD.
15.  Apabila pada tahyyat akhir , duduk tawarruk (tidak menduduki kaki lagi, tapi menduduki lantai) dibaca lagi doa tahyat pertama kemudian dilanjutkan dengan doa “KAMAA SHALLAETA ALLA IBRAHIM WA BARIK ALAA MUHAMMAD WA ALAA AALII MUHAMMAD KAMA BAARAKTA ALAA IBRAAHIM FIL ALLAMIINA INNAKA HAMIIDON MAJJID. ALLAHUMMMAAINNI AUUZUBIKA MIN AZAABI JAHANNAM WAMIN AZAABIL QABRI, WAMINFITNATIL MAHYAA WALMAMAAT , WAMIN SYARRIN FITNATIL MASIHID DAJJAAL.
16.  Selanjutnya mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri “ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAH, ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAH.
17.  Terakhir , baca astagfirullah 3x , subhanallah 33 x, alhamdulillah 33x , Allahuakbar 33x, dan laailaaha illallahu wahdahu laasyarikalah, lahulmulku walahul hamdu wahua alaa kulli syaiiin qadir. Kemudian berdoa sesuai dengan keperluan masing2.
Hal berikut penting diperhatikan:
Ø  Untuk shalat wajib berjamaah bacaan makmum diwakili oleh imam apabila imamx membesarkan (menjaharkan ) bacaannya . Makmum cukup menyebut kata “amin” saja!
Ø   Jika bacaan dikecilkan oleh imam maka makmum wajib membaca al-fatiha setiap rakaat.
Ø  Pada shalat dhuhur dan ashar, saat imam mengecilkan bacaan, mamum hanya membaca alfatiha saja tanpa pangumpu.
Ø  Surah pendek (pangumpu) dibaca pada rakaat pertama dan kedua saja pada shalat wajib.
Catatan : Ada beberapa bacaan yg lain yg boleh di pakai mislanya dalam rukuk "subhana rabbial ' adzim 3 X dan sujud "subhana rabbial 'ala 3 X




G. HAL YANG MAKRUH DALAM SHOLAT
1.      Memejamkan kedua mata
2.      Menoleh tanpa keperluan
3.      Meletakan tangan dilantai ketika sujud
4.      Banyak melakukan kegiatan yang sia-sia

H. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHOLAT
1.      Meninggalkan salah satu rukun sholat atau memutuskan rukun sebelum sempurna dilakukan.
2.      Tidak memenuhi salah satu dari syarat shalat seperti berhadats, terbuka aurat.
3.      Berbicara dengan sengaja.
“Pernah kami berbicara pada waktu sholat, masing-masing dari kami berbicara dengan temannya yang ada di sampingnya, sehingga turun ayat : Dan berdirilah untuk Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu’.” (HR. Jama’ah Ahli Hadits kecuali Ibnu Majah dari Zain bin Arqam).
4.      Banyak bergerak dengan sengaja.
5.      Maka atau minum.
6.      Menambah rukun fi’li, seperti sujud tiga kali.
7.      Tertawa. Adapun batuk, bersin tidaklah membatalkan sholat.
8.      Mendahului imam sebanyak 2 rukun, khusus bagi makmum.

MACAM-MACAMNYA SHALAT
Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1.      Sholat Fardhu (الصَّلَاةُ المَفْرُوْضَةُ) Diantara sekian banyak bentuk ibadah dalam Islam, sholat adalah yang pertama kali di tetapkan kewajibannya oleh Allah subhanahu wa ta'ala, Nabi menerima perintah dari Allah tentang sholat pada malam mi'raj (perjalanan ke langit) tanpa perantara.  
Anas berkata: "sholat diwajibkan kepada Nabi sebanyak 50 reka'at pada malam ketika beliau diperjalankan (isra'-mi'raj), kemudian dikurangi hingga menjadi tinggal 5 roka'at kemudian ada yang menyerunya: Wahai Muhammad hal tersebut tidak seperti harapanku namun bagimu yang 5 roka'at itu setara dengan 50 roka'at." (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i).
Yaitu sholat yang diwajibkan Alloh subhanahu wa ta'ala kepada hamba-hamba-Nya sesuai batasan-batasan yang telah dijelaskan-Nya, baik melalui perintah maupun larangan. Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari semalam, yaitu:
a)      Dzuhur (الظُهْرُ) : waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
b)      'Ashar (العَصْرُ) : waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya sampai tenggelamnya matahari.
c)      Magrib (المَغْرِبُ) : waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung merah dilangit.
d)      'Isya' (العِشَاءُ) : waktunya dari hilangnya mendung merah dilangit sampai munculnya fajar shodiq.
e)      Fajar (الفَجْرُ) atau Shubuh (الصُّبْحُ) : waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya matahari.
2.      Sholat Tathowwu' (صَلَاةُ التَّطَوُّعِ)
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu 5 waktu.
Sholat Tathowwwu' ini memiliki 2 bentuk:
a)      Sholat Tathowwu' Muthlaq (التَّطَوُّعُ المُطْلَقَةُ) Yaitu sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak ditentukan oleh syara', dikerjakan dua roka'at-dua roka'at, baik dikerjakan pada siang hari atau malam hari. Akan tetapi, hendaklah sholat tathowwu' ini tidak dilakukan terus menerus seperti sunnah rowatib serta tidak mengarah kepada bid'ah atau serupa dengan pelakunya.
b)      Sholat Tathowwu' Muqoyyad (التَّطَوُّعُ المُقَيَّدُ).
Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah ditentukan oleh syara'.
Dalam hal ini antara lain, sholat-sholat sunnah rowatib, yaitu:
-Sholat Rotibah Fajar yaitu sholat 2 rokaat sebelum sholat Fajar.
-Sholat Rotibah Dzuhur yaitu sholat 2 atau 4 rokaat sebelum ataupun sesudah Zuhur.
-Sholat Rotibah Ashar yaitu sholat 4 rokaat sebelum sholat Ashar.
-Sholat Rotibah Maghrib yaitu 2 rokaat sesudah sholat Maghrib.
-Sholat Rotibah Isya' yaitu sholat 2 rokaat sesudah sholat Isya'.Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata: "Aku mengahafal 10 rokaat (sholat) dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam. 2 rokaat sebelum Dzuhur dan 2 rokaat sesudahnya, 2 rokaat setelah maghrib dirumahnya, 2 rokaat setelah isya' dirumahnya, dan 2 rokaat sebelum shubuh disaat Nabi sholallohu alaihi wa sallam tidak boleh dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118, dan Muslim: 729)
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
"مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ أَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ"
"Barangsiapa yang menjaga 4 rokaat sebelum dzuhur dan 4 rokaat sesudahnya, maka Alloh akan mengaharamkan api neraka baginya". (HR. Ibnu Majah: 1160, dishohihkan Al-Bani di Shohih Ibnu Majah: 1/191)
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
"رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ العَصْرِ أَرْبَعًا"
"Alloh mengasihi seseorang yang sholat 4 rokaat sebelum 'Ashar". (HR. Abu Daud: 1271, dishohihkan Al-Bani di Shohih Abu Daud: 1/237)
"رَكْعَتَا الفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا"
"dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya".(HR. Muslim).
Sholat-sholat lain yang disyari'atkan dalam bagian ini, antara lain ialah:
a. Sholat Malam/ Tahajjud/ Tarawih dibulan Romadhon dan witir:
'Aisyah rodhiallohu anha berkata: "Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam sholat antara selesai sholat 'Isya hingga fajar 11 rokaat dengan salam setiap dua rokaat dan witir 1 roka'at". (HR. Muslim: 736)
b. Sholat Dhuha 2 rokaat sampai dengan 12 rokaat.
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
"لَا يُحَافِظُ عَلَى صَلَاةِ الضُّحَى إِلَّا أَوَّابٌ وَهِيَ صَلَاةُ الأَوَّابِيْنَ"
"Tidak ada yang selalu menjaga sholat dhuha kecuali orang-orang yang bertaubat. Itulah Awwabin". (HR. Ibnu Khuzaimah: 2/228. lihat Al-'Ahadits Ash-Shohihah: 1994)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ فِي الْجَنَّةِ
Diriwayatkan dari Anas bin malik rodhiallohu ‘anhu berkata: “Rosululloh sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: barangsiapa sholat dhuha 12 roka’at, Alloh bangun baginya sebuah istana dari emas didalam jannah”. (HR. Tirmidzi: 435)
c. Sholat Tahiyyatul Masjid.
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
"إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ المَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ"
"Apabila salah seorang kalian masuk masjid, mak sholatlah 2 rokaat sebelum dia duduk". (HR. Bukhori: 444 dan Muslim: 714)
d. Sholat Taubat.
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada seorang yang melakukan dosa, kemudian ia bengun dan bersuci kemudian sholat dan meminta ampun kepada Alloh, kecuali Alloh akan mengampuninya. Kemudian beliau membaca ayat ini:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui". (QS. Ali-Imron [3]: 135) (HR. Tirmidzi: 406, dishohihkan Al-Bani: 1/128)
e. Sholat Tasbih (4 rokaat).
Caranya adalah:
• Membaca Tasbih
(سُبْحَانَ اللهِ وَ الحَمْدُ للهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ) 15 kali setelah membaca surat, sebelum ruku'.
• Membaca Tasbih 10 kali diwaktu ruku'.
• Membaca Tasbih 10 kali di waktu I'tidal.
• Membaca Tasbih 10 kali di waktu sujud.
• Membaca Tasbih 10 kali di waktu duduk diantara dua sujud.
• Membaca Tasbih 10 kali di waktu sujud kedua.
• Membaca Tasbih 10 kali di waktu duduk istirahat.
f. Sholat Istihoroh.
Jabir bin Abdulloh rodhiallohu anhuma berkata: "Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam mengajarkan kami istikhoroh dalam segala perkara, sebagaimana beliau mengajarkan kami surat Al-Qur'an. Beliau sholallohu alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah seorang kalian bercita-cita dalam satu masalah, maka sholatlah 2 rokaat selain fardhu, kemudian berdo'alah:
"اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُ بِعِلْمِكَ وَ أَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَ أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيْمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوْبِ. اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَ مَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ (أَوْ قَالَ: عَاجِلِ أَمْرِيْ وِآجِلِهِ) فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَ اقْدِرْ لِيْ الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ ارْضِنِيْ بِهِ"
Lalu sebutlah hajatnya". (HR. Bukhori: 1162)












BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama, dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat mempunyai dua unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasar pada gerakan sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnya tersembunyi dalam hati karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya
Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah di tentukan waktunya.
Khilafiyyah kaum muslimin tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan dan pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, hendaknya perbedaan tersebut menjadi hikmah keberagaman umat islam.
B. Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan diatas tentunya kami banyak mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan sesudahnya kami haturkan banyak terimakasih.












Daftar pustaka

Al-Ghazali, Asrar Ash-Shalah Wa muhimatuha, terbitan Dar At-Turats Al ‘Aroby, Kairo Mesir,
Cetakan II, 1404/1984, terjemahan bahsa indonesia penerbit Kharisma jln. Dipati Ukur 228 Bandung.

Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, alih bahasa oleh Mahyuddin Syaf II Cetakan ke III 1982
penerbit PT. Al Maarif Bandung

murthadha Mutohhari & M. Baqir Ash Shadir, Pengantar Ushul Fiqih & Ushul Fiqhi Perbandingan
Pustaka Hidayah ciputat1993

Asy Syaikh Ali Akhmad Al Jurjaawiy, Hikmat & Filsafat Tasyrik, penerjemah Idrus H. Al Khauf
CV. Bintang pelajar












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

 BAB I
PENDAHULUAN
            A. Latar Belakang …………………1
            B. Rumusan Masalah ……………...1

BAB II
SHOLAT
            A. Pengertian sholat ……………………2
            B. Tujuan shalat ………………………...2
            C. Syarat-syarat shalat …………………3
                        • Syarat Wajib Shalat ……………….....3
                        • Syarat Sah Shalat ……………………..3
            D. Cara mengerjakan shalat ……………..4
            G. Hal yang makruh dalam sholat ………6
            H. Hal-hal yang membatalkan sholat ……6
            I. Macam-macamnya shalat ……………...6
                        1. Sholat Fardhu (الصَّلَاةُ المَفْرُوْضَةُ) ………..6
                        2. Sholat Tathowwu' (صَلَاةُ التَّطَوُّعِ) ………..7
                                    a) Sholat Tathowwu' Muthlaq (التَّطَوُّعُ المُطْلَقَةُ) ……7
                                    b) Sholat Tathowwu' Muqoyyad (التَّطَوُّعُ المُقَيَّدُ) …..7

BAB III
PENUTUP
            A. Kesimpulan ………………………..10
            B.  Saran………………………………..10