Laporan KARIL PTK IPA Program S1 PGSD Tahun 2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG KESEIMBANGAN EKOSISTEM BAGI SISWA KELAS VI SDN 1 KARANGSARI

Oleh:
ARUM PRASETYA
NIM  822508814


ABSTRAK

Arum Prasetya. 822508814. Program S1 PGSD FKIP Universitas Terbuka UPBJJ Purwokerto. Penerapan pendekatan kontekstual untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.
            Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan  untuk memperbaiki proses pembelajaran yang belum optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.
Pelaksanaan perbaikan dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 dan 16 Maret 2013, Siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 dan 23 Maret 2013.
Pada studi awal motivasi siswa masih sangat rendah, setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, siklus I siswa dengan motivasi tinggi sebanyak 11 siswa (41%), motivasi sedang 9 siwa (33%), dan motivasi rendah 7 siswa (26%). Siklus II siswa dengan motivasi tinggi  21 siswa (78%), motivasi sedang 5 siwa (19%), dan motivasi rendah 1 siswa (4%). Tingkat ketuntasan pada studi awal 33%, siklus I 52% dan siklus II 81%.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.


Kata Kunci : Pendekatan kontekstual, motivasi, hasil belajar IPA.


I.         Pendahuluan
A.       Latar Belakang Masalah
Pada Dasarnya mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip  dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,  teknologi dan masyarakat, 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, 2) Benda / materi, 3) Energi dan perubahannya, 4) Bumi dan alam semesta. (KTSP 2006)
Pembelajaran yang efektif dan bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun guru itu sendiri. Hal ini betul-betul terjadi karena seorang guru akan memperoleh kepuasan apabila telah melaksanakan tugas mengajar dengan baik dan akan dapat tercapai hasil belajar secara optimal, apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik. Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran masih cenderung menggunakan cara-cara tradisional dengan model pembelajaran konvensional, yang memfokuskan pada pemberian informasi dan pengetahuan kepada siswa dalam mentransfer pengetahuan sebanyak mungkin.
Dengan kondisi pembelajaran yang seperti ini tentu tidak akan efektif dan pada akhirnya hasil dari proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh guru. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat aktif, baik secara fisik dan mental, penuh konsentrasi sehingga hasil belajar akan sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sebelumnya, bahkan melampaui.
Dari  tes hasil belajar yang dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi keseimbangan ekosistem untuk siswa kelas VI SDN 1 Karangsari semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 diperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, yaitu dari 27 siswa kelas VI yang mengalami ketidaktuntasan belajar sebanyak 18 siswa (67%) sisanya 9 siswa telah mengalami ketuntasan belajar yaitu 33%, dari batas tuntas yang diharapkan oleh guru yaitu 95%. Nilai terendah yang didapatkan siswa yaitu 20 dan nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 57. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 11 siswa dan yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata kelas sebanyak 16 siswa.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VI SDN 1 Karangsari belum mengalami ketuntasan belajar. Sebagai guru menyadari sepenuhnya di dalam melaksanakan pembelajaran  di kelas belum memanfaatkan secara maksimal berbagai faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar, khususnya penggunaan pendekatan kontekstual, mengingat selama ini hanya memberikan pembelajaran secara konvensional.
Berawal dari hal tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat yaitu bapak Sariyo, S.Pd, yang sebelumnya telah mengajar siswa-siswa tersebut di kelas V, untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang belum ada dalam proses pembelajaran yaitu:
1.         Pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan masih sangat rendah.
2.         Motivasi belajar siswa masih rendah.
3.         Keaktifan belajar siswa masih rendah.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti melakukan analisis masalah dan berdiskusi dengan tim kolaborasi yaitu teman sejawat, serta bertanya langsung terhadap siswa tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai proses tersebut, akhirnya peneliti memprediksi bahwa penyebab rendahnya hasil belajar siswa, adalah:
1.         Metode yang peneliti lakukan dalam pembelajaran selalu mengguanakan metode ceramah dan teoritis saja sehingga pembelajaran menjadi abstrak dan kurang bermakna.
2.         Kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Peneliti terdorong untuk melakukan penerapan pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) yang proses pembelajarannya mengaitkan materi dengan pengalaman-pengalaman atau pengetahuan siswa sebelumnya dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) terdapat tujuh komponen utama, yaitu konstriktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Dengan ketujuh komponen tersebut diharapkan  proses pembelajaran pada materi keseimbangan ekosistem berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Berdasarkan ulasan latar belakang tersebut maka peneliti mengkaji melalui bentuk Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA tentang Keseimbangan Ekosistem bagi Siswa Kelas VI SDN 1 Karangsari”.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar IPA tentang Keseimbangan Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari?
2.      Apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Keseimbangan Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari?
C.       Tujuan PenelitianPerbaikan Pembelajaran
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu:
1.      Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI tentang keseimbangan ekosistem.
2.      Tujuan Khusus
a.    Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar IPA tentang Keseimbangan Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.
b.    Untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Keseimbangan Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.



D.       Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan diharapkan mempunyai manfaat :
a.          Memperkenalkan pengetahuan dalam bidang pendidikan tentang pembelajaran IPA, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan.
b.         Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2.      Manfaat Praktis
a.          Bagi Siswa
1)        Siswa termotivasi untuk menyukai pelajaran IPA.
2)        Membantu siswa memperoleh pengalaman belajar yang nyata dalam memahami konsep keseimbangan ekosistem.
3)        Dapat menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil belajar.
b.          Bagi Peneliti
1)        Membantu memperbaiki kinerja peneliti.
2)        Membantu meningkatkan sikap professional.
3)        Peneliti mampu meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika.
c.          Bagi Sekolah
1)        Membantu meningkatkan kualitas sekolah seiring dengan meningkatnya kemampuan guru.
2)        Meningkatkan partisipasi aktif guru dan siswa.
3)        Memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan pengetahuan bagi SD Negeri 1 Karangsari.




II.      Kajian Pustaka
1.        Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi dari pada member informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
1)        Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa.
2)        Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3)        Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
4)        Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5)        Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan contextual teaching and learning (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstriktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment ). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut :
1)        Konstruktivisme ( Contructivism )
       Konstruktivisme merupakan landasan berfikir contextual teaching and learning ( CTL ), yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuaannya, yang melandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
2)        Menemukan ( Inquiry )
       Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis ), pengumpulan data, dan penyimpulan.



3)        Bertanya ( Questioning )
       Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk :
a)    Menggali informasi.
b)    Menggali pemahaman siswa.
c)    Membangkitkan respon kepada siswa.
d )   Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
e)    Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
f)    Memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru.
g)    Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
h)    Untuk menyegarkan kembali ingatan siswa.
4)        Masyarakat Belajar ( Learning Community )
       Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok, atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5)        Pemodelan ( Modelling )
       Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6)        Refleksi ( Reflection )
       Refleksi merupakan cara berfikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7)        Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assesment )
       Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

2.        Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu (Winkel, 1984, dalam Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar).
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan motivasi adalah suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu sehingga tujuannya dapat tercapai.
Menurut Winataputra (2005:2.7) motivasi ada dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic muncul dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar misalnya pujian, nasehat dari guru atau orang tua, bisa juga dari suasana belajar yang menyenangkan.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain :
a.          Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar.
b.         Mengoptimalkan unsure-unsur dinamis dalam pembelajaran.
c.          Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman atau kemampuan yang telah dimiliki siswa.
d.         Mengembangkan cita-cita atau aspirasi siswa.

3.        Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007 : 5 - 6).
Hasil belajar menurut Anni (2007: 4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perilaku tergantung pada apa yang dipelajari oleh pebelajar.
Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan lain sebagainya. www.Indramunawar.blogspot.com
Dari beberapa uraian diatas maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang diwujudkan berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.


III.   Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A.    Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
a.         Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 1 Karangsari, UPTD Dikpora Unit Kecamatan Kutowinangun, tahun pelajaran 2012/2013, yang berjumlah 27 siswa terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan, dengan usia rata-rata mereka 12 tahun.
b.        Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Karangsari, UPTD Dikpora Unit Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
c.         Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, dengan setiap siklusnya dilaksanakan 2 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai pertengahan bulan Februari sampai dengan Mei tahun 2013, dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:
1)        Siklus I
a)        Pertemuan I          : Kamis, 14 Maret 2013
b)        Pertemuan II        : Sabtu, 16 Maret 2013
2)        Siklus II
a)        Pertemuan I          : Senin, 21 Maret 2013
b)        Pertemuan II        : Rabu, 23 Maret 2013
Untuk lebih jelasnya pembagian waktu kegiatan penelitian dapat diperinci seperti pada tabel berikut ini:




Tabel 3.1.  Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan

Februari
Maret
April
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5

1
Perencanaan RPP
















2
Persiapan Instrumen
















3
Pelaksanaan Siklus I
















4
Pelaksanaan siklus II
















5
Pengelolaan Data
















6
Penyusunan Laporan

















B.     Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis refleksi terhadap berbagai tindakan dilakukan guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Wibawa, 2003:3).
Perbaikan pembelajaran menurut Rusna Ristasa (Http//id.shvoong.com/exact_sciences/mathematics/2139118_methoda_penugasan_meningkatkan_keaktifan siswa_shoong)  yang di unduh pada tanggal 18 Februari 2013, dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Hasil dari refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan dijadikan pedoman untuk melakukan revisi rencana perbaikan selanjutnya jika tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah.
Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali dimungkinkan perbaikan yang diinginkan sudah terjadi. Dalam hal ini daur PTK dengan tujuan perbaikan yang direncanakan sudah berakhir. Namun biasanya akan muncul masalah dan akan kembali dipecahkan melalui daur PTK. Daur PTK dapat dilihat pada gambar berikut ini :
 












Gambar 3.1. Daur Penelitian Tindakan Kelas (Rusna Ristasa, 2010: 32)

C.    Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tahapan menganalisis data yaitu (a) Reduksi data yang terkumpul dilakukan melalui berbagai sumber yaitu data hasil pekerjaan siswa atau jawaban-jawaban siswa, dan data yang diperoleh melalui lembar observasi. Data tersebut diklarifikasikan dan disederhanakan, misalnya dengan menyeleksi data-data yang relevan dengan fokus penelitian, data yang tidak diperlukan dibuang. Kegiatan mereduksi data berlangsung terus menerus selama pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan penelitian; (b) Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun sekumpulan informasi secara naratif yang diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat pengetahuan siswa, kesulitan yang dialami siswa, serta hasil yang diproleh sebagai akibat dari pemberian tindakan; (c) Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data yang disajikan dan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan.

IV.   Hasil dan Pembahasan
a.      Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.      Studi Awal
a.      Proses Pembelajaran
Studi awal peneliti mengenai proses pembelajaran difokuskan pada motivasi siswa terhadap pembelajaran IPA, dengan kriteria motifasi yaitu:
1)      siswa tekun dalam  mengerjakan tugas
2)      siswa aktif dalam proses pembelajaran
3)      siswa mempunyai rasa ingin tahu terhadap materi yang disampaikan.
 Pada studi awal ini dikatakan bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem di kelas VI masih rendah, hal ini disebabkan pembelajaran di kelas hanya bersifat transfer ilmu pengetahuan saja dan dilakukan secara konvensional dengan menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kebutuhan siswa, selain itu peneliti juga belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b.      Hasil Belajar
Hasil belajar pada studi awal pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem di kelas VI masih sangat rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut.



Tabel 4.1 Nilai Studi Awal
No
Nama siswa
Jenis Kelamin
Nilai Studi Awal
Keterangan
1.
Fiki Asfarudin
L
20
BT
2.
Ahmad Zainul Amri
L
60
BT
3.
Aziz Musbihan
L
40
BT
4.
Ayu Ma’rifatus Sholihah
P
60
BT
5.
Mohamad Aziz Supriyadi
L
40
BT
6.
Itmamul Wafa
L
30
BT
7.
Yuni Uswatun Khasanah
P
60
BT
8.
Affan Fauzi
L
40
BT
9.
Ahmad Ulun Nangim
L
50
BT
10.
Alfi Ma’munatun Hasanah
P
50
BT
11.
A.Yaqut Shofiyyulloh
L
40
BT
12.
Doni Choiruman
L
80
T
13.
Eka Fahri Kurniawan
L
60
BT
14.
Febryana Rudiyanto
L
60
BT
15.
Fuadi Wafa
L
80
T
16.
Laely Ma’rifah
P
70
T
17.
Fuad Nur Khafid
L
70
T
18.
Moh. Syaeful Huda
L
80
T
19.
Muhamad Darul Muttaqin
L
50
BT
20.
Mohammad Syafri Assidiq
L
80
T
21.
Muhammad Wahyu Hidayat
L
60
BT
22.
Nur Nawangsari
P
70
T
23.
Reyvanza Febri Prasetya
L
70
T
24.
Rifqi Deni Masruhan
L
50
BT
25.
Siti Robingatun Sururriyah
P
50
BT
26.
Tania Titis Feriyanti
P
80
T
27.
Rifka Alifianti
P
60
BT






Jumlah

1560


KKM

65


Rata-rata Kelas

58


Persentase Ketuntasan


33%

Persentase Belum tuntas


67%
Keterangan
T            : Tuntas
BT         : Belum Tuntas

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 tersebut dapat diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas VI SD Negeri 1 Karangsari adalah 65, dari 27 siswa kelas VI yang mengalami ketidaktuntasan belajar sebanyak 18 siswa (67%) di bawah KKM, sisanya 9 siswa telah mengalami ketuntasan belajar yaitu 33% di atas KKM, dari batas tuntas yang diharapkan oleh guru yaitu 95%. Nilai terendah yang didapatkan siswa yaitu 20 dan nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 57. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 11 siswa dan yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata kelas sebanyak 16 siswa.
Dari paparan informasi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada studi awal masih sangat rendah, maka dari itu sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2.      Hasil Penelitian Siklus I
a.      Proses Pembelajaran
Sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar studi awal yang sangat rendah, maka peneliti melakukan PTK dengan melakukan proses pembelajaran siklus I. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan, proses pembelajaran  siklus I dilakukan pada tanggal 14 dan 16 Maret 2013.
Pada siklus I telah terjadi peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem di kelas VI. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.






Tabel 4.2 Data Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I
No
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Ket
Ketekunan
Keaktifan
Keingintahuan
1.
Fiki Asfarudin
-
-
R
2.
Ahmad Zainul Amri
-
S
3.
Aziz Musbihan
-
-
R
4.
Ayu Ma’rifatus Sholihah
-
S
5.
Mohamad Aziz Supriyadi
-
-
R
6.
Itmamul Wafa
-
-
R
7.
Yuni Uswatun Khasanah
-
S
8.
Affan Fauzi
-
S
9.
Ahmad Ulun Nangim
-
S
10.
Alfi Ma’munatun Hasanah
-
S
11.
A.Yaqut Shofiyyulloh
-
-
R
12.
Doni Choiruman
T
13.
Eka Fahri Kurniawan
-
S
14.
Febryana Rudiyanto
T
15.
Fuadi Wafa
T
16.
Laely Ma’rifah
T
17.
Fuad Nur Khafid
T
18.
Moh. Syaeful Huda
T
19.
Muhamad Darul Muttaqin
-
-
R
20.
Mohammad Syafri Assidiq
T
21.
Muhammad Wahyu Hidayat
T
22.
Nur Nawangsari
T
23.
Reyvanza Febri Prasetya
T
24.
Rifqi Deni Masruhan
-
S
25.
Siti Robingatun Sururriyah
-
-
R
26.
Tania Titis Feriyanti
T
27.
Rifka Alifianti
-
S

Jumlah motivasi tinggi



11 (41%)

Jumlah motivasi sedang



9 (33%)

Jumlah motivasi rendah



7 (26%)
Keterangan
T   : Motivasi tinggi (memenuhi 3 indikator)
S               : Motivasi sedang (memenuhi 2 indikator)
R  : Motivasi rendah (memenuhi 1 indikator)

Dari tabel 4.2, diperoleh informasi bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi ada 11 siswa (41%), motivasi sedang 9 siswa (33%), dan motivasi rendah 7 siswa (26%).

b.      Hasil Belajar
Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus I mengalami peningkatan, meskipun hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari data nilai evaluasi berikut ini:
Tabel 4.3 Daftar Nilai Evaluasi Siklus I
No
Nama siswa
Jenis Kelamin
Nilai Siklus I
Keterangan
1.
Fiki Asfarudin
L
20
BT
2.
Ahmad Zainul Amri
L
70
T
3.
Aziz Musbihan
L
40
BT
4.
Ayu Ma’rifatus Sholihah
P
50
BT
5.
Mohamad Aziz Supriyadi
L
60
BT
6.
Itmamul Wafa
L
30
BT
7.
Yuni Uswatun Khasanah
P
60
BT
8.
Affan Fauzi
L
70
T
9.
Ahmad Ulun Nangim
L
70
T
10.
Alfi Ma’munatun Hasanah
P
60
BT
11.
A.Yaqut Shofiyyulloh
L
40
BT
12.
Doni Choiruman
L
80
T
13.
Eka Fahri Kurniawan
L
80
T
14.
Febryana Rudiyanto
L
80
T
15.
Fuadi Wafa
L
80
T
16.
Laely Ma’rifah
P
80
T
17.
Fuad Nur Khafid
L
70
T
18.
Moh. Syaeful Huda
L
70
T
19.
Muhamad Darul Muttaqin
L
60
BT
20.
Mohammad Syafri Assidiq
L
80
T
21.
Muhammad Wahyu Hidayat
L
80
T
22.
Nur Nawangsari
P
70
T
23.
Reyvanza Febri Prasetya
L
50
BT
24.
Rifqi Deni Masruhan
L
50
BT
25.
Siti Robingatun Sururriyah
P
20
BT
26.
Tania Titis Feriyanti
P
80
T
27.
Rifka Alifianti
P
60
BT






Jumlah

1660


KKM

65


Rata-rata Kelas

61


Persentase Ketuntasan


52%

Persentase Belum tuntas


48%

Keterangan
T          : Tuntas
BT       : Belum Tuntas

Dari tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)        Pada siklus I nilai rata-rata kelas 61.
2)        Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 14 siswa atau 52% dari jumlah siswa.
3)        Siswa yang belum tuntas belajar ada 13 atau sekitar 48%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah meningkat, meskipun belum optimal, yaitu 14 siswa dari 27 siswa (52%) sudah mencapai ketuntasan belajar.

3.      Hasil Penelitian Siklus II
a.      Proses Pembelajaran
Siklus II dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar pada siklus I yang belum optimal.  Siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 dan 23 Maret 2013.
Pada siklus II peningkatan proses pembelajaran mengenai motivasi siswa dalam pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem di kelas VI cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini












Tabel 4.4 Data Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I
No
Nama Siswa
Aspek yang dinilai
Ket
Ketekunan
Keaktifan
Keingintahuan
1.
Fiki Asfarudin
-
-
R
2.
Ahmad Zainul Amri
T
3.
Aziz Musbihan
T
4.
Ayu Ma’rifatus Sholihah
T
5.
Mohamad Aziz Supriyadi
T
6.
Itmamul Wafa
-
S
7.
Yuni Uswatun Khasanah
T
8.
Affan Fauzi
T
9.
Ahmad Ulun Nangim
T
10.
Alfi Ma’munatun Hasanah
-
S
11.
A.Yaqut Shofiyyulloh
-
S
12.
Doni Choiruman
T
13.
Eka Fahri Kurniawan
T
14.
Febryana Rudiyanto
T
15.
Fuadi Wafa
T
16.
Laely Ma’rifah
T
17.
Fuad Nur Khafid
T
18.
Moh. Syaeful Huda
T
19.
Muhamad Darul Muttaqin
-
S
20.
Mohammad Syafri Assidiq
T
21.
Muhammad Wahyu Hidayat
T
22.
Nur Nawangsari
T
23.
Reyvanza Febri Prasetya
T
24.
Rifqi Deni Masruhan
T
25.
Siti Robingatun Sururriyah
-
S
26.
Tania Titis Feriyanti
T
27.
Rifka Alifianti
T

Jumlah motivasi tinggi



21 (78%)

Jumlah motivasi sedang



5 (19%)

Jumlah motivasi rendah



1(4%)
Keterangan
T   : Motivasi tinggi (memenuhi 3 indikator)
S               : Motivasi sedang (memenuhi 2 indikator)
R  : Motivasi rendah (memenuhi 1 indikator)
Dari tabel 4.3 dan di atas, diperoleh informasi bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 21 siswa (78%), siswa memiliki motivasi sedang sebanyak 5 siswa (19%), dan siswa yang bermotivasi rendah hanya ada 1 siswa (4%). Siswa yang bermotivasi rendah tersebut memang tergolong siswa yang sedikit memiliki kelainan atau keterlambatan belajar bila dibandingkan dengan siswa yang lain.
b.      Hasil Belajar
Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya siklus II mengalami peningkatan yang baik, hanya ada beberapa siswa yang belum tuntas atau masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal ini dapat dilihat dari data nilai evaluasi siklus II berikut ini:
Tabel 4.5 Daftar Nilai Evaluasi Siklus II
No
Nama siswa
Jenis Kelamin
Nilai Siklus II
Keterangan
1.
Fiki Asfarudin
L
40
BT
2.
Ahmad Zainul Amri
L
80
T
3.
Aziz Musbihan
L
60
BT
4.
Ayu Ma’rifatus Sholihah
P
60
BT
5.
Mohamad Aziz Supriyadi
L
80
T
6.
Itmamul Wafa
L
50
BT
7.
Yuni Uswatun Khasanah
P
70
T
8.
Affan Fauzi
L
70
T
9.
Ahmad Ulun Nangim
L
90
T
10.
Alfi Ma’munatun Hasanah
P
70
T
11.
A.Yaqut Shofiyyulloh
L
70
T
12.
Doni Choiruman
L
100
T
13.
Eka Fahri Kurniawan
L
90
T
14.
Febryana Rudiyanto
L
100
T
15.
Fuadi Wafa
L
100
T
16.
Laely Ma’rifah
P
100
T
17.
Fuad Nur Khafid
L
100
T
18.
Moh. Syaeful Huda
L
100
T
19.
Muhamad Darul Muttaqin
L
80
T
20.
Mohammad Syafri Assidiq
L
100
T
21.
Muhammad Wahyu Hidayat
L
100
T
22.
Nur Nawangsari
P
90
T
23.
Reyvanza Febri Prasetya
L
70
T
24.
Rifqi Deni Masruhan
L
90
T
25.
Siti Robingatun Sururriyah
P
50
BT
26.
Tania Titis Feriyanti
P
100
T
27.
Rifka Alifianti
P
80
T






Jumlah

2190


KKM

65


Rata-rata Kelas

81


Persentase Ketuntasan


81%

Persentase Belum tuntas


19%

Keterangan
T          : Tuntas
BT       : Belum Tuntas
Dari tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)        Pada siklus I nilai rata-rata kelas 81.
2)        Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 22 siswa atau 81% dari jumlah siswa.
3)        Siswa yang belum tuntas belajar ada 5 atau sekitar 19%.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan sebelumnya. Pada siklus II ini ketuntasan belajar klasikal telah mencapai 81%, artinya ketuntasan belajar tersebut telah melebihi kriteria ketuntasan belajar klasikal yang diharapkan yaiti 75%, sehingga peneliti sudah tidak melakukan pembelajaran siklus III.

b.      Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
a.         Proses Pembelajaran
Pengkajian data yang peneliti lakukan pada proses pembelajaran studi awal, siklus I, dan siklus II, secara bertahap mengalami peningkatan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel dan grafik berikut.
Tabel 4.6 Perbandingan Prosentase Peningkatan Motivasi Siswa
Tingkat Motivasi
Siklus I
Siklus II
Banyak siswa
Prosentase
Banyak siswa
Prosentase
Motivasi Tinggi
11
41%
21
78%
Motivasi Sedang
9
33%
5
19%
Motivasi Rendah
7
26%
1
4%

Dari data tabel dan grafik tersebut di atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa motivasi siswa pada siklus II meningkat, yang semula pada siklus I siswa bermotivasi tinggi hanya 41% atau 11 siswa dari 27 siswa, menjadi 78% atau sebanyak 21 siswa dari 27 siswa. Siswa yang bermotivasi rendah pada siklus I sebanyak 7 siswa atau 26%, pada siklus II hanya ada 1 siswa atau 4% saja. Hal ini disebabkan perkembangan mental siswa tersebut berbeda dari siswa secara normal lainnya.
Menurut Winataputra (2005:2.7) motivasi ada dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar misalnya pujian, nasehat dari guru atau orang tua, bisa juga dari suasana belajar yang menyenangkan.
Penggunaan pendekatan kontekstual yang peneliti lakukan tentunya lebih memunculkan motivasi intrinsik siswa sebab pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Begitu juga munculnya motivasi ekstrinsik siswa sangat didukung oleh suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, dalam hal ini dengan diskusi kelompok, tanya jawab, serta dengan bimbingan peneliti yang sangat berarti bagi siswa, sehingga suasana belajar yang tercipta lebih menyenangkan dan bermakna.
b.        Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007 : 5 - 6).
Penguasaan terhadap konsep pada proses pembelajaran tersebut dapat dilihat pada penilaian evaluasi siswa. Pada siklus II dikatakan bahwa hasil belajar meningkat dibandingkan siklus I. Peningkatan tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Perbandingan Nilai Evaluasi Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No
Nama siswa
Jenis Kelamin
Nilai Studi Awal
Siklus
I
Siklus
II
1.
Fiki Asfarudin
L
20
20
40
2.
Ahmad Zainul Amri
L
60
70
80
3.
Aziz Musbihan
L
40
40
60
4.
Ayu Ma’rifatus Sholihah
P
60
50
60
5.
Mohamad Aziz Supriyadi
L
40
60
80
6.
Itmamul Wafa
L
30
30
50
7.
Yuni Uswatun Khasanah
P
60
60
70
8.
Affan Fauzi
L
40
70
70
9.
Ahmad Ulun Nangim
L
50
70
90
10.
Alfi Ma’munatun Hasanah
P
50
60
70
11.
A.Yaqut Shofiyyulloh
L
40
40
70
12.
Doni Choiruman
L
80
80
100
13.
Eka Fahri Kurniawan
L
60
80
90
14.
Febryana Rudiyanto
L
60
80
100
15.
Fuadi Wafa
L
80
80
100
16.
Laely Ma’rifah
P
70
80
100
17.
Fuad Nur Khafid
L
70
70
100
18.
Moh. Syaeful Huda
L
80
70
100
19.
Muhamad Darul Muttaqin
L
50
60
80
20.
Mohammad Syafri Assidiq
L
80
80
100
21.
Muhammad Wahyu Hidayat
L
60
80
100
22.
Nur Nawangsari
P
70
70
90
23.
Reyvanza Febri Prasetya
L
70
50
70
24.
Rifqi Deni Masruhan
L
50
50
90
25.
Siti Robingatun Sururriyah
P
50
20
50
26.
Tania Titis Feriyanti
P
80
80
100
27.
Rifka Alifianti
P
60
60
80







Jumlah

1560
1660
2190

KKM

65
65
65

Rata-rata Kelas

58
61
81

Persentase Ketuntasan

33%
52%
81%

Persentase Belum tuntas

67%
48%
19%
Grafik 4.8 menunjukkan bahwa perbandingan siswa yang tuntas belajar dengan siswa yang belum tuntas belajar berbanding terbalik antara studi awal, siklus I, dan siklus II. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar secara klasikal pada studi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 33%, 52% dan 81% dan ketidaktuntasan atau belum tuntas belajar siswa secara klasikal menurun yaitu dari 67%, 48%, dan19%.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipicu oleh penggunaan pendekatan kontekstual yang lebih ditingkatkan lagi dalam pembelajan sehingga lebih bermakna, pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok yang lebih kecil lagi dengan 3 atau 4 anggota tiap kelompok sesuai kedekatan pertemanan siswa, melibatkan keaktifan dan kreatifitas siswa lebih tinggi, dan bimbingan peneliti secara menyeluruh kepada siswa.

V.      Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
A.            Simpulan
Berdasarkan analisis data pada bahasan sebelumnya serta hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan, maka peneliti menarik simpulan sebagai berikut :
1.         Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Karangsari. Hal ini dibuktikan dengan lembar pengamatan motivasi siswa. Pada siklus I siswa dengan motivasi tinggi 41%, motivasi sedang 33% dan motivasi rendah 7%, sedangkan pada siklus II siswa dengan motivasi tinggi 78%, motivasi sedang 19%, dan motivasi rendah 4%.
2.         Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Karangsari. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar siswa. Jika pada studi awal ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 33%, maka pada silkus I meningkat menjadi 52% dan pada siklus II ketuntasan belajar klasilkal mencapai 81%.

Dengan demikian penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Karangsari.

B.            Saran Tindak Lanjut
1        Untuk Guru
Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran yang seyogyanya dilaksanakan guru dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa pada khususnya dan meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya.
a.       Guru sebaiknya menggunakan pendekatan, media dan metode yang tepat agar  pembelajaran lebih bermakna dan kemampuan dalam mengelola kelas lebih meningkat.
b.      Guru sebaiknya melakukan penelitian tindakan kelas agar dapat meningkatkan layanan profesional kepada peserta didik.
c.       Guru sebaiknya memperbaiki kinerja dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran berjalan sesuai harapan.
d.      Guru harus mampu meningkatkan rasa percaya diri khususnya dalam mengajar siswa.
2.      Untuk Siswa
a.       Siswa lebih tertarik dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA, sehingga kerja sama dalam diskusi lebih meningkat.
b.      Siswa bisa menguasai materi pelajaran yang diberikan guru sehingga pembelajaran lebih efektif.
c.       Mampu meningkatkan inisisatif sesuai dengan SKBM/KKM.
d.      Menumbuhkan sikap kritis sehingga hasil belajar  meningkat.
3.      Bagi sekolah
a.       Sekolah menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mempunyai potensi yang tinggi di bidang IPA.
b.      Meningkatnya peran serta guru dan siswa dalam pembelajaran IPA.

   Mengingat penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sehingga berimbas pada peningkatan hasil belajar, maka hasil penelitian ini akan diseminasikan dengan teman sejawat melalui Kelompok Kerja Guru (KKG).


DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2011. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi, 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asrori, M. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Bambang Soehendro, 2006. Rangkuman Pedoman Penyusunan KTSP. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Haryanto, 2004. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Mastugino. 2012. www. keseimbangan-ekosistem.html. diunduh 27 Februari 2013
Mulyani, S,  Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana
Nana, S, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Padmono, Y, 1999. Evaluasi Pembelajaran. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sulistyanto, H, dan Edi, W. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suwarni, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Udin, S, Winataputra, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wahyono, B, dan Setya, N. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Wardhani, IGAK, 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Universitas Terbuka.


0 Response to "Laporan KARIL PTK IPA Program S1 PGSD Tahun 2013"

Post a Comment