PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG KESEIMBANGAN EKOSISTEM BAGI
SISWA KELAS VI SDN 1 KARANGSARI
Oleh:
ARUM PRASETYA
NIM
822508814
ABSTRAK
Arum Prasetya. 822508814. Program S1
PGSD FKIP Universitas Terbuka UPBJJ Purwokerto. Penerapan
pendekatan kontekstual untuk peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA tentang
keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.
Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang belum optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah
penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.
Pelaksanaan
perbaikan dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 dan 16 Maret 2013, Siklus II dilaksanakan
pada tanggal 21 dan 23 Maret 2013.
Pada studi awal motivasi
siswa masih sangat rendah, setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, siklus
I siswa dengan motivasi tinggi sebanyak 11 siswa (41%), motivasi sedang 9 siwa
(33%), dan motivasi rendah 7 siswa (26%). Siklus II siswa dengan motivasi
tinggi 21 siswa (78%), motivasi sedang 5
siwa (19%), dan motivasi rendah 1 siswa (4%). Tingkat ketuntasan pada studi
awal 33%, siklus I 52% dan siklus II 81%.
Dapat disimpulkan
bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1
Karangsari.
Kata Kunci :
Pendekatan kontekstual, motivasi, hasil belajar IPA.
I.
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pada Dasarnya mata pelajaran IPA di
SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1)
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2) Mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, 3) Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positip dan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4)
Mengembangkan keterampilan proses
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5)
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, 6) Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan, 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang lingkup bahan
kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Makhluk hidup
dan proses kehidupan, 2) Benda / materi, 3) Energi dan perubahannya, 4) Bumi
dan alam semesta. (KTSP 2006)
Pembelajaran yang efektif dan bermakna
akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun guru
itu sendiri. Hal ini betul-betul terjadi karena seorang guru akan memperoleh
kepuasan apabila telah melaksanakan tugas mengajar dengan baik dan akan dapat
tercapai hasil belajar secara optimal, apabila proses pembelajaran yang
berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki peserta didik.
Namun kenyataan di lapangan proses pembelajaran masih cenderung menggunakan
cara-cara tradisional dengan model pembelajaran konvensional, yang memfokuskan
pada pemberian informasi dan pengetahuan kepada siswa dalam mentransfer
pengetahuan sebanyak mungkin.
Dengan
kondisi pembelajaran yang seperti ini tentu tidak akan efektif dan pada
akhirnya hasil dari proses pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan
oleh guru. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila siswa dalam
mengikuti pembelajaran dapat aktif, baik secara fisik dan mental, penuh
konsentrasi sehingga hasil belajar akan sesuai dengan KKM yang telah ditentukan
sebelumnya, bahkan melampaui.
Dari tes hasil belajar yang dilakukan pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi keseimbangan ekosistem untuk siswa kelas
VI SDN 1 Karangsari semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 diperoleh hasil
belajar yang kurang memuaskan, yaitu dari 27 siswa kelas VI yang mengalami
ketidaktuntasan belajar sebanyak 18 siswa (67%) sisanya 9 siswa telah mengalami
ketuntasan belajar yaitu 33%, dari batas tuntas yang diharapkan oleh guru yaitu
95%. Nilai terendah yang didapatkan siswa yaitu 20 dan nilai tertinggi 80,
dengan rata-rata kelas 57. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata
kelas sebanyak 11 siswa dan yang mendapatkan nilai di atas nilai rata-rata
kelas sebanyak 16 siswa.
Dari
data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas VI SDN 1
Karangsari belum mengalami ketuntasan belajar. Sebagai guru menyadari
sepenuhnya di dalam melaksanakan pembelajaran
di kelas belum memanfaatkan secara maksimal berbagai faktor yang dapat
meningkatkan hasil belajar, khususnya penggunaan pendekatan kontekstual,
mengingat selama ini hanya memberikan pembelajaran secara konvensional.
Berawal dari hal tersebut, peneliti meminta bantuan
teman sejawat yaitu bapak Sariyo, S.Pd, yang sebelumnya telah mengajar
siswa-siswa tersebut di kelas V, untuk
mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil
diskusi terungkap beberapa
masalah yang belum ada dalam proses pembelajaran yaitu:
1.
Pemahaman siswa terhadap konsep yang
diajarkan masih sangat
rendah.
2.
Motivasi belajar siswa masih rendah.
3.
Keaktifan belajar siswa masih rendah.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti
melakukan analisis masalah dan berdiskusi
dengan tim kolaborasi yaitu teman sejawat, serta bertanya langsung terhadap
siswa tentang pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai proses tersebut,
akhirnya peneliti memprediksi bahwa penyebab rendahnya hasil belajar siswa,
adalah:
1.
Metode yang peneliti lakukan dalam
pembelajaran selalu mengguanakan metode ceramah dan teoritis saja sehingga
pembelajaran menjadi abstrak dan kurang bermakna.
2.
Kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang
dilakukan.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, maka tim kolaborasi menetapkan
alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Peneliti
terdorong untuk melakukan penerapan pendekatan kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning (CTL) yang proses pembelajarannya
mengaitkan
materi dengan pengalaman-pengalaman atau pengetahuan siswa sebelumnya dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) terdapat tujuh komponen utama, yaitu
konstriktivisme (contructivism),
menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Dengan ketujuh komponen tersebut diharapkan proses
pembelajaran pada materi keseimbangan
ekosistem berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Mereka akan menyadari
bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Berdasarkan
ulasan latar belakang tersebut maka peneliti mengkaji melalui bentuk Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar IPA tentang Keseimbangan Ekosistem bagi Siswa Kelas VI SDN 1
Karangsari”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar IPA
tentang Keseimbangan Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari?
2. Apakah
penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang
Keseimbangan Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari?
C. Tujuan PenelitianPerbaikan
Pembelajaran
Sejalan
dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu:
1.
Tujuan
Umum
Penelitian
ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI tentang
keseimbangan ekosistem.
2.
Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui apakah penerapan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar IPA tentang Keseimbangan
Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari.
b. Untuk
mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar IPA tentang Keseimbangan Ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1
Karangsari.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
1.
Manfaat
Teoritis
Secara teoritis penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan diharapkan mempunyai manfaat :
a.
Memperkenalkan pengetahuan dalam bidang
pendidikan tentang pembelajaran IPA, sehingga dapat membantu meningkatkan
kualitas pendidikan.
b.
Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi Siswa
1)
Siswa termotivasi untuk menyukai
pelajaran IPA.
2)
Membantu siswa memperoleh pengalaman
belajar yang nyata dalam memahami konsep keseimbangan ekosistem.
3)
Dapat menumbuhkan sikap kritis terhadap
hasil belajar.
b.
Bagi Peneliti
1)
Membantu memperbaiki kinerja peneliti.
2)
Membantu meningkatkan sikap
professional.
3)
Peneliti mampu meningkatkan motivasi
siswa dalam proses pembelajaran matematika.
c.
Bagi Sekolah
1)
Membantu meningkatkan kualitas sekolah
seiring dengan meningkatnya kemampuan guru.
2)
Meningkatkan partisipasi aktif guru dan
siswa.
3)
Memberikan sumbangan pemikiran dan
tambahan pengetahuan bagi SD Negeri 1 Karangsari.
II. Kajian Pustaka
1.
Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa
akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti.
Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan
suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapainya.
Tugas guru dalam pembelajaran
kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru
lebih berurusan dengan strategi dari pada member informasi. Guru hanya
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang
baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada
teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal
sebagai berikut :
1)
Mengkaji konsep atau teori yang akan
dipelajari oleh siswa.
2)
Memahami latar belakang dan pengalaman
hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3)
Mempelajari lingkungan sekolah dan
tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep
atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
4)
Merancang pengajaran dengan mengaitkan
konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang
dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka.
5)
Melaksanakan penilaian terhadap
pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi terhadap
rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya,
pendekatan contextual teaching and
learning (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstriktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling),
refleksi (reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment ).
Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut :
1)
Konstruktivisme ( Contructivism )
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir contextual
teaching and learning ( CTL ), yang menekankan bahwa belajar tidak hanya
sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar
mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuaannya,
yang melandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
2)
Menemukan ( Inquiry )
Menemukan
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual karena
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan
menemukan merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis ), pengumpulan data, dan
penyimpulan.
3)
Bertanya ( Questioning )
Pengetahuan
yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi
utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk :
a) Menggali
informasi.
b) Menggali
pemahaman siswa.
c) Membangkitkan
respon kepada siswa.
d ) Mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa.
e) Mengetahui
hal-hal yang sudah diketahui siswa.
f) Memfokuskan
perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru.
g) Membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
h) Untuk
menyegarkan kembali ingatan siswa.
4)
Masyarakat Belajar ( Learning Community )
Konsep
masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil
kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman,
antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar
terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok, atau lebih yang terlibat
dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5)
Pemodelan ( Modelling )
Pemodelan
pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru
menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari
luar.
6)
Refleksi ( Reflection )
Refleksi
merupakan cara berfikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau
berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Realisasinya
dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi
yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
7)
Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assesment )
Penilaian
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa
siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada
penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan
terhadap proses maupun hasil.
2.
Motivasi
Motivasi adalah daya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan tertentu (Winkel, 1984, dalam Psikologi Pendidikan
dan Evaluasi Belajar).
Nasution (1995:73)
mengatakan motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Dari definisi di atas
dapat disimpulkan motivasi adalah suatu keadaan yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu sehingga tujuannya dapat tercapai.
Menurut Winataputra
(2005:2.7) motivasi ada dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsic muncul dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi
ekstrinsik berasal dari luar misalnya pujian, nasehat dari guru atau orang tua,
bisa juga dari suasana belajar yang menyenangkan.
Ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain :
a.
Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip
belajar.
b.
Mengoptimalkan unsure-unsur dinamis
dalam pembelajaran.
c.
Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman
atau kemampuan yang telah dimiliki siswa.
d.
Mengembangkan cita-cita atau aspirasi
siswa.
3.
Hasil
Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh
karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan
perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran
merupakan deskripsi tentang
perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan
bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007 : 5 - 6).
Hasil belajar menurut Anni (2007: 4)
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perilaku tergantung pada apa yang
dipelajari oleh pebelajar.
Dimyati dan Mudjiono hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Hamalik, hasil
belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan lain sebagainya. www.Indramunawar.blogspot.com
Dari beberapa
uraian diatas maka dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang diwujudkan berupa
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
A. Subjek, Tempat, dan Waktu
Penelitian
a.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI
SD Negeri 1 Karangsari, UPTD Dikpora Unit Kecamatan Kutowinangun, tahun pelajaran
2012/2013, yang berjumlah 27 siswa terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan, dengan usia rata-rata mereka 12 tahun.
b.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1
Karangsari, UPTD Dikpora Unit Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen pada
semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.
c.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua
siklus, dengan setiap siklusnya dilaksanakan 2 kali pertemuan. Penelitian ini
dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai pertengahan bulan Februari
sampai dengan Mei tahun 2013, dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:
1)
Siklus I
a)
Pertemuan I : Kamis, 14 Maret 2013
b)
Pertemuan II : Sabtu, 16 Maret 2013
2)
Siklus II
a)
Pertemuan I : Senin, 21 Maret 2013
b)
Pertemuan II : Rabu, 23 Maret 2013
Untuk lebih jelasnya pembagian waktu kegiatan
penelitian dapat diperinci seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|
||||||||||||||
Februari
|
Maret
|
April
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
Perencanaan
RPP
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Persiapan
Instrumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pelaksanaan
Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pelaksanaan
siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengelolaan
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penyusunan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B. Desain Prosedur Perbaikan
Pembelajaran
Penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis refleksi terhadap berbagai tindakan dilakukan guru
yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai
dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan
pembelajaran untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Wibawa,
2003:3).
Perbaikan pembelajaran menurut Rusna Ristasa (Http//id.shvoong.com/exact_sciences/mathematics/2139118_methoda_penugasan_meningkatkan_keaktifan
siswa_shoong) yang di unduh pada
tanggal 18 Februari 2013, dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang
terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), observasi (observation) dan refleksi (reflection). Hasil dari refleksi
terhadap tindakan yang dilaksanakan akan dijadikan pedoman untuk melakukan
revisi rencana perbaikan selanjutnya jika tindakan yang dilakukan belum
berhasil memecahkan masalah.
Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali
dimungkinkan perbaikan yang diinginkan sudah terjadi. Dalam hal ini daur PTK
dengan tujuan perbaikan yang direncanakan sudah berakhir. Namun biasanya akan
muncul masalah dan akan kembali dipecahkan melalui daur PTK. Daur PTK dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.1. Daur Penelitian Tindakan Kelas (Rusna
Ristasa, 2010: 32)
C. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tahapan menganalisis
data yaitu (a) Reduksi data yang terkumpul dilakukan melalui berbagai sumber
yaitu data hasil pekerjaan siswa atau jawaban-jawaban siswa, dan data yang
diperoleh melalui lembar observasi. Data tersebut diklarifikasikan dan
disederhanakan, misalnya dengan menyeleksi data-data yang relevan dengan fokus
penelitian, data yang tidak diperlukan dibuang. Kegiatan mereduksi data
berlangsung terus menerus selama pengumpulan data sampai dengan penyusunan
laporan penelitian; (b) Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun
sekumpulan informasi secara naratif yang diperoleh dari hasil reduksi sehingga
dapat pengetahuan siswa, kesulitan yang dialami siswa, serta hasil yang
diproleh sebagai akibat dari pemberian tindakan; (c) Penarikan kesimpulan
dilakukan berdasarkan data yang disajikan dan merupakan pengungkapan akhir dari
hasil tindakan.
IV. Hasil dan Pembahasan
a. Deskripsi Hasil Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
1.
Studi
Awal
a.
Proses
Pembelajaran
Studi awal peneliti mengenai proses
pembelajaran difokuskan pada motivasi siswa terhadap pembelajaran IPA, dengan
kriteria motifasi yaitu:
1)
siswa tekun dalam mengerjakan tugas
2)
siswa aktif dalam proses
pembelajaran
3)
siswa mempunyai rasa ingin tahu
terhadap materi yang disampaikan.
Pada studi awal ini dikatakan bahwa motivasi
siswa dalam pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem di kelas VI masih
rendah, hal ini disebabkan pembelajaran di kelas hanya bersifat transfer ilmu
pengetahuan saja dan dilakukan secara konvensional dengan menyampaikan materi
pelajaran sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kebutuhan siswa, selain itu
peneliti juga belum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b.
Hasil
Belajar
Hasil belajar pada studi awal
pembelajaran IPA tentang keseimbangan ekosistem di kelas VI masih sangat rendah
dan belum sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Hal ini bisa dilihat pada
tabel berikut.
Tabel
4.1 Nilai Studi Awal
No
|
Nama siswa
|
Jenis Kelamin
|
Nilai Studi Awal
|
Keterangan
|
1.
|
Fiki Asfarudin
|
L
|
20
|
BT
|
2.
|
Ahmad Zainul Amri
|
L
|
60
|
BT
|
3.
|
Aziz Musbihan
|
L
|
40
|
BT
|
4.
|
Ayu Ma’rifatus Sholihah
|
P
|
60
|
BT
|
5.
|
Mohamad Aziz Supriyadi
|
L
|
40
|
BT
|
6.
|
Itmamul Wafa
|
L
|
30
|
BT
|
7.
|
Yuni Uswatun Khasanah
|
P
|
60
|
BT
|
8.
|
Affan Fauzi
|
L
|
40
|
BT
|
9.
|
Ahmad Ulun Nangim
|
L
|
50
|
BT
|
10.
|
Alfi Ma’munatun Hasanah
|
P
|
50
|
BT
|
11.
|
A.Yaqut Shofiyyulloh
|
L
|
40
|
BT
|
12.
|
Doni Choiruman
|
L
|
80
|
T
|
13.
|
Eka Fahri Kurniawan
|
L
|
60
|
BT
|
14.
|
Febryana Rudiyanto
|
L
|
60
|
BT
|
15.
|
Fuadi Wafa
|
L
|
80
|
T
|
16.
|
Laely Ma’rifah
|
P
|
70
|
T
|
17.
|
Fuad Nur Khafid
|
L
|
70
|
T
|
18.
|
Moh. Syaeful Huda
|
L
|
80
|
T
|
19.
|
Muhamad Darul Muttaqin
|
L
|
50
|
BT
|
20.
|
Mohammad Syafri Assidiq
|
L
|
80
|
T
|
21.
|
Muhammad Wahyu Hidayat
|
L
|
60
|
BT
|
22.
|
Nur Nawangsari
|
P
|
70
|
T
|
23.
|
Reyvanza Febri Prasetya
|
L
|
70
|
T
|
24.
|
Rifqi Deni Masruhan
|
L
|
50
|
BT
|
25.
|
Siti Robingatun Sururriyah
|
P
|
50
|
BT
|
26.
|
Tania Titis Feriyanti
|
P
|
80
|
T
|
27.
|
Rifka Alifianti
|
P
|
60
|
BT
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
1560
|
|
|
KKM
|
|
65
|
|
|
Rata-rata Kelas
|
|
58
|
|
|
Persentase Ketuntasan
|
|
|
33%
|
|
Persentase Belum tuntas
|
|
|
67%
|
Keterangan
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik
4.1 tersebut dapat diperoleh informasi bahwa Kriteria Ketuntasan Belajar
Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas VI SD Negeri 1 Karangsari adalah
65, dari 27 siswa kelas VI yang mengalami
ketidaktuntasan belajar sebanyak 18 siswa (67%) di bawah KKM, sisanya 9 siswa
telah mengalami ketuntasan belajar yaitu 33% di atas KKM, dari batas tuntas
yang diharapkan oleh guru yaitu 95%. Nilai terendah yang didapatkan siswa yaitu
20 dan nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 57. Siswa yang mendapatkan
nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 11 siswa dan yang mendapatkan nilai di
atas nilai rata-rata kelas sebanyak 16 siswa.
Dari paparan informasi di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar pada studi awal masih sangat rendah, maka dari
itu sebagai tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA maka
peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
2.
Hasil
Penelitian Siklus I
a.
Proses
Pembelajaran
Sebagai tindak lanjut dari proses
pembelajaran dan hasil belajar studi awal yang sangat rendah, maka peneliti
melakukan PTK dengan melakukan proses pembelajaran siklus I. Sesuai dengan
jadwal yang ditentukan, proses pembelajaran
siklus I dilakukan pada tanggal 14 dan 16 Maret 2013.
Pada siklus I telah
terjadi peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA tentang keseimbangan
ekosistem di kelas VI. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel
4.2 Data Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Aspek yang dinilai
|
Ket
|
||
Ketekunan
|
Keaktifan
|
Keingintahuan
|
|||
1.
|
Fiki Asfarudin
|
-
|
-
|
√
|
R
|
2.
|
Ahmad Zainul Amri
|
√
|
√
|
-
|
S
|
3.
|
Aziz Musbihan
|
-
|
-
|
√
|
R
|
4.
|
Ayu Ma’rifatus
Sholihah
|
√
|
-
|
√
|
S
|
5.
|
Mohamad Aziz
Supriyadi
|
-
|
-
|
√
|
R
|
6.
|
Itmamul Wafa
|
-
|
√
|
-
|
R
|
7.
|
Yuni Uswatun
Khasanah
|
√
|
√
|
-
|
S
|
8.
|
Affan Fauzi
|
-
|
√
|
√
|
S
|
9.
|
Ahmad Ulun Nangim
|
√
|
√
|
-
|
S
|
10.
|
Alfi Ma’munatun
Hasanah
|
√
|
√
|
-
|
S
|
11.
|
A.Yaqut
Shofiyyulloh
|
-
|
√
|
-
|
R
|
12.
|
Doni Choiruman
|
√
|
√
|
√
|
T
|
13.
|
Eka Fahri
Kurniawan
|
-
|
√
|
√
|
S
|
14.
|
Febryana
Rudiyanto
|
√
|
√
|
√
|
T
|
15.
|
Fuadi Wafa
|
√
|
√
|
√
|
T
|
16.
|
Laely Ma’rifah
|
√
|
√
|
√
|
T
|
17.
|
Fuad Nur Khafid
|
√
|
√
|
√
|
T
|
18.
|
Moh. Syaeful Huda
|
√
|
√
|
√
|
T
|
19.
|
Muhamad Darul
Muttaqin
|
-
|
√
|
-
|
R
|
20.
|
Mohammad Syafri
Assidiq
|
√
|
√
|
√
|
T
|
21.
|
Muhammad Wahyu
Hidayat
|
√
|
√
|
√
|
T
|
22.
|
Nur Nawangsari
|
√
|
√
|
√
|
T
|
23.
|
Reyvanza Febri
Prasetya
|
√
|
√
|
√
|
T
|
24.
|
Rifqi Deni
Masruhan
|
√
|
√
|
-
|
S
|
25.
|
Siti Robingatun
Sururriyah
|
-
|
√
|
-
|
R
|
26.
|
Tania Titis
Feriyanti
|
√
|
√
|
√
|
T
|
27.
|
Rifka Alifianti
|
-
|
√
|
√
|
S
|
|
Jumlah motivasi tinggi
|
|
|
|
11 (41%)
|
|
Jumlah motivasi sedang
|
|
|
|
9 (33%)
|
|
Jumlah motivasi rendah
|
|
|
|
7 (26%)
|
Keterangan
T :
Motivasi tinggi (memenuhi 3 indikator)
S :
Motivasi sedang (memenuhi 2 indikator)
R :
Motivasi rendah (memenuhi 1 indikator)
Dari tabel 4.2,
diperoleh informasi bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi ada 11 siswa
(41%), motivasi sedang 9 siswa (33%), dan motivasi rendah 7 siswa (26%).
b.
Hasil
Belajar
Hasil belajar siswa setelah
dilaksanakannya siklus I mengalami peningkatan, meskipun hanya sedikit. Hal ini
dapat dilihat dari data nilai evaluasi berikut ini:
Tabel 4.3 Daftar Nilai Evaluasi Siklus I
No
|
Nama siswa
|
Jenis Kelamin
|
Nilai Siklus I
|
Keterangan
|
1.
|
Fiki Asfarudin
|
L
|
20
|
BT
|
2.
|
Ahmad Zainul Amri
|
L
|
70
|
T
|
3.
|
Aziz Musbihan
|
L
|
40
|
BT
|
4.
|
Ayu Ma’rifatus Sholihah
|
P
|
50
|
BT
|
5.
|
Mohamad Aziz Supriyadi
|
L
|
60
|
BT
|
6.
|
Itmamul Wafa
|
L
|
30
|
BT
|
7.
|
Yuni Uswatun Khasanah
|
P
|
60
|
BT
|
8.
|
Affan Fauzi
|
L
|
70
|
T
|
9.
|
Ahmad Ulun Nangim
|
L
|
70
|
T
|
10.
|
Alfi Ma’munatun Hasanah
|
P
|
60
|
BT
|
11.
|
A.Yaqut Shofiyyulloh
|
L
|
40
|
BT
|
12.
|
Doni Choiruman
|
L
|
80
|
T
|
13.
|
Eka Fahri Kurniawan
|
L
|
80
|
T
|
14.
|
Febryana Rudiyanto
|
L
|
80
|
T
|
15.
|
Fuadi Wafa
|
L
|
80
|
T
|
16.
|
Laely Ma’rifah
|
P
|
80
|
T
|
17.
|
Fuad Nur Khafid
|
L
|
70
|
T
|
18.
|
Moh. Syaeful Huda
|
L
|
70
|
T
|
19.
|
Muhamad Darul Muttaqin
|
L
|
60
|
BT
|
20.
|
Mohammad Syafri Assidiq
|
L
|
80
|
T
|
21.
|
Muhammad Wahyu Hidayat
|
L
|
80
|
T
|
22.
|
Nur Nawangsari
|
P
|
70
|
T
|
23.
|
Reyvanza Febri Prasetya
|
L
|
50
|
BT
|
24.
|
Rifqi Deni Masruhan
|
L
|
50
|
BT
|
25.
|
Siti Robingatun Sururriyah
|
P
|
20
|
BT
|
26.
|
Tania Titis Feriyanti
|
P
|
80
|
T
|
27.
|
Rifka Alifianti
|
P
|
60
|
BT
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
1660
|
|
|
KKM
|
|
65
|
|
|
Rata-rata Kelas
|
|
61
|
|
|
Persentase Ketuntasan
|
|
|
52%
|
|
Persentase Belum tuntas
|
|
|
48%
|
Keterangan
T :
Tuntas
BT : Belum Tuntas
Dari
tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)
Pada siklus I nilai rata-rata kelas 61.
2)
Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar ada 14 siswa atau 52% dari jumlah siswa.
3)
Siswa yang belum tuntas belajar ada 13
atau sekitar 48%.
Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah meningkat, meskipun belum optimal,
yaitu 14 siswa dari 27 siswa (52%) sudah mencapai ketuntasan belajar.
3.
Hasil
Penelitian Siklus II
a.
Proses
Pembelajaran
Siklus II dilaksanakan sebagai tindak
lanjut dari proses pembelajaran dan hasil belajar pada siklus I yang belum
optimal. Siklus II dilaksanakan pada
tanggal 21 dan 23 Maret 2013.
Pada siklus II
peningkatan proses pembelajaran mengenai motivasi siswa dalam pembelajaran IPA
tentang keseimbangan ekosistem di kelas VI cukup memuaskan. Hal ini dapat
dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini
Tabel
4.4 Data Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Aspek yang dinilai
|
Ket
|
||
Ketekunan
|
Keaktifan
|
Keingintahuan
|
|||
1.
|
Fiki Asfarudin
|
-
|
√
|
-
|
R
|
2.
|
Ahmad Zainul Amri
|
√
|
√
|
√
|
T
|
3.
|
Aziz Musbihan
|
√
|
√
|
√
|
T
|
4.
|
Ayu Ma’rifatus
Sholihah
|
√
|
√
|
√
|
T
|
5.
|
Mohamad Aziz
Supriyadi
|
√
|
√
|
√
|
T
|
6.
|
Itmamul Wafa
|
√
|
√
|
-
|
S
|
7.
|
Yuni Uswatun
Khasanah
|
√
|
√
|
√
|
T
|
8.
|
Affan Fauzi
|
√
|
√
|
√
|
T
|
9.
|
Ahmad Ulun Nangim
|
√
|
√
|
√
|
T
|
10.
|
Alfi Ma’munatun
Hasanah
|
√
|
√
|
-
|
S
|
11.
|
A.Yaqut
Shofiyyulloh
|
-
|
√
|
√
|
S
|
12.
|
Doni Choiruman
|
√
|
√
|
√
|
T
|
13.
|
Eka Fahri
Kurniawan
|
√
|
√
|
√
|
T
|
14.
|
Febryana
Rudiyanto
|
√
|
√
|
√
|
T
|
15.
|
Fuadi Wafa
|
√
|
√
|
√
|
T
|
16.
|
Laely Ma’rifah
|
√
|
√
|
√
|
T
|
17.
|
Fuad Nur Khafid
|
√
|
√
|
√
|
T
|
18.
|
Moh. Syaeful Huda
|
√
|
√
|
√
|
T
|
19.
|
Muhamad Darul
Muttaqin
|
√
|
√
|
-
|
S
|
20.
|
Mohammad Syafri
Assidiq
|
√
|
√
|
√
|
T
|
21.
|
Muhammad Wahyu
Hidayat
|
√
|
√
|
√
|
T
|
22.
|
Nur Nawangsari
|
√
|
√
|
√
|
T
|
23.
|
Reyvanza Febri
Prasetya
|
√
|
√
|
√
|
T
|
24.
|
Rifqi Deni
Masruhan
|
√
|
√
|
√
|
T
|
25.
|
Siti Robingatun
Sururriyah
|
√
|
√
|
-
|
S
|
26.
|
Tania Titis
Feriyanti
|
√
|
√
|
√
|
T
|
27.
|
Rifka Alifianti
|
√
|
√
|
√
|
T
|
|
Jumlah motivasi tinggi
|
|
|
|
21 (78%)
|
|
Jumlah motivasi sedang
|
|
|
|
5 (19%)
|
|
Jumlah motivasi rendah
|
|
|
|
1(4%)
|
Keterangan
T :
Motivasi tinggi (memenuhi 3 indikator)
S :
Motivasi sedang (memenuhi 2 indikator)
R :
Motivasi rendah (memenuhi 1 indikator)
Dari tabel 4.3 dan di
atas, diperoleh informasi bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 21
siswa (78%), siswa memiliki motivasi sedang sebanyak 5 siswa (19%), dan siswa
yang bermotivasi rendah hanya ada 1 siswa (4%). Siswa yang bermotivasi rendah
tersebut memang tergolong siswa yang sedikit memiliki kelainan atau
keterlambatan belajar bila dibandingkan dengan siswa yang lain.
b.
Hasil
Belajar
Hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya
siklus II mengalami peningkatan yang baik, hanya ada beberapa siswa yang belum
tuntas atau masih mendapatkan nilai di bawah KKM. Hal ini dapat dilihat dari
data nilai evaluasi siklus II berikut ini:
Tabel
4.5 Daftar Nilai Evaluasi Siklus II
No
|
Nama siswa
|
Jenis Kelamin
|
Nilai Siklus II
|
Keterangan
|
1.
|
Fiki Asfarudin
|
L
|
40
|
BT
|
2.
|
Ahmad Zainul Amri
|
L
|
80
|
T
|
3.
|
Aziz Musbihan
|
L
|
60
|
BT
|
4.
|
Ayu Ma’rifatus Sholihah
|
P
|
60
|
BT
|
5.
|
Mohamad Aziz Supriyadi
|
L
|
80
|
T
|
6.
|
Itmamul Wafa
|
L
|
50
|
BT
|
7.
|
Yuni Uswatun Khasanah
|
P
|
70
|
T
|
8.
|
Affan Fauzi
|
L
|
70
|
T
|
9.
|
Ahmad Ulun Nangim
|
L
|
90
|
T
|
10.
|
Alfi Ma’munatun Hasanah
|
P
|
70
|
T
|
11.
|
A.Yaqut Shofiyyulloh
|
L
|
70
|
T
|
12.
|
Doni Choiruman
|
L
|
100
|
T
|
13.
|
Eka Fahri Kurniawan
|
L
|
90
|
T
|
14.
|
Febryana Rudiyanto
|
L
|
100
|
T
|
15.
|
Fuadi Wafa
|
L
|
100
|
T
|
16.
|
Laely Ma’rifah
|
P
|
100
|
T
|
17.
|
Fuad Nur Khafid
|
L
|
100
|
T
|
18.
|
Moh. Syaeful Huda
|
L
|
100
|
T
|
19.
|
Muhamad Darul Muttaqin
|
L
|
80
|
T
|
20.
|
Mohammad Syafri Assidiq
|
L
|
100
|
T
|
21.
|
Muhammad Wahyu Hidayat
|
L
|
100
|
T
|
22.
|
Nur Nawangsari
|
P
|
90
|
T
|
23.
|
Reyvanza Febri Prasetya
|
L
|
70
|
T
|
24.
|
Rifqi Deni Masruhan
|
L
|
90
|
T
|
25.
|
Siti Robingatun Sururriyah
|
P
|
50
|
BT
|
26.
|
Tania Titis Feriyanti
|
P
|
100
|
T
|
27.
|
Rifka Alifianti
|
P
|
80
|
T
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
2190
|
|
|
KKM
|
|
65
|
|
|
Rata-rata Kelas
|
|
81
|
|
|
Persentase Ketuntasan
|
|
|
81%
|
|
Persentase Belum tuntas
|
|
|
19%
|
Keterangan
T :
Tuntas
BT : Belum Tuntas
Dari
tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)
Pada siklus I nilai rata-rata kelas 81.
2)
Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar ada 22 siswa atau 81% dari jumlah siswa.
3)
Siswa yang belum tuntas belajar ada 5
atau sekitar 19%.
Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa penguasaan materi sudah mengalami peningkatan bila
dibandingkan sebelumnya. Pada siklus II ini ketuntasan belajar klasikal telah
mencapai 81%, artinya ketuntasan belajar tersebut telah melebihi kriteria
ketuntasan belajar klasikal yang diharapkan yaiti 75%, sehingga peneliti sudah
tidak melakukan pembelajaran siklus III.
b. Pembahasan Hasil Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
a.
Proses
Pembelajaran
Pengkajian data yang peneliti lakukan
pada proses pembelajaran studi awal, siklus I, dan siklus II, secara bertahap
mengalami peningkatan yang lebih baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel dan
grafik berikut.
Tabel 4.6 Perbandingan Prosentase Peningkatan
Motivasi Siswa
Tingkat
Motivasi
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
||
Banyak
siswa
|
Prosentase
|
Banyak
siswa
|
Prosentase
|
|
Motivasi
Tinggi
|
11
|
41%
|
21
|
78%
|
Motivasi
Sedang
|
9
|
33%
|
5
|
19%
|
Motivasi
Rendah
|
7
|
26%
|
1
|
4%
|
Dari data tabel dan grafik tersebut di
atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa motivasi siswa pada siklus II meningkat,
yang semula pada siklus I siswa bermotivasi tinggi hanya 41% atau 11 siswa dari
27 siswa, menjadi 78% atau sebanyak 21 siswa dari 27 siswa. Siswa yang
bermotivasi rendah pada siklus I sebanyak 7 siswa atau 26%, pada siklus II
hanya ada 1 siswa atau 4% saja. Hal ini disebabkan perkembangan mental siswa
tersebut berbeda dari siswa secara normal lainnya.
Menurut Winataputra (2005:2.7) motivasi
ada dua macam yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik muncul dari dalam diri siswa. Sedangkan motivasi ekstrinsik berasal
dari luar misalnya pujian, nasehat dari guru atau orang tua, bisa juga dari
suasana belajar yang menyenangkan.
Penggunaan pendekatan kontekstual yang
peneliti lakukan tentunya lebih memunculkan motivasi intrinsik siswa sebab
pembelajaran dengan penerapan pendekatan kontekstual mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Begitu juga munculnya
motivasi ekstrinsik siswa sangat didukung oleh suasana belajar yang
menyenangkan bagi siswa, dalam hal ini dengan diskusi kelompok, tanya jawab,
serta dengan bimbingan peneliti yang sangat berarti bagi siswa, sehingga
suasana belajar yang tercipta lebih menyenangkan dan bermakna.
b.
Hasil
Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pebelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Oleh
karena itu pebelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep. Maka perubahan
perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Tujuan pembelajaran
merupakan deskripsi tentang
perubahan tingkah laku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan
bahwa belajar telah terjadi. ( gerlach dan Ely, 1980 dalam Ani 2007 : 5 - 6).
Penguasaan terhadap konsep pada proses
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada penilaian evaluasi siswa. Pada siklus
II dikatakan bahwa hasil belajar meningkat dibandingkan siklus I. Peningkatan
tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Tabel
4.7 Perbandingan Nilai Evaluasi Studi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No
|
Nama
siswa
|
Jenis
Kelamin
|
Nilai
Studi Awal
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
1.
|
Fiki
Asfarudin
|
L
|
20
|
20
|
40
|
2.
|
Ahmad
Zainul Amri
|
L
|
60
|
70
|
80
|
3.
|
Aziz
Musbihan
|
L
|
40
|
40
|
60
|
4.
|
Ayu
Ma’rifatus Sholihah
|
P
|
60
|
50
|
60
|
5.
|
Mohamad
Aziz Supriyadi
|
L
|
40
|
60
|
80
|
6.
|
Itmamul
Wafa
|
L
|
30
|
30
|
50
|
7.
|
Yuni
Uswatun Khasanah
|
P
|
60
|
60
|
70
|
8.
|
Affan
Fauzi
|
L
|
40
|
70
|
70
|
9.
|
Ahmad
Ulun Nangim
|
L
|
50
|
70
|
90
|
10.
|
Alfi
Ma’munatun Hasanah
|
P
|
50
|
60
|
70
|
11.
|
A.Yaqut
Shofiyyulloh
|
L
|
40
|
40
|
70
|
12.
|
Doni
Choiruman
|
L
|
80
|
80
|
100
|
13.
|
Eka
Fahri Kurniawan
|
L
|
60
|
80
|
90
|
14.
|
Febryana
Rudiyanto
|
L
|
60
|
80
|
100
|
15.
|
Fuadi
Wafa
|
L
|
80
|
80
|
100
|
16.
|
Laely
Ma’rifah
|
P
|
70
|
80
|
100
|
17.
|
Fuad
Nur Khafid
|
L
|
70
|
70
|
100
|
18.
|
Moh.
Syaeful Huda
|
L
|
80
|
70
|
100
|
19.
|
Muhamad
Darul Muttaqin
|
L
|
50
|
60
|
80
|
20.
|
Mohammad
Syafri Assidiq
|
L
|
80
|
80
|
100
|
21.
|
Muhammad
Wahyu Hidayat
|
L
|
60
|
80
|
100
|
22.
|
Nur
Nawangsari
|
P
|
70
|
70
|
90
|
23.
|
Reyvanza
Febri Prasetya
|
L
|
70
|
50
|
70
|
24.
|
Rifqi
Deni Masruhan
|
L
|
50
|
50
|
90
|
25.
|
Siti
Robingatun Sururriyah
|
P
|
50
|
20
|
50
|
26.
|
Tania
Titis Feriyanti
|
P
|
80
|
80
|
100
|
27.
|
Rifka
Alifianti
|
P
|
60
|
60
|
80
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
1560
|
1660
|
2190
|
|
KKM
|
|
65
|
65
|
65
|
|
Rata-rata
Kelas
|
|
58
|
61
|
81
|
|
Persentase
Ketuntasan
|
|
33%
|
52%
|
81%
|
|
Persentase
Belum tuntas
|
|
67%
|
48%
|
19%
|
Grafik 4.8 menunjukkan bahwa perbandingan siswa yang
tuntas belajar dengan siswa yang belum tuntas belajar berbanding terbalik
antara studi awal, siklus I, dan siklus II. Data tersebut menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar secara klasikal
pada studi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 33%,
52% dan 81% dan ketidaktuntasan atau belum tuntas belajar siswa secara klasikal
menurun yaitu dari 67%, 48%, dan19%.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipicu
oleh penggunaan pendekatan kontekstual yang lebih ditingkatkan lagi dalam
pembelajan sehingga lebih bermakna, pengelolaan kelas dengan diskusi kelompok
yang lebih kecil lagi dengan 3 atau 4 anggota tiap kelompok sesuai kedekatan
pertemanan siswa, melibatkan keaktifan dan kreatifitas siswa lebih tinggi, dan
bimbingan peneliti secara menyeluruh kepada siswa.
V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
A.
Simpulan
Berdasarkan analisis data pada bahasan
sebelumnya serta hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan, maka peneliti
menarik simpulan sebagai berikut :
1.
Penerapan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan motivasi belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa
kelas VI SD Negeri 1 Karangsari. Hal ini dibuktikan dengan lembar pengamatan
motivasi siswa. Pada siklus I siswa dengan motivasi tinggi 41%, motivasi sedang
33% dan motivasi rendah 7%, sedangkan pada siklus II siswa dengan motivasi
tinggi 78%, motivasi sedang 19%, dan motivasi rendah 4%.
2.
Penerapan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar IPA tentang keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas
VI SD Negeri 1 Karangsari. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dibuktikan
dengan ketuntasan hasil belajar siswa. Jika pada studi awal ketuntasan belajar
klasikal hanya mencapai 33%, maka pada silkus I meningkat menjadi 52% dan pada
siklus II ketuntasan belajar klasilkal mencapai 81%.
Dengan demikian penerapan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA tentang
keseimbangan ekosistem bagi siswa kelas VI SD Negeri 1 Karangsari.
B.
Saran
Tindak Lanjut
1
Untuk
Guru
Berdasarkan
kesimpulan tersebut, peneliti memberikan beberapa saran yang seyogyanya
dilaksanakan guru dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa
pada khususnya dan meningkatkan kualitas pembelajaran pada umumnya.
a. Guru
sebaiknya menggunakan pendekatan, media dan metode yang tepat agar pembelajaran lebih bermakna dan kemampuan
dalam mengelola kelas lebih meningkat.
b. Guru
sebaiknya melakukan penelitian tindakan kelas agar dapat meningkatkan layanan
profesional kepada peserta didik.
c. Guru
sebaiknya memperbaiki kinerja dalam proses pembelajaran agar proses
pembelajaran berjalan sesuai harapan.
d. Guru
harus mampu meningkatkan rasa percaya diri khususnya dalam mengajar siswa.
2.
Untuk
Siswa
a.
Siswa
lebih tertarik dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA,
sehingga kerja sama dalam diskusi lebih meningkat.
b.
Siswa
bisa menguasai materi pelajaran yang diberikan guru sehingga pembelajaran lebih
efektif.
c.
Mampu
meningkatkan inisisatif sesuai dengan SKBM/KKM.
d.
Menumbuhkan
sikap kritis sehingga hasil belajar
meningkat.
3. Bagi
sekolah
a. Sekolah
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mempunyai potensi yang tinggi di
bidang IPA.
b.
Meningkatnya
peran serta guru dan siswa dalam pembelajaran IPA.
Mengingat penggunaan pendekatan kontekstual pada pembelajaran IPA tentang keseimbangan
ekosistem bagi siswa kelas VI SDN 1 Karangsari dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa sehingga berimbas pada peningkatan hasil belajar, maka
hasil penelitian ini akan diseminasikan dengan teman sejawat melalui Kelompok
Kerja Guru (KKG).
DAFTAR
PUSTAKA
Andayani, dkk. 2011. Pemantapan Kemampuan Profesional.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi,
2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asrori, M. 2009. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV
Wacana Prima
Bambang Soehendro,
2006. Rangkuman Pedoman Penyusunan KTSP.
Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Haryanto,
2004. Sains untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Mastugino.
2012. www. keseimbangan-ekosistem.html. diunduh
27 Februari 2013
Mulyani, S, Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana
Nana, S, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Padmono, Y, 1999. Evaluasi Pembelajaran. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Sulistyanto,
H, dan Edi, W. 2008. Ilmu Pengetahuan
Alam untuk SD/MI Kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Suwarni, 1991. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Udin, S, Winataputra,
2004. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Wahyono,
B, dan Setya, N. 2008. Ilmu Pengetahuan
Alam untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Wardhani, IGAK, 2007.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
Universitas Terbuka.
0 Response to "Laporan KARIL PTK IPA Program S1 PGSD Tahun 2013"
Post a Comment