BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek dan
Setting Penelitian
1.
Subjek
Penelitian
Salah satu
karakteristik PTK adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas, sehingga
fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan
siswa dalam melakukan interaksi. Karena siswa terlibat dalam situasi
penelitian, karakteristik siswa perlu dipahami agar PTK berjalan lancar sesuai
tujuan.
PTK ini dilaksanakan di kelas VI SD N Kedungreja
02 UPT Disdikpora Kecamatan Kedungreja, dengan jumlah siswa sebanyak 35, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 21 siswa
perempuan. Usia mereka rata-rata 12 tahun, walaupun ada 2 anak laki-laki yang
sudah mencapai usia 15 tahun. Mayoritas dari siswa berasal dari keluarga petani
(20 orang), 7 orang dari keluarga pedagang, 5 orang dari keluarga pegawai
negeri sipil, dan 3 orang dari keluarga nelayan. Tentang keadaan fisik siswa
kelas VI pada umumnya baik, hanya ada 1 anak yang mengalami cacat mata sebelah kiri
karena kecelakaan.
Jarak dari rumah ke sekolah di bawah 750 m. Mayoritas siswa berangkat ke
sekolah dengan berjalan kaki, hanya 4 orang yang bersepeda dan 3 orang diantar
orangtuanya.
Prestasi akademik siswa pada semester 1 cukup lumayan meskipun ada 2
siswa yang tidak lulus pada tahun pelajaran yang lalu.
2.
Setting Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri Kedungreja 02, UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap, yang berlokasi di jalan Sultan
Agung No. 14, RT 01 RW 05, Dusun Kedungreja Lor, Desa Karangreja. Lokasi
sekolah terletak di pinggir jalan raya, bersebelahan
dengan Pasar Desa Karangreja. SDN Kedungreja 02 ini
merupakan SD Inti yang memiliki dua kelas paralel untuk masing-masing tingkatan
kelas, dengan duabelas guru dan seorang
kepala sekolah. Pemilihan tempat ini didasarkan pada pertimbangan : (1) sekolah
tersebut merupakan tempat penulis bertugas, (2) sesuai dengan petunjuk
institusi tempat penulis menuntut ilmu, penelitian harus dilakukan di sekolah
tempat bertugas dan kelas yang menjadi ampuannya.
Penelitian ini berlangsung
selama tiga bulan, mulai dari bulan Maret sampai dengan Juli tahun 2012 dengan rincian per siklusnya sebagai berikut :
a.
Siklus
pertama : tanggal 16 dan 17 Maret
2012
a.
Siklus
kedua : tanggal 23 dan 24 Maret 2012
b.
Siklus
ketiga : tanggal 30 dan 31 Maret
2012
3.
Materi
Kajian
Mata
pelajaran yang menjadi bahan kajian yaitu sains, materi
Gerhana yang merupakan materi di semester II dengan spesifikasi sebagai berikut
:
Standar Kompetensi : 9. Memahami
matahari sebagai pusat tata surya dan interaksi bumi dalam tata surya.
Kompetensi Dasar : 9.3 Menjelaskan
terjadinya “Gerhana bulan dan gerhana matahari”.
Indikator : 9.3.1 Menggambarkan
terjadinya “Gerhana bulan dan gerhana matahari”.
9.3.2 Mengenali berbagai bentuk “Gerhana bulan dan
matahari” menggunakan model atau chart.
B. Data,
Sumber Data,Teknik Pengumpulan, dan Analisis Data
1.
Jenis Data
Data penelitian yang
dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa prestasi belajar siswa ssedangkan data kualitatif meliputi: (1) Respon, opini, dan pendapat siswa tentang peran peraga dalam mempermudah pemahaaman dan motivasi siswa dalam belajar.
2.
Sumber Data : sumber data dari penelitian ini adalah siswa dan guru selama melakukan proses pembelajaran.
3.
Teknik Pengumpulan Data
a. Data
Kuantitatif
Data
tentang prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan cara memberikan tes kepada siswa.
b. Data
Kualitatif
1)
Data tentang respon siswa menggunakan
lembar observasi, data tentang opini siswa dengan lembar angket, dan data
tentang pendapat siswa dengan wawancara.
2)
Data tentang motivasi belajar siswa, dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi.
4.
Teknis Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik
deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis
kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data
kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti
membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus.
Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis
mencakup kegiatan untuk mengungkap kualitas pembelajaran, motivasi siswa dalam
belajar, respon, opini dan pendapat siswa berdasarkan kriteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis
tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersama
dan/atau setelah pengumpulan data.
5.
Observer
Dalam pengumpulan data tersebut peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan
tugas sebagai berikut:
Nama :
Liris Sandika Merliana, S.Pd.
NIP :
19791107 199901 2
002
Pekerjaan :
Guru Kelas V
Tugas :
- Mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran
mulai siklus pertama sampai dengan
selesai.
-
Memberikan masukan tentang kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
C. Prosedur
Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang prosedur pelaksanaannya dilakukan melalui
teknik pengkajian berdaur atau berlapis berulang dimana pada setiap daurnya
terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanan, observasi, dan
refleksi. Jenis penelitian seperti ini dikenal dengan istilah Penelitian Tindakan
Kelas atau Classroom
Action Research.
Menurut Arikunto (2006:2-3) di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapati
tiga pengertian yaitu :
1. Penelitian, menunjuk pada
suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada
sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam
penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa.
3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada
pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti
yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud
dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Sedangkan Carr dan Kemmis (dalam Mcniff, 1991:p.2) mendefinisikan action research sebagai berikut:
“Action
research is a form of self-reflective inquiry undertaken by particsainsns
(teachers, students or princsainsls, for example) in social (incluiding
educational) situasion in order to improve the rationality and justice of (1)
their to improve the rationality and justice of (1) their own social or
educational practices, (2) their understanding of these practices, and (3) the
situation (and institutions) in which the pratices are carried out”.
Tidak berbeda
dengan pengertian tersebut, Mills (2000) mendefinisikan penelitian tindakan
sebagai “systematic
inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai
praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi
serta mengembangkan “reflective practice”
yang berdampak positif pada berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki
hasil belajar siswa”.
Dengan berbekal
kedua pengertian di atas selanjutnya Wardani (2006:1.4) mendefinisikan PTK
sebagai berikut, “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat.”
Lebih
lanjut Ristasa (2007: 7-8) menuliskan PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari
empat tahap yaitu perencanaan (plan),
pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection).
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan untuk merevisi rencana jika
ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah, seperti
tampak pada gambar berikut.
Gambar
3.1 Daur Penelitian Tindakan
Kelas (Ristasa, 2007: 7)
Daur PTK
diawali dengan kegiatan merencanakan. Tahap ini merupakan langkah
pertama dalam setiap kegiatan dan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan.
Tahap pelaksanaan/ tindakan sebagai langkah yang kedua dan merupakan tindakan
proses pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan.
Kemudian tindakan perencanaan ini perlu diobservasi agar tindakan yang
dilakukan dapat diketahui kualitasnya.
Berdasarkan
pengamatan tersebut, maka akan dapat ditentukan apakah
ada hal-hal yang perlu segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai
tujuan yang telah dirumuskan. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, hasil pengamatan
selanjutnya
didiskusikan dengan teman sejawat untuk mendapat masukan sebagai bahan refleksi.
Refleksi
dilakukan dengan cara merenungkan kembali
jalannya proses
pembelajaran yang telah dilakukan,
mengkaji
kekurangannya dan kelebihannya. Dengan demikian akan dapat diketahui
kelemahan tindakan pembelajaran yang perlu diperbaiki pada daur ulang
berikutnya. Daur PTK tersebut perlu didesain lebih lanjut agar kelemahan dapat
diminimalkan sehingga secara kronologis, peneliti dapat dengan
mudah melakukan tindakan perbaikan. Daur PTK dalam tiga siklus secara rinci dapat dilihat
pada gambar 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.2 Daur PTK
dalam tiga siklus (dimodifikasi dari Ristasa, 2006:46)
Prosedur
perbaikan pembelajaran pada gambar di atas selanjutnya dirancang dalam urutan
tahapan sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasikan dan menganalisis masalah.
dan merumuskan masalah serta merumuskan hipotesa.
2.
Menemukan cara memecahkan masalah/ tindakan perbaikan.
3.
Merumuskan masalah serta menentukan hipotesis tindakan
4.
Merancang skenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP).
5.
Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan teman sejawat yang ditugasi
sebagai pengamat (observer).
6.
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dirancang dan
diamati oleh teman sejawat.
7.
Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat (observer).
8.
Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
9.
Konsultasi dengan supervisor.
10.
Merancang tindak lanjut.
11.
Merencanakan daur berikutnya, dan seterusnya; sampai pada batas kriteria
yang telah ditetapkan.
D. Deskripsi
Pelaksanaan Tindakan per Siklus
1.
Pelaksanaan
Perbaikan Siklus 1
a.
Tahap
Perencanaan Tindakan (Planning)
Sebelum
benar-benar melaksakan tindakan perbaikan, penulis melakukan persiapan
terakhir, yang dalam bahasa Inggris dinamakan last minute checking. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1) Memeriksa
kembali RPPP yang telah disusun. Sambil dibaca ulang, penulis mencermati
kembali setiap butir yang akan direncanakan.
2)
Memeriksa
semua alat peraga dan sarana lainnya yang akan digunakan, apakah sudah
benar-benar tersedia dan berfungsi dengan
baik.
3) Mencoba alat peraga yang akan digunakan,
serta mensimulasikan penggunaannya, sehingga penulis yakin benar peragaan
akan berjalan mulus.
4)
Memeriksa
kembali urutan yang sudah dirancang. Dengan perkataan lain, penulis
memeriksa skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan mulai dari kegiatan
awal sampai dengan kegiatan akhir.
5)
Memikirkan
hal-hal yang mungkin dapat mengganggu pembelajaran, seperti: keributan ketika
peragaan berlangsung, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan keinginan
anak, pertanyaan yang tidak dijawab oleh siswa, atau ada siswa yang tidak
tertarik pada peragaan yang berlangsung. Kemudian penulis
mencoba merancang antisipasi apa yang akan dilakukan jika hal tersebut
benar-benar terjadi.
6)
Memeriksa
kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi yang
telah kami sepakati dengan teman sejawat yang akan membantu.
7)
Terakhir,
meyakinkan bahwa teman sejawat yang akan membantu sudah siap di kelas ketika
pembelajaran akan dimulai.
b.
Tahap
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Setelah
mengucapkan selamat pagi dan dijawab oleh anak-anak dengan selamat pagi pula, penulis
mulai melakukan tanya jawab sebagai berikut, “Tadi malam udara sangat cerah, siapa
yang sempat melihat ke langit?”.
Beberapa anak mengacungkan tangannya.
“Apa yang kalian lihat di langit?”
Anak-anak menjadi gaduh dan menjawab tanpa
dikomando. Ada
yang mengatakan bintang, bulan, meteor, awan dan ada pula yang melihat pesawat
terbang. Penulis mencoba menenangkan kelas kemudian bertanya.
“Kalau siang hari, apa yang anak-anak
lihat di langit?”
“Banyak Bu”, jawab Zaenal.
“Misalnya apa?”, kembali penulis minta
penegasan. “Kapal terbang, awan, burung, matahari, layang-layang”, jawab Zaenal
kembali. “Baik, sekarang coba anak-anak pikirkan mengapa ada siang dan ada
malam?” Anak-anak terdiam. Nur Utami menjawab, “Karena ada matahari Bu”. “Juga
karena ada bulan, Bu”, jawab Delia yang duduk di sebelah Nur Utami. “Baiklah
anak-anak, pelajaran hari ini adalah tentang proses terjadinya siang dan malam
serta mengapa terjadi gerhana”. Perhatikan baik-baik selama ibu menerangkan, bertanyalah jika kurang jelas, kemudian
lakukan semua kegiatan
yang ditugaskan, sampai kalian mampu menjelaskan proses terjadinya siang
dan malam, proses terjadinya
gerhana, dan dapat membedakan antara
gerhana matahari dengan gerhana bulan”. Anak-anak kelihatan serius menatap di
depan kelas. Di depan kelas di atas sebuah meja dipajang
sebuah peraga yang terdiri dari konstruksi mini matahari yang dipasangi
lampu, bumi, dan bulan. Penulis memulai pembelajaran
dengan meminta bantuan dua orang anak untuk membantu memajang
poster penampakan alam di kala siang dan malam. Anak-anak kelihatan sangat
tertarik dengan gambar tersebut. Beberapa anak kelihatan mulai mengeluarkan
buku paket sains dan membandingkan gambar di buku dengan
di depan papan tulis. Penulis meminta anak-anak untuk sementara
menutup bukunya dan memperhatikan ke papan tulis. Dengan menggunakan alat
peraga replica/maket, penulis mulai menjelaskan apa yang dimaksud dengan
siang dan apa yang dimaksud dengan malam dan mengapa terjadi siang serta malam.
Sesekali penulis mengajukan pertanyaan untuk melihat apakah siswa paham akan
penjelasan. Kemudian penulis meminta beberapa siswa secara bergantian untuk
menunjukkan sebuah lokasi dan menanyakan apakah di lokasi tersebut saat itu
siang atau malam. Selanjutnya penulis meminta dua orang anak untuk memasang
poster “Gerhana bulan dan gerhana matahari”. Semua mata terpusat ke gambar. Penulis
memulai pembahasan dengan menanyakan, “ Adakah di antara anak yang pernah
menyaksikan terjadi Gerhana?”. Beberapa siswa mengatakan pernah
mengalaminya. penulis menjelaskan kapan gerhana matahari
dan kapan gerhana bulan terjadi, mengapa terjadi gerhana, dan
bagaimana posisi benda langit saat terjadi gerhana. Tidak
terasa bel berbunyi, waktu pembelajaran telah habis. Anak-anak diminta membereskan
buku untuk berganti pelajaran , dan pembelajaran sains
akan dilanjutkan esok hari.
Pada pertemuan
kedua materi dilanjutkan, beberapa anak diminta untuk secara bergantian
memperagakan posisi terjadinya gerhana. Setelah itu anak-anak diminta berdiskusi
dalam kelompok yang terdiri dari sembilan orang. Kelas menjadi rebut, anak-anak
berebutan memilih teman kelompok, namun ada saja yang diam di bangkunya.
Akhirnya penulis membantu anak-anak membentuk kelompok. Setelah kelompok
mendiskusikan, mengapa terjadi siang dan malam, dan
mengapa terjadi gerhana bulan dan matahari dengan
mengingat kembali hasil peragaan tadi dan kemarin.
Setelah kelompok
selesai berdiskusi, satu kelompok diminta membacakan hasilnya ke depan kelas.
Kelompok lain diminta mencocokan hasilnya dengan laporan tersebut dan
memberikan tanggapan. Akhirnya penulis mengajak anak-anak menyimpulkan
pelajaran, kemudian memberikan tigabelas buah pertanyaan yang ditulis di
papan tulis untuk dijawab secara tertulis oleh anak-anak. Hasil pekerjaan anak-anak
dikumpulkan dan pelajaran diakhiri.
c.
Tahap
Mengamati (Observation)
Ibu Liris (teman
sejawat yang membantu sebagai observer) mengambil posisi duduk di pojok kanan
bagian belakang. Dengan berbekal lembar observasi yang telah disepakati
bersama, mengamati jalannya perbaikan pembelajaran yang berlangsung dalam dua
kali pertemuan. Segera setelah proses pembelajaran berakhir, bu
Liris memanggil beberapa siswa untuk diminta komentarnya, apakah peragaan yang
dilakukan dapat mempermudah mereka dalam memahami materi? serta memberikan lembar
angket untuk diisi ssemua siswa. Setelah semua data terkumpul
selanjutnya dilakukan diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan kelebihan selama proses
pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses
perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
d.
Tahap
Refleksi (Reflection)
Akhirnya penulis
dan bu Liris duduk bersama membahas hasil pengamatan. Hasil pengamatan
menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
1)
Ketika
peragaan berlangsung siswa yang duduk dibarisan depan dan tengah pada berdiri,
sehingga siswa yang duduk di barisan belakang terhalang walaupun sama-sama
berdiri, sementara guru mendiamkannya saja;
2)
Ketika
pembagian kelompok berlangsung kelas menjadi rebut dan guru mendiamkannya saja;
3)
Ketika
percobaan berlangsung, terjadi keributan kecil karena semua anak ingin mencoba;
4)
Dari
delapan
siswa yang berhasil diminta komentarnya, lima siswa mengatakan sangat membantu, satu
siswa tidak memberikan komentar apapun, dan dan
siswa mengatakan tidak. Sedangkan dari hasil
pengisian angket, baru 71% siswa yang memilih kata setuju kalau peragaan yang
dilakukan dapat membantu mempermudah pemahaman materi.
5)
Sesuai
dengan indikator yang telah ditentukan, siswa yang benar-benar telah menunjukkan
motivasi dalam sebanyak 21 siswa, Sedangkan jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 20 siswa.
Berdasarkan data
yang terkumpul dan data hasil diskusi dilakukan penelaahan dan mencoba
menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Kesimpulan ini menunjukkan
bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meski belum optimal (baru 20
dari 35 siswa). Target peningkatan motivasi belajar belum tercapai, baru 21
siswa dari 35 siswa. di samping itu banyak siswa
yang ingin melakukan peragaan tetapi tidak memperoleh kesempatan. Dari angket
71%
siswa yang memilih kata setuju kalau peragaan yang dilakukan dapat membantu
mereka mempermudah memahami materi. Penulis kemudian melakukan refleksi dengan
mengajukan pertanyaan berikut kepada diri sendiri.
1)
Mengapa
penulis kurang memperhatikan keadaan anak saat peragaan berlangsung, sehingga
siswa yang duduk di barisan belakang akhirnya tidak kesulitan memperhatikan proses peragaan? Apa yang harus penulis
lakukan untuk mengatasi keadaan ini?
2)
Mengapa
pembentukan kelompok membuat kelas menjadi ribut? Apakah penulis tidak
menentukan aturan pembentukan kelompok?
3)
Mengapa
masih banyak siswa yang belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM)?
Apakah penjelasan yang diberikan penulis masik terlalu abstrak? Rasanya tidak karena sudah disertai
dengan peragaan. Apakah peragaan tersebut cukup membantu pemahaman siswa?
4)
Mengapa
penulis tidak memberi kesempatan kepada semua anak untuk melakukan peragaan?
Tetapi kalau itu dilakukan alokasi waktu tidak akan cukup.
Kalau begini apa yang harus penulis lakukan?
5)
Apa yang harus penulis perbaiki dalam
tindakan perbaikan berikutnya?
Berdasarkan
hasil refleksi, penulis memutuskan untuk mengadakan perbaikan daur 2 dengan langkah penyempurnaan sebagai berikut:
1)
Posisi
tempat duduk siswa akan diubah membentuk posisi tapal kuda dengan meja
demonstrasi di depan tapal. Dengan cara ini diharapkan seluruh siswa dapat
melihat peragaan dengan jelas.
2) Setiap kelompok akan diminta membawa
peraga berupa model yang dibuat sendiri
3)
Setelah
peragaan di depan kelas semua
anak akan diberi esempatan untuk melakukan peragaan sendiri dalam kelompoknya dengakn menggunakan alat peraga yang dibuatnya.
4)
Kelompok
akan dibentuk berapa hari sebelum tindakan perbaikan dimulai.
2. Melaksanakan
Perbaikan Siklus 2
a.
Tahap
Perencanaan (Planning)
Setelah mengakomodasi
hasil refleksi
dari siklus 1, dalam rencana perbaikan siklus 2, penulis mencoba menyempurnakan
tindakan. Seperti pembelajaran sebelumnya penulis melakukan persiapan sebagai
berikut:
1)
Untuk
memperbanyak kesempatan meragakan, setiap kelompok ditugaskan untuk membuat
model peragaan dari jeruk bali atau bola mainan. Anak-anak sudah dibagi menjadi
enam kelompok dua hari sebelum peragaan dimulai.
2)
Posisi
tempat duduk siswa sudah diatur membentuk tapal kuda dengan sedikit
direnggangkan jarak antara kelompoknya.
3)
Urutan
kegiatan pada setiap tahap juga sudah diperiksa dan tampaknya cukup memuaskan.
Pada kegiatan inti tidak akan ada lagi diskusi kelompok. Kegiatan ini diganti
dengan peragaan di masing-masing kelompok, sekaligus siswa diminta
mendiskusikan pertanyaan yang diberikan.
4)
Menjelang
waktu pelaksanaan tindakan perbaikan, Bu Liris sudah mengetuk pintu kelas VI,
sehingga penulis merasa siap benar untuk memulai tindakan perbaikan siklus 2.
b.
Tahap
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Untuk gambaran
perbaikan siklus 2 ini, penulis hanya akan memotret beberapa episode penting
dalam tindakan perbaikan siklus 2.
………………………………………………………………………….
Setelah memajang poster penampakan
fenomena alam di kala siang dan malam, penulis mulai mengajukan pertanyaan,
mengapa ada siang dan mengapa ada malam. Ada
4 siswa menjawab pertanyaan dengan benar, dan satu siswa menjawab kurang
sempurna.
………………………………………………………………………….
Dengan menggunakan alat peraga replika penulis
mulai menjelaskan apa yang dimaksud siang dan apa yang dimaksud dengan malam
dan mengapa terjadi siang dan malam. Sesekali penulis mengajukan pertanyaan
untuk melihat apakah siswa sudah paham akan penjelasan, kemudian penulis
meminta beberapa siswa untuk menunjukkan sebuah lokasi dan menanyakan apakah di
lokasi tersebut saat itu siang atau malam.
………………………………………………………………………….
Penulis dengan dibantu dua orang siswa
memajang poster gerhana bulan dan gerhana matahari.
Selanjutnya melakukan sharing tentang
terjadinya gerhana.
Siapa saja di antara siswa yang pernah menyaksikan kejadian itu. Sharing sangat
hidup.
………………………………………………………………………….
Melalui peraga maket, penulis
mulai menjelaskan mengapa terjadi gerhana, bagaimana posisi benda langit saat
terjadi gerhana dan apa bedanya gerhana bulan dengan gerhana matahari. Sesekali
penulis mengajukan pertanyaan untuk mengecek apakah siswa sudah mengerti dengan
apa yang penulis jelaskan. Beberapa siswa diberi kesempatan untuk memperagakan.
………………………………………………………………………….
Siswa membagi diri dalam kelompok. Kondisi kelas lebih tertib karena kelompok
sudah ditentukan dua hari sebelum kegiatan dimulai. Semua
siswa melakukan peragaan di kelompoknya sekaligus mendiskusikan pertanyaan yang
diberikan. Anak-anak tampak sangat senang dan antusias melakukan kegiatan ini.
………………………………………………………………………….
Setelah selesai peragaan, satu kelompok
diminta membacakan jawaban dari pertanyaan yang dikerjakan kelompoknya di depan
kelas. Kelompok lain diminta mencocokkan hasilnya dan memberikan tanggapan.
Kegiatan ini sangat hidup secara bergantian siswa saling memberikan komentar.
………………………………………………………………………….
Akhirnya penulis mengajak anak-anak
menyimpulkan pelajaran kemudian memberikan tigabelas
buah pertanyaan yang ditulis di papan tulis untuk dijawab
secara tertulis oleh anak-anak. Hasil pekerjaan anak-anak dikumpulkan dari
pelajaran diakhiri
c.
Tahap
Mengamati (Observation)
Seperti pada
pertemuan di siklus pertama, rekan sejawat yang bertugas sebagai observer
mengamati proses di pojok belakang sebelah kanan. Dengan berbekal lembar
observasi yang telah disepakati bersama, mulai mengamati jalannya proses
perbaikan pembelajaran yang berlangsung dalam dua kali pertemuan. Di akhir
pembelajaran bu Liris membagikan lembar angket untuk semua anak dan
setelah itu memanggil
beberapa anak untuk diminta komentarnya, apakah peragaan yang dilakukan dapat
membantu mereka mempermudah memahami materi.
Segera setelah semua
kegiatan selesai kami melakukan diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan
kelebihan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini akan dijadikan
dasar refleksi untuk proses perbaikan pembelajaran berikutnya.
d.
Tahap
Refleksi (Reflection)
Dari hasil duduk
bersama diperoleh masukkan sebagai berikut:
1)
Pembagian
kelompok berjalan dengan lancar, siswa mampu membagi diri dengan tertib ke
dalam kelompoknya masing-masing.
2)
Peragaan
di depan kelas berjalan lancar, tetapi peragaan dalam kelompok masih terjadi
keributan, mereka saling berebut untuk memperagakan, di samping itu dengan
posisi duduk yang memanjang bagi siswa yang berada di kedua sisi kesulitan
untuk mengikuti dengan seksama.
3)
Waktu
untuk mengerjakan tes formatif kurang, karena sebagian waktu digunakan siswa
untuk mencatat soal di papan tulis, belum lagi menyobek lembar jawaban.
4)
Dari
delapan
siswa yang berhasil diminta komentarnya tujuh siswa mengatakan sangat membantu, sedang satu
siswa tidak memberikan komentar apapun.
Sementara dari hasil pengisian angket, 89% dari jumlah siswa menentukan pilihan
kalau peragaan yang dilakukan sangat membantu mempermudah mereka dalam memahami
materi.
5)
Sesuai
dengan indikator yang telah ditentukan, siswa yang benar-benar telah
menunjukkan motivasi dalam belajar baru mencapai 27 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang tuntas berjumlah 25 siwa.
Berdasarkan data
yang terkumpul dan data hasil diskusi penulis mencoba melakukan penelaahan dan
mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang dilakukan. Kesimpulan ini menunjukkan
bahwa penguasaan siswa sudah meningkat meski belum optimal (25 dari 35 siswa
sudah tuntas belajar). Target meningkatkan motivasi belajar belum
tercapai baru 27 dari 35 siswa yang benar-benar telah menunjukkan motivasi
belajar. Sedangkan dari angket, 90% dari siswa memilih kata setuju kalau
peragaan yang dilakukan dapat membantu mereka mempermudah memahami materi.
Berdasarkan
kenyataan di atas, penulis kemudian melakukan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan kepada diri sendiri
1)
Mengapa
masih ada siswa yang belum terlibat aktif dalam peragaan kelompok? Apakah
pengaturan posisi tempat duduk dan jumlah anggota kelompok tidak menunjang?
2)
Mengapa
jumlah siswa yang tuntas masih di bawah kriteria yang telah
ditentukan? Apa yang kurang dengan pembelajaran yang telah penulis lakukan?
3)
Mengapa
waktu untuk mengerjakan tes formatif menjadi kurang, padahal alokasi waktu
untuk ini sama dengan siklus pertama. Apa hal ini pada siklus pertama luput
dari perhatian pengamat?
4)
Kalau
begini hasilnya apa yang harus diperbaiki dalam tindakan perbaikan
berikutnya?
Berdasarkan
hasil refleksi penulis memutuskan untuk melakukan
perbaikan daur 3, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Posisi
tempat duduk tetap, tetapi jumlah anggota kelompok dikurangi dari sembilan
siswa per kelompok menjadi lima
siswa. Diharapkan dengan cara ini seluruh siswa dapat terlibat dalam aktif dalam peragaan dan mekanisme kerja
kelompok.
2)
Lembar
tes tidak ditulis di papan tulis tapi di
tik dan diperbaanyak untuk dibagikan kepada semua siswa. Lembar jawaban juga telah
disediakan. Diharapkan dengan cara ini, waktu yang digunakan untuk menulis soal
dan menyediakan lembar jawab dapat dialokasikan untuk mengerjakan jawaban.
3)
Kelompok
akan dibentuk kembali beberapa hari sebelum tindakan perbaikan dilakukan.
3. Melaksanakan Perbaikan Siklus 3
a.
Tahap
Perencanaan (Planning)
Setelah
mengakomodasikan masukan dari siklus 2, dalam rencana perbaikan siklus 3, penulis
mencoba menyempurnakan tindakan. Seperti pembelajaran sebelumnya, penulis
melakukan persiapan sebagai berikut :
1) Dua hari menjelang pelaksanaan kelompok
dibentuk kembali yang semula 9 siswa per kelompok menjadi 5 siswa per kelompok.
2) Seperti halnya pada siklus 2, tiap
kelompok ditugaskan untuk membuat dan membawa model peraga.
3) Menyiapkan lembar soal dan lembar jawab
dengan diphotocopy sesuai jumlah siswa.
b.
Tahap
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Untuk gambaran
perbaikan pada siklus 3, penulis hanya akan memotret beberapa episode penting
sesuai dengan tambahan upaya perbaikan.
Secara umum kualitas
pembelajaran lebih baik dari dua siklus sebelumnya, siswa semakin terlibat
aktif.
…………………………………………………………………………..
Saat peragaan dalam kelompok berlangsung,
siswa menempatkan diri dengan tertib. Seluruh siswa tampak antusias, mereka
secara bergantian melakukan peragaan. Mekanisme kerja kelompok pun lebih baik
karena seluruh siswa aktif terlibat
dalam peragaan dan diskusi..
………………………………………………………………………….
Saat pelaporan hasil terasa lebih hidup, siswa saling bergantian
memberikan komentar mewakili kelompoknya.
.....................................................................................................
Di kegiatan akhir penulis mengajak
anak-anak menyimpulkan pelajaran, kemudian memberikan lembar soal dan mulai
mengerjakan. Alokasi waktu yang tersedia cukup untuk mengerjakan jawaban.
c.
Tahap
Mengamati (Observation)
Seperti pada
pertemuan pada siklus sebelumnya, observer mengambil posisi di sudut kanan
bagian belakang. Dengan berbekal lembar observasi yang telah disepakati
bersama, mengamati jalannya proses perbaikan pembelajaran yang berlangsung
dalam dua kali pertemuan.
Segera setelah
proses pembelajaran berakhir bu Liris
membagikan lembar angket kepada seluruh siswa, setelah itu bu Liris memanggil beberapa siswa untuk
diminta komentarnya, apakah peragaan yang dilakukan mempermudah mereka dalam
memahami materi.
Setelah semua
kegiatan selesai kami melakukan diskusi balikan untuk membahas kelemahan dan
kelebihan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini akan dijadikan
dasar refleksi untuk proses perbaikan pembelajaran berikutnya.
d.
Tahap
Refleksi (Reflection)
Dari hasil
diskusi balikan diperoleh data hasil observasi sebagai berikut.
1) Pembelajaran berlangsung sangat kondusif
dan interaktif. Siswa tampak senang belajar. Hal ini tampak dari indikator motivasi yang ditunjukkan siswa.
2) Jumlah siswa yang tuntas sudah jauh
melampuai kriteria yang ditetapkan bahkan mencapai angka yang fantastis yakni
100%.
3) Sesuai dengan indikator yang ditentukan
siswa yang benar-benar bersungguh-sungguh dalam belajar berjumlah 34 siswa. Ini
berarti hanya satu siwa dari 35 siswa yang kurang menunjukkan motivasi dalam
belajar.
4) Dari delapan siswa yang berhasil diminta
komentarnya, seluruh siswa mengatakan bahwa peragaan yang dilakukannya sangat
membantu mereka mempermudah dalam memahami materi. Demikian juga dari hasil
kuesioner, seluruh siswa menuliskan kata ssetuju kalau peragaan yang dilakukan
dapat mempermudah mereka dalam memahami materi.
Dari hasil
refleksi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa walaupun masih ada hal-hal yang harus diperbaiki namun
tindakan perbaikan yang dilakukan dianggap
telah berhasil karena telah melampaui
batas kriteria yang telah ditentukan. Berarti upaya perbaikan pembelajaran berakhir pada siklus ketiga.
0 Response to "Contoh PTK IPA Kelas VI SD BAB III SDN Tambakreja"
Post a Comment