Contoh PTK IPA Kelas VI SD BAB IV SDN Tambakreja

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Hasil per Siklus
           Data penelitian ini meliputi data tentang prestasi belajar, motivasi belajar, dan data tentang tanggapan siswa terhadap peran media dalam pembelajaran
1.                 Siklus I
a.       Prestasi  Belajar Siswa
Data prestasi belajar pada siklus I secara lebih rinci disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA, Materi  Gerhana  Siklus I.
No
Nama Siswa
Sebelum  Perbaikan (Nilai)
Siklus I
Nilai
Mk
BMK
Ket.
1
Dafid Efendi
50
65

T
2
Abu Hanifah
55
65

T
3
Imam Jayadi
60
70

T
4
Al Irfangi. AN
40
65

T
5
Karlina
40
40

B
6
Nurlaelatul. K
65
75

T
7
Supinah
55
55

B
8
Rizqi Novitasari
70
75

T
9
Pangah. P
50
50

B
10
Yusuf Arifin
50
65

T
11
Ahadiyah. Y
60
60

B
12
Akhmad Yakub
50
65

T
13
Karsim
40
40

B
14
Hifta Nofri Nati
65
75

T
15
Avriani Adha. H
75
85

T
16
Anis. S
50
65

T
17
Atika Wijayanti
60
60

B
18
Fina Anggi. N
65
75

T
19
Dian Ratnawati
40
40

B
20
Dwiki. H
60
70

T
21
Harmim Kartini
50
50

B
22
Delia Gustianti
70
80

T
23
Dikri Pardiman
50
50

B
24
Lilis Novianti
70
85

T
No
Nama Siswa
Sebelum  Perbaikan (Nilai)
Siklus I

Nilai
Mk
BMK
Ket.
25
Nita Novianti
45
45

B
26
Mausul Iskandar
60
70

T
27
Siti Nurfadhilah
40
50

B
28
Zaenal Aziz
55
65

T
29
Nurma Sufia
40
60

B
30
Nur Utami
55
65

T
31
Sakini
50
50

B
32
Umi Salmah
60
70

T
33
Yusuf Mustofa
50
60

B
34
Elma Nur Janah
80
90

T
35
Wahyu Ulfa. L
50
60

B
Jumlah
1925
2210
24
11
20
Rata-rata
55,00
63,14



Keterangan
MK   : Mengalami kenaikan
BMK : Belum mengalami

Dari tabel di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
1)         Sebelum perbaikan nilai rata-rata kelas 55,00, setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 63,14. Rata-rata kelas naik 13,14
2)         Ada 24 siswa yang mengalami kenaikan nilai prestasi (68,57%)
3)         Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 20 (57,14%).
b.      Motivasi Belajar
Data motivasi belajar pada siklus I secara lebih rinci disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran   pada Siklus I
No
Pembelajaran
Siswa yang Benar-benar Telah Menunjukkan Motivasi Dalaqm Belajar
Persentase
1
Sebelum perbaikan
10
28,57
2
Siklus I
21
60,00


Dari tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)                Sebelum perbaikan, hanya 10 siswa yang telah menunjukkan motivasi dalam belajar atau 28,57%-nya dari jumlah siswa.
2)                Pada siklus I, siswa yang benar-benar telah menunjukkan motivasi dalam belajar naik menjadi 21 siswa atau 60%-nya dari jumlah siswa.
3)                Dari sebelum perbaikan ke siklus I, motivasi belajar naik 31,43%.
c.       Tangapan siswa tentang peran peraga
Tanggapan siswa terhadap peran media dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Tanggapan Siswa Tentang Peran Media

No
Pembelajaran

Membantu Mempermudah Pemahaman
 Persentase
Setuju
Tidak
  1
Sebelum
-
-
-
2
Siklus I
25
10
71

Dari tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)      Sebelum perbaikan, tidak ada data
2)      Pada siklus I, siswa yang memberi pernyataan setuju kalau media yang digunakan membantu mempermudah  pemahaman terhadap konsep yang diajarkan sebanyak 25 siswa atau 71%-nya dari jumlah siswa.
2.      Siklus II
a.   Prestasi Belajar
Data prestasi belajar pada siklus II secara lebih rinci disajikan pada tabel 4.4.




Tabel 4.4.             Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA Konsep Gerhana Siklus II

No
Nama Siswa
Sebelum Perbaikan (Nilai)
Siklus I
Siklus II
Nilai
MK
BMK
Ket.
1
Dafid Efendi
50
65
75

T
2
Abu Hanifah
55
65
80

T
3
Imam Jayadi
60
70
80

T
4
Al Irfangi. AN
40
65
80

T
5
Karlina
40
40
50

B
6
Nurlaelatul. K
65
75
80

T
7
Supinah
55
55
65

T
8
Rizqi Novitasari
70
75
80

T
9
Pangah. P
50
50
50

B
10
Yusuf Arifin
50
65
70

T
11
Ahadiyah. Y
60
60
60

B
12
Akhmad Yakub
50
65
70

T
13
Karsim
40
40
65

T
14
Hifta Nofri Nati
65
75
80

T
15
Avriani Adha. H
75
85
95

T
16
Anis. S
50
65
70

T
17
Atika Wijayanti
60
60
60

B
18
Fina Anggi. N
65
75
85

T
19
Dian Ratnawati
40
40
50

B
20
Dwiki. H
60
70
70

T
21
Harmim Kartini
50
50
65

T
22
Delia Gustianti
70
80
95

T
23
Dikri Pardiman
50
50
65

T
24
Lilis Novianti
70
85
90

T
25
Nita Novianti
45
45
55

B
26
Mausul Iskandar
60
70
80

T
27
Siti Nurfadhilah
40
50
60

B
28
Zaenal Aziz
55
65
80

T
29
Nurma Sufia
40
60
70

T
30
Nur Utami
55
65
75

T

 31
Sakini
50
50
65

T
32
Umi Salmah
60
70
80

T
33
Yusuf Mustofa
50
60
60

B
34
Elma Nur Janah
80
90
95

T
35
Wahyu Ulfa. L
50
60
65

T
Jumlah
1925
2210
2535
30
5
27
Rata-rata
55,00
63,14
72,43



Keterangan                         
MK   : Mengalami kenaikan
BMK: Belum mengalami kenaikan


Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)      Pada siklus I nilai rata-rata kelas 63,14, setelah dilakukan perbaikan dengan mengakomodasikan hasil refleksi pada siklus I, nilai rata-rata kelas pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 72,43, naik 10,29 dari siklus I atau 17,45 dari sebelum perbaikan.
2)      Ada 30 siswa yang mengalami kenaikan nilai prestasi belajar (85,71%).
3)      Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 27 (77,14%)

b.   Motivasi Belajar
           Data motivasi belajar pada siklus II secara lebih rinci disajikan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran pada Siklus II

No
Pembelajaran
Siswa yang Benar-benar Telah Menunjukkan Motivasi Dalam Belajar
Persentase
1
Sebelum Perbaikan
10
28,57
2
Siklus I
21
60,00
3
Siklus II
27
77,14

Dari tabel di atas diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)         Pada siklus I, siswa yang benar-benar telah menunjukkan motivasi belajar sebanyak 21 siswa atau 60,00%.
2)         Pada siklus II, siswa yang benar-benar telah menunjukkan motivasi belajar sebanyak 27 siswa atau 77,14%.
3)         Dari siklus I ke siklus II, motivasi belajar siswa naik 17,14%, atau 48,57% dari sebelum perbaikan.
a.         Tangapan siswa tentang peran peraga
Tanggapan siswa terhadap peran media dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Tanggapan Siswa Tentang Peran Media

No
Pembelajaran

Membantu Mempermudah Pemahaman
 Persentase
Setuju
Tidak
  1
Sebelum
-
-
-
2
Siklus I
25
10
71
3
Siklus II
31
4
89

Dari tabel 4.6. diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)            Sebelum perbaikan, tidak ada data.
2)   Pada siklus I, siswa yang memberi pernyataan setuju kalau media yang digunakan membantu mempermudah pemahaman terhadap konsep yang diajarkan sejumlah 25 siswa atau 71,00%.
3)   Pada siklus II, siswa yang memberi pernyataan setuju kalau media yang digunakan membantu mempermudah pemahaman terhadap konsep yang diajarkan naik menjadi 31 siswa atau 89,00%.
4)   Dari siklus I ke siklus II, siswa yang memberi pernyataan setuju naik 6 siswa atau 18%.
3.                 Siklus III
a.       Prestasi Belajar.
Data prestasi belajar pada siklus II secara lebih rinci  disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7    Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA Konsep Gerhana Siklus III
No
Nama Siswa
Sebelum Perbaikan (Nilai)
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nilai
MK
BMK
Ket.
1
Dafid Efendi
50
65
75
85

T
2
Abu Hanifah
55
65
80
85

T
3
Imam Jayadi
60
70
80
95

T
4
Al Irfangi. AN
40
65
80
85

T
5
Karlina
40
40
50
70

T
6
Nurlaelatul. K
65
75
80
95

T
7
Supinah
55
55
65
70

T
8
Rizqi Novitasari
70
75
80
95

T
No
Nama Siswa
Sebelum Perbaikan (Nilai)
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nilai
MK
BMK
Ket.
9
Pangah. P
50
50
50
65

T
10
Yusuf Arifin
50
65
70
75

T
11
Ahadiyah. Y
60
60
60
70

T

 12
Akhmad Yakub
50
65
70
85

T
13
Karsim
40
40
65
75

T
14
Hifta Nofri Nati
65
75
80
95

T
15
Avriani Adha. H
75
85
95
100

T
16
Anis. S
50
65
70
85

T
17
Atika Wijayanti
60
60
60
75

T
18
Fina Anggi. N
65
75
85
95

T
19
Dian Ratnawati
40
40
50
65

T
20
Dwiki. H
60
70
70
75

T
21
Harmim Kartini
50
50
65
75

T
22
Delia Gustianti
70
80
95
100

T
23
Dikri Pardiman
50
50
65
75

T
24
Lilis Novianti
70
85
90
100

T
25
Nita Novianti
45
45
55
70

T
26
Mausul Iskandar
60
70
80
90

T
27
Siti Nurfadhilah
40
50
60
75

T
28
Zaenal Aziz
55
65
80
95

T
29
Nurma Sufia
40
60
70
80

T
30
Nur Utami
55
65
75
90

T
31
Sakini
50
50
65
75

T
32
Umi Salmah
60
70
80
90

T
33
Yusuf Mustofa
50
60
60
75

T
34
Elma Nur Janah
80
90
95
100

T
35
Wahyu Ulfa. L
50
60
65
75

T
Jumlah
1925
2210
2535
2905
35
0
35

Rata-rata
55,00
63,14
72,43
83,00




Keterangan:
MK   : Mengalami kenaikan
BMK : Belum mengalami kenaikan

Dari tabel 4.7 di atas diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)        Pada siklus II, nilai rata-rata kelas  72,43 Setelah dilakukan perbaikan dengan mengakomodasikan kelemahan pada siklus II, nilai rata-rata kelas pada siklus III mengalami kenaikan menjadi 83,00 Nilai rata-rata kelas naik 28,00 dari sebelum perbaikan.
2)        Ada 35 siswa  yang mengalami kenaikan nilai prestasi belajar (100%).
3)        Jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar 35 (100%).
b.    Motivasi Belajar
Data motivasi belajar pada siklus II secara lebih rinci disajikan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8.   Rekapitulasi Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran  pada Siklus III

No
Pembelajaran
Siswa yang Benar-benar Telah Menunjukkan Motivasi Dalam Belajar
Persentase
1
Sebelum Perbaikan
10
28,57
2
Siklus I
21
60,00
3
Siklus II
27
77,14
4
Siklus III
34
97,14

Dari tabel di atas diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)        Pada siklus II, siswa yang benar-benar telah menunjukkan motivasi belajar sebanyak 27 siswa atau 77,14%.
2)        Pada siklus III, siswa yang telah benar-benar menunjukkan motivasi belajar sebanyak 34 siswa atau 97,14%
3)        Dari siklus II ke siklus III, motivasi belajar siswa naik 20% atau 68,57% dari sebelum perbaikan.
c.    Tangapan siswa tentang peran peraga
Tanggapan siswa terhadap peran media dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini

Tabel 4.9  Rekapitulasi Tanggapan Siswa Tentang Peran Media

No
Pembelajaran

Membantu Mempermudah Pemahaman
 Persentase
Setuju
Tidak
  1
Sebelum
-
-
-
2
Siklus I
25
10
71
3
Siklus II
31
4
89
4
Siklus III
35
0
100


Dari tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
1)      Sebelum perbaikan, tidak ada data.
2)      Pada siklus I, siswa yang memberi pernyataan setuju kalau media yang digunakan membantu mempermudah pemahaman terhadap konsep yang diajarkan sebanyak 25 siswa atau 71%.
3)      Pada siklus II, siswa yang memberi pernyataan setuju kalau media yang digunakan membantu mempermudah pemahaman terhadap konsep yang diajarkan sebanyak 31 siswa atau 89,00%.
4)      Pada siklus III, siswa yang memberi pernyataan setuju kalau media yang digunakan membantu mempermudah pemahaman terhadap konsep yang diajarkan sebanyak 35 siswa atau 100%.
5)      Dari siklus II ke siklus III, siswa yang memberi pernyataan setuju naik 11% atau naik 29% dari siklus I
Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh, hasil penelitian ini dapat dirangkumkan sebagai berikut:
1.      Tanggapan Siswa Terhadap Peran Media

Tabel 4.10.  Rekapitulasi Tanggapan Siswa Tentang Peran Media

No
Pembelajaran

Membantu Mempermudah Pemahaman
 Persentase
Setuju
Tidak
  1
Sebelum
-
-
-
2
Siklus I
25
10
71
3
Siklus II
31
4
89
4
Siklus III
35
0
100

Dari tabel 4.10 diperoleh keterangan ssebgai berikut:
a.         Pada siklus I, siswa yang menyatakan bahwa peraga yang digunakan sangat membantu mereka dalam pemahaman materi sebesar 71%
b.        Pada siklus II, siswa yang menyatakan bahwa peraga yang digunakan sangat membantu mereka dalam pemahaman materi sebesar 89% (naik 18%)
c.         Pada siklus III, siswa yang menyatakan bahwa peraga yang digunakan sangat membantu mereka dalam pemahaman materi sebesar 100% (naik 11%).
Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam histogram tanggapan siswa terhadap peran peraga yang ditunjukkan dalam gamba 4.1.
Gambar 4.1             Diagram batang Tanggapan Siswa Terhadap Peran Peraga.

2.      Hasil belajar siswa
Setelah dilakukan analisis terhadap data di atas, diketahui tingkat pemahaman siswa terhadap Materi Gerhana, setelah dilakukan intervensi dengan penggunaan peraga maket dalam model pembelajaran aktif, menunjukkan peningkatan prestasi dan ketuntasan belajar secara signifikan signifikan.
Tabel 4.11.      Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Setiap Siklus Kegiatan Perbaikan Pembelajaran
No
Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa
Nilai Rata-rata Kelas
Tuntas
Persentase
Belum
Persentase
1
Sebelum Perbaikan
35,00
8
22,86
27
77,14
2
Siklus I
63,14
20
57,14
15
42,86
3
Siklus II
72,43
27
77,14
8
22,86
4
Siklus III
83,50
35
100
0
0



Dari tabel 4.11 tersebut diperoleh keterangan sebagai berikut:
a.       Pada siklus I, angka ketuntasan siswa naik 34,28% (bertambah 12 siswa dari sebelum perbaikan);
b.      Pada siklus II, angka ketuntasan siswa naik, 20,00% (bertambah 7 siswa dari siklus I);
c.       Pada siklus III, angka ketuntasan siswa naik 22,86% (bertambah 8 siswa dari siklus II).
d.      Pada siklus I, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 8,14
e.       Pada siklus II, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 9,29 dari siklus I (atau bertambah 17,43 dari sebelum perbaikan)
f.       Pada siklus III, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 10,57 Dari siklus II (atau bertambah 28 dari sebelum perbaikan).
Untuk lebih jelasnya peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata kelas dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini:
Gambar 4.2   Diagram batang perbandingan angka ketuntasan, siswa yang belum tuntas, dan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus kegiatan perbaikan pembelajaran

3.      Motivasi belajar siswa
Dari hasil analisis, peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap siklus kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.12.      Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa untuk Setiap Siklus Kegiatan Perbaikan Pembelajaran

No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa Menunjukkan Motivasi
Persentase
1
Sebelum perbaikan
10
28,57
2
Siklus I
21
60,00
3
Siklus II
27
77,14
4
Siklus III
34
97,14

Dari tabel 4.12. di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut:
a.       Sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan motivasi belajar 10  siswa atau 28,57%;
b.      Pada siklus I, siswa yang menunjukkan motivasi belajar 21 siswa atau 60,00%;
c.       Pada siklus II, siswa yang menunjukkan motivasi belajar 27 siswa atau 77,14%;
d.      Pada siklus III, siswa yang menunjukkan motivasi belajar 34 siswa atau 97,14%;
e.       Dari sebelum perbaikan ke siklus I, motivasi belajar siswa naik 31,43%;
f.       Dari siklus I ke siklus II, motivasi belajar siswa naik 17,14%;
g.      Dari Siklus II ke siklus III, motivasi belajar siswa naik 20,00%.
Untuk lebih jelasnya peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini.
Gambar 4.3. Diagram batang Peningkatan Motivasi Belajar Siswa untuk Setiap Siklus Kegiatan Perbaikan Pembelajaran

B.     Pembahasan
1.      Siklus I
Alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep “Gerhana” dan rendahnya motivasi belajar siswa dengan menggunakan peraga maket dalam model pembelajaran aktif pada pembelajaran konsep “Gerhana” di kelas VI SD Negeri Mulyadadi 01, ternyata memberikan kenaikan hasil belajar dan motivasi belajar yang signifikan jika dibandingkan dengan studi sebelumnya. Sebelum perbaikan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 8 siswa dari 35 siswa (22,86) dengan nilai rata-rata kelas 55,00 sedangkan siswa yang bersungguh-sungguh dalam belajar 10 siswa dari 35 siswa (28,57%).
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus pertama, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 20 siswa dari 35 siswa (57,14%) dengan nilai rata-rata kelas 63,14, sedangkan siswa yang menunjukkan motivasi dalam belajar menjadi 21 siswa dari 35 siswa (60,00%). Ini berarti ada kenaikan ketuntasan belajar sebesar 34,28%, kenaikan motivasi belajar sebesar 31,43% dan kenaikan nilai rerata sebesar 12,16. Perubahan penggunaan media pembelajaran dari hanya chart ke model/maket mampu mempermudah siswa dalam memahami materi. Dari hasil analisis angket diketahui 71% dari jumlah siswa mengatakan bahwa peragaan yang dilakukan dapat membantu mereka mempermudah memahami materi. 
Hal di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, melalui model ini, siswa dapat merekonstruksi sendiri konsep yang dipelajarinya. Menurut Belen (2003:12) model pembelajaran aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi yang dilakukan oleh pengajar. Model pembelajaran ini juga menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga mereka berkeinginan terus untuk belajar seumur hidupnya dan tidak tergantung terhadap guru/orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru, karena pada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Anak desa, anak kota, anak miskin, anak kaya, anak Indonesia atau bukan, semuanya selama normal mereka memiliki kedua hal tersebut. Sifat ingin tahu merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap kritis dan imajinasi bagi perilaku kreatif dan semua ini diduga akan menjadi faktor eksrinsik yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kedua, melalui model ini siswa siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan objek yang dipelajarinya dan pengalaman secara langsung. Menurut Belen (17-18) suasana pembelajaran aktif adalah suasana pembelajaran yang membuat siswa melakukan pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi. Melalui model ini anak akan belajar banyak melalui berbuat dan mengaktifkan lebih banyak indera. Sehubungan dengan itu menurut  Belen (2003:20)  diperlukan ruang kelas yang menunjang, yaitu: (1) Berisi banyak sumber, (2) Berisi banyak alat bantu belajar dan alat peraga, (3) Berisi banyak hasil kerja siswa. Kehadiran maket gerhana dalam pembelajaran jelas merupakan bagian yang terintegrasi dalam pembelajaran model ini. Kolaborasi antara model yang sesuai dengan karakteristik belajar sains dan media pembelajaran yang real ini sangat membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajarinya.
Ketika, model pembelajaran ini sesuai dengan karakteristik  dan hakekat belajar anak SD. Menurut Belen (2003:13-17) ada tiga alasan mengapa pembelajaran aktif diterapkan yaitu: (1) Karakteristik anak, pada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Anak desa, anak kota, anak miskin, anak kaya, anak Indonesia atau bukan, semuanya selama normal mereka memiliki kedua hal tersebut. Sifat ingin tahu merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap kritis dan imajinasi bagi perilaku kreatif (2) Hakekat belajar, belajar adalah proses menemukan dan mengembangkan makna/pengertian oleh siswa terhadap informasi dan pengalaman, yang disaring melalui persepsi, perkiraan, dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, (3) Karakteristik lulusan yang dikehendaki, agar mampu bertahan dan berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang peka, mandiri dan bertanggung jawab.
Keempat, perpaduan antara pemilihan model dan media yang tepat mampu membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini seperti yang dikatakan Krapp, Hidi dan Reemninger (dalam Mikarsa, dkk., 2007:3.5) Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atua perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-kelamaan akan mendatangkan motivasi dan kepuasan bagi dirinya. Lebih lanjut Mikarsa (2007:3.7) mengatakan “Seorang anak tidak lahir dengan minat tertentu, minat berkembang melalui pengalaman belajar. Seorang guru harus dapat menumbuhkan minat anak agar perkembangan minatnya sejalan dengan meluasnya cakrawala mental anak. Intervensi yang penulis lakukan dengan mengimplementasikan peraga maket dalam model pembelajaran aktif, ternyata menimbulkan ketertarikan bagi anak sehingga berimplikasi pada motivasi belajar yang akhirnya ternyata berkorelasi positif dengan peningkatan hasil belajar siswa.
Di samping itu, kehadiran media maket dalam pembelajaran telah mampu mempermudah siswa dalam belajar. Hal ini seperti disampaikan Djamarah (2006:120),  bahwa dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu.. Di samping itu, model juga dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa dan juga keterbatasan indera, ruang, dan waktu (Hamalik, 2004:16-19).
 Akan tetapi walaupun tindakan yang dilakukan telah menunjukkan peningkata yang berari, namun hasil yang diperoleh belum melampaui batas kriteria  yang telah ditetapkan. Masih ditemukan beberapa kelemahan yang harus diperbaiki.
Dari hasil diskusi dengan pengamat diketahui, gejala yang paling umum terjadi pada siswa yang belum tuntas karena mereka kesulitan dalam memahami konsep “Gerhana” dan ini umumnya terjadi pada kelompok siswa yang duduk di barisan belakang. Ketika proses peragaan berlangsung, siswa yang duduk di depan dan tengah hampir semua berdiri, sehingga bagi kelompok yang duduk di belakang kurang jelas melihat peragaan. Akhirnya, mereka melakukan aktivitas sendiri. Dari kelompok ini yang teridentifikasi termasuk kelompok yang tidak bersungguh-sungguh dalam belajar.
Untuk mengantisipasi keadaan ini upaya yang dilakukan pada siklus kedua dengan mengatur posisi tempat duduk membentuk posisi tapal kuda, dan setiap anak  akan diberi kesempatan untuk melakukan peragaan dalam kelompoknya dengan model peraga yang dibuatnya sendiri
2.      Siklus II
Setelah dilakukan intervensi dengan mengakomodasi kelemahan yang terjadi  pada siklus I, melalui pengaturan mengubah posisi tempat duduk membentuk tapal kuda (U) dan peberiaan kesempatan pada semua  siswa untuk melakukan peragaan, kenaikan ketuntasan belajar siswa semakin terlihat. Kenaikan ketuntasan belajar sebesar 20%, kenaikan nilai rata-rata kelas sebesar 9,29 dan kenaikan motivasi belajar siswa sebesar 17,14%.
Hasil di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Menurut Edgar Dale (dalam Henich et.al., 2002:5-9)  bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, Dale membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak dengan dimulai dari peserta didik yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju peserta didik sebagai pengamat  nyata, dilanjutkan ke peserta didik sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir peserta didik sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol. Menurut Dale bahwa pengalaman belajar yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman belajar melalui pengalaman belajar langsung dan melakukan sendiri.
Akan tetapi, walaupun pada siklus II ini sudah menunjukkan kenaikan yang signifikan, namun hasil yang dipeoleh belum melampaui batas kriteria yang telah ditetapkan. Dari hasil diskusi balikan bersama pengamat, diketahui gejala yang paling umum terjadi pada siswa yang belum tuntas, karena  tidak terlibat aktif dalam peragaan dan mekanisme kerja kelompok, dan juga menurut sebagian dari siswa hal itu terjadi karena hanya mampu mengerjakan sebagian dari soal karena alokasi waktu yang tersedia tidak cukup.
Untuk mengatasi keadaan ini, perbaikan di siklus III dicoba dengan memperkecil anggota kelompok dari yang semula 9 orang untuk satu kelompok, menjadi 5 orang tiap kelompok. Diharapkan dengan cara ini mekanisme kerja kelompok menjadi lebih dinamis. Untuk mengatasi kurangnya alokasi waktu untuk tes, diatasi dengan menghilangkan waktu yang digunakan untuk menulis soal dan menyediakan lembar jawab. Lembar soal dan lembar jawab digandakan dan diberikan kepada semua siswa.
3.      Siklus III
Setelah dilakukan intervensi dengan mengakomodasi kelemahan yang terjadi  pada siklus II, yaitu dengan memperkecil jumlah anggota untuk setiap anggota kelompok kerja siswa, dari yang semula 9 orang untuk satu kelompok, menjadi 5 orang tiap kelompok dan mengatasi kurangnya alokasi waktu untuk tes yang diatasi dengan menghilangkan waktu yang digunakan untuk menulis soal dengan menyediakan lembar soal dan lembar jawab, ternyata upaya ini ikut memberikan kontribusi terhadap peningkatan hasil.
Peningkatan prestasi belajar siswa (ketuntasan belajar) naik sebesar 22,86%, motivasi belajar naik sebesar 20,00%, dan nilai rata-rata kelas naik sebesar 10,57, serta dari data  angket 100% dari siswa menuliskan kalau media yang digunakan sangat membantu mereka dalam memahami materi ajar.
 Ternyata dengan jumlah lima siswa, dinamika kerja kelompok lebih baik dan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, dan semua siswa memperoleh pengalaman nyata dari pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Trihartanto (2007:8), “Setiap media sudah pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk medapatkan hasil yang optimal, pemilihan media di antaranya perlu memperhatikan jumlah siswa atau besar kecilnya kelas”.
Di samping hal di atas, faktor lain yang turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan hasil adalah alokasi waktu tes yang cukup dengan disediakannya lembar soal dan lembar jawab, waktu belajar lebih efisien karena siswa tidak lagi membuang sebagian waktunya untuk mencatat soal di papan tulis dan menyediakan lembar jawab.

0 Response to "Contoh PTK IPA Kelas VI SD BAB IV SDN Tambakreja"

Post a Comment