BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar.
Salah satu
peran penting guru di dalam kelas khususnya dalam pembelajaran IPA tidak hanya memberikan pengetahuan kepada
siswa, melainkan membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui
pengalaman belajar. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengajar yang
dapat menjadikan informasi yang diterima oleh siswa menjadi bermakna dan
relevan bagi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan
menerapkan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam
kenyataannya guru mengajar hanya menyampaikan sejumlah materi ajar yang harus
dikuasai oleh siswa tanpa mengacu kepada proses terbentuknya pemahaman.
Akibatnya pembelajaran menjadi kurang bermakna. Seperti halnya guru dalam
menyampaikan materi sistem tata surya hanya mementingkan aspek kognitif saja. Guru
menyampaikan sejumlah materi yang harus dikuasai oleh siswa tanpa membimbing
siswa pada proses terbentuknya pemahaman. Guru lebih mendominasi kegiatan
pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah yang diselingi
dengan tanya jawab. Alat peraga yang disediakan hanya didemonstrasikan oleh
guru, sedangkan siswa hanya mengamati saja. Siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sehingga siswa pasif. Pada akhir pembelajaran
siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan. Strategi pembelajaran yang
diterapkan guru terasa membosankan bagi siswa dan kurang dapat menarik minat
siswa sehingga pembelajaran tidak bermakna, akibatnya hanya 57 % atau 12 dari
21 siswa yang mencapai nilai tuntas (75)
Untuk mengatasi
masalah tersebut diatas, akan dicoba menggunakan pendekatan konstruktivisme. Dalam
hal ini guru memiliki peran membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan
oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah
dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam
belajar. Pendekatan konstruktivisme menekankan bahwa peranan utama dalam
kegiatan belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan dan
fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang
dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk
berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,
kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
Artikel dan
beberapa buku yang ditulis Driver et al (1985) dan Osborne & Freyberg
(1985) yang dirangkum oleh Tytler (1996) tentang implikasi pandangan
konstruktivisme untuk pembelajaran dapat disarikan beberapa kebaikan
pembelajaran berdasarkan konstruktivisme adalah sebagai berikut
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan
tentang gagasannya.
2. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan
gagasan yang telah dimiliki siswa.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba gagasan baru.
4. Memberikan lingkungan belajar yang
kondusif.
B.
Rumusan Masalah
Apakah pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sistem tata surya pada siswa kelas VI SD
Negeri 2 Karanganyar tahun
pelajaran 2010/2011
C.
Bidang Kajian
Penelitian tindakan ini termasuk dalam bidang kajian pengembangan desain
dan strategi pembelajaran.
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman materi sistem tata surya
pada siswa kelas VI SD Negeri 2Karanganyar
Kecamatan Karanganyar melalui
pendekatan konstruktivisme.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar, baik bagi
siswa, guru maupun sekolah.
1. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas bagi
siswa adalah
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Memberikan pengalaman belajar yang lebih
bermakna.
2. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas bagi
guru adalah
a. Guru dapat mengetahui permasalahan yang
terjadi dalam pembelajaran yang dikelolanya dengan cepat.
b. Guru dapat memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya.
c. Guru dapat berkembang secara profesional
karena dapat menunjukkan kemampuan menilai dan memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya.
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas bagi
sekolah adalah
a. Meningkatkan mutu sekolah.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan.
c. Sekolah dapat mengembangkan berbagai macam
strategi pembelajaran.
0 Response to "Pendekatan Konstruktivisme Dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Sistem Tata Surya Siswa Kelas VI BAB I"
Post a Comment