BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang
diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa
pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran
berbasis masalah dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir
pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk
mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini
selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan
daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu
data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran
berbasis masalah yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalah.
A.
Analisis Item Butir Soal
Sebelum
melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian berupa tes dan
mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji
coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang
dilakukan meliputi:
- Validitas
Validitas
butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan
sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 16
soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal dirangkum
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak
Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid
|
Soal Tidak Valid
|
3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30,36, 37, 38, 39, 41,
42, 43, 44, 45
|
1, 2, 8, 15, 16, 18,
20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
|
- Reliabilitas
Soal-soal
yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil
perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 654.
Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 20)
dengan r (95%) = 0,444. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syarat reliabilitas.
- Taraf
Kesukaran (P)
Taraf
kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis
menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
-
20
soal mudah
-
16
soal sedang
-
10
soal sukar
- Daya
Pembeda
Analisis
daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari
hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 16
soal, berkriteria cukup 20 soal, berkriteria baik 10 soal. Dengan demikian
soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1.
Siklus I
a.
Tahap Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2003 di Kelas
……….. dengan jumlah 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
belajar mengajar
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Table 4.2. Nilai Tes
Formatif Pada Siklus I
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
40
|
|
√
|
11
|
50
|
|
√
|
2
|
70
|
√
|
|
12
|
70
|
√
|
|
3
|
80
|
√
|
|
13
|
60
|
|
√
|
4
|
50
|
|
√
|
14
|
80
|
√
|
|
5
|
70
|
√
|
|
15
|
40
|
|
√
|
6
|
80
|
√
|
|
16
|
80
|
√
|
|
7
|
70
|
√
|
|
17
|
60
|
|
√
|
8
|
60
|
|
√
|
18
|
70
|
√
|
|
9
|
80
|
√
|
|
19
|
80
|
√
|
|
10
|
80
|
√
|
|
20
|
80
|
√
|
|
Jumlah
|
680
|
7
|
3
|
Jumlah
|
670
|
6
|
4
|
Jumlah Skor 1350
Jumlah Skor Maksimal
Ideal 2000
% Skor Tercapai 67,50
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah
siswa yang tuntas : 13
Jumlah
siswa yang belum tuntas : 7
Klasikal
:
Belum tuntas
Tabel
4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang
tuntas belajar
Persentase ketuntasan
belajar
|
67,50
13
65,00
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,50 dan ketuntasan
belajar mencapai 65,00% atau ada 13 siswa
dari 20 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 65,00% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih asing dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran
berbasis masalah.
2.
Siklus II
a.
Tahap perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b.
Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 September 2003 di Kelas
……….. dengan jumlah 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Table 4.4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
70
|
√
|
|
11
|
70
|
√
|
|
2
|
80
|
√
|
|
12
|
60
|
|
√
|
3
|
90
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
4
|
50
|
|
√
|
14
|
80
|
√
|
|
5
|
70
|
√
|
|
15
|
70
|
√
|
|
6
|
80
|
√
|
|
16
|
70
|
√
|
|
7
|
70
|
√
|
|
17
|
60
|
|
√
|
8
|
60
|
|
√
|
18
|
80
|
√
|
|
9
|
70
|
√
|
|
19
|
80
|
√
|
|
10
|
80
|
√
|
|
20
|
60
|
|
√
|
Jumlah
|
720
|
8
|
2
|
Jumlah
|
710
|
7
|
3
|
Jumlah Skor 1430
Jumlah Skor Maksimal
Ideal 2000
% Skor Tercapai 71,50
|
Keterangan:
T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah
siswa yang tuntas : 15
Jumlah
siswa yang belum tuntas : 5
Klasikal
:
Belum tuntas
Tabel 4.5. Hasil Tes Formatif
Siswa pada Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang
tuntas belajar
Persentase ketuntasan
belajar
|
71,50
15
75,00
|
Dari
tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 71,50 dan
ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 15 siswa dari 20 siswa sudah tuntas
belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar
secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dan
menemuan keasyikan dengan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
masalah. Disamping itu kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar
dalam metode ini juga semakin meningkat sehingga proses belalar-mengajar
semakin efektif.
3.
Siklus III
a.
Tahap Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b.
Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 September 2003 di Kelas
……… dengan jumlah 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil
penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
Table 4.6. Nilai Tes
Formatif Pada Siklus III
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Nilai
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
70
|
√
|
|
11
|
80
|
√
|
|
2
|
80
|
√
|
|
12
|
90
|
√
|
|
3
|
80
|
√
|
|
13
|
80
|
√
|
|
4
|
70
|
√
|
|
14
|
70
|
√
|
|
5
|
70
|
√
|
|
15
|
80
|
√
|
|
6
|
90
|
√
|
|
16
|
60
|
|
√
|
7
|
80
|
√
|
|
17
|
80
|
√
|
|
8
|
60
|
|
√
|
18
|
90
|
√
|
|
9
|
80
|
√
|
|
19
|
80
|
√
|
|
10
|
90
|
√
|
|
20
|
70
|
√
|
|
Jumlah
|
770
|
9
|
1
|
Jumlah
|
780
|
9
|
1
|
Jumlah Skor 1550
Jumlah Skor Maksimal
Ideal 2000
% Skor Tercapai 77,50
|
Keterangan:
T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah
siswa yang tuntas : 18
Jumlah
siswa yang belum tuntas : 2
Klasikal
:
Tuntas
Tabel 4.7. Hasil Tes Formatif
Siswa pada Siklus III
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang
tuntas belajar
Persentase ketuntasan
belajar
|
77,50
18
90,00
|
Berdasarkan
tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,50 dan dari 20
siswa yang telah tuntas sebanyak 18 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan
belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar
90,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil
pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan
selama ini. Disamping itu dengan adanya metode pembelajaran ini siswa dapat
bertanya dengan sesama temanya, dan ternyata dari proses bertanya antar siswa
ini, siswa lebih mudah menerima penjelasan dari temannya yang lebih paham
tengtang materi pelejaran tersebut. Juga dari hasil pembelajaran kontekstual
model pengajaran berbasis masalah ini murid jadi lebih mudah untuk bekerja sama
dengan sesama temanya.
c.
Refleksi
Pada
tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode pembelajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar
mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus
sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih
baik.
4) Hasil belajar siswsa pada
siklus III mencapai ketuntasan.
d.
Revisi Pelaksanaan
Pada
siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalah dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta
hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan
baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
C. Pembahasan
1.
Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui
hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual model
pengajaran berbasis masalah memiliki dampak positif dalam meningkatkan daya
ingat siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan
penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing
65,00%, 75,00%, dan 90,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.
2.
Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kontekstual
model pengajaran berbasis masalah dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
Hal ini berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran
yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3.
Aktivitas Guru dan Siswa Dalam
Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan
pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalah yang paling dominan
adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan
untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah
metode pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis masalahdengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan/melatih
menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase
untuk aktivitas di atas cukup besar.
0 Response to "PTK IPA Berbasis Masalah BAB IV"
Post a Comment