Peningkatan Pemahaman Konsep Volume Bangun Ruang melalui Model Pembelajaran Make- a Match pada siswa kelas VI BAB II

BAB II
LANDASAN TEORI  DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1  Landasan Teori
2.1.1 Peningkatan Pemahaman Konsep Volume Bangun Ruang
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MIN Muktisari Kebumen, Mata Pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1.      Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan maslah.
2.      Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.      Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami maslah, merncang model matematika, menyelesaikan model dan menfsirkan solusi yang diperoleh.
4.      Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5.      Memiliki sikap menghargai kegunaaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk kelas VI semester I tahun pelajaran 2011/2012 meliputi aspek-aspek bilangan, geometri, pengukuran dan penyajian data. Volume bangun ruang adalah bagian dari pelajaran matematika yakni aspek geometri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Volume adalah isi, muatan atau kapasitas dari suatu benda. Sedangkan Bangun Ruang adalah bangun yang memiliki unsur \sisi, rusuk, dan titik sudut. Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang

2.1.2 Model Pembelajaran  Make – A Match
Model Pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran tertentu. Tehnik menurut kamus WJS Poerwodarminto adalah  Metode atau sistim dalam mengerjakan sesuatu ( 1158 ) Sedangkan Tehnik mencari pasangan ( make-A Match) menurut Loma Curan 1994  : adalah suatu cara untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mencari pasangannya sesuai dengan topik yang digunakan saat itu dengan langkah - langkah sebagai berikut:
1.      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2.      Setiap siswa mendapat satu kartu
3.      Setiap siswa memikirkan jawaban dari kartu yang dipegangnya.
4.      Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
5.      Setiap siswa dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.      sisiwa mempresentasikan hasil jawabannya.
             Menurut Anita Lie tahun 1999 dalam buku Cooperativ Learning  : menyebutkan bahwa model pembelajaran Make-A Match / tehnik mencari pasangan merupakan salah satu bentuk model pembelajaran gotong royong dengan berpusat pada aktivitas siswa serta menghilangkan dominasi guru dan menggunakan berbagai macam metode secara terpadu.

2.1.3 Penilaian Hasil Belajar
Penilaian atau evaluasi adalah seluruh alat atau sarana yang digunakan disekolah untuk mengukur kinerja siswa secara formal, baik berupa kuis, tes, evaluasi tertulis dan pemberian nilai/grades ( Slavin,1994,486 ).
Didalam Kurikulum berbasis Kompetensi dijelaskan tentang evaluasi yaitu penentuan nilai suatu progrtam dan penentuan pencapaian tujuan suatu program.
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu berdasarkan sustu criteria tertentu.
Sedangkan proses pemberian nilai dapat saja berbentuk interpretasi yang diakhiri dengan Judgement. Keduanya merupakan tema penilaian yang membandingkan antara criteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu. Atas dasar itulah maka kegiatan penilaian selalauada obyek atau program, ada criteria dan ada interpretasi/ Judgement ( Nana Sudjana, 2004 ; 3 ).
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu.
Jika dihubungkan dengan pandangan diatas, dimana penilaian selalu ada obyek yang dinilai dalam konteks ini tentunya yang dimaksud dengan obyek disini adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa seringkali dihubungkan dengan perubahan tingkah laku yang dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik . Lebih jauh penilaian hasil belajar dilaksanakan untuk memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sekali lagi penilaian dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar itu sendiri dimana hubungan dengan metode dan tujuan pembelajaran sangat erat. 

2.2           Rujukan
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Sdr. Khasanati, yang meneliti pemahaman konsep bangun ruang yang menggunakan pendekatan ketrampilan proses
2.3           Kerangka Berfikir
Pembelajaran matematika tidak cukup hanya dengan guru memberikan materi melalui metode ceramah, memberikan rumus-rumus kemudian siswa menghafalkan dan mengerjakan materi atau rumus-rumus tersebut dalam soal-soal.
Pada proses pembelajaran, siswa berkedudukan sebagai subyek belajar  bukan sebagai obyek belajar. Oleh karena itu siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk aktif. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran harus diutamakan. Guru bukan merupakan sumber utama yang sangat aktif memberikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya pasif menerima materi yang diberikan oleh guru. Untuk itu diperlukan ketepatan model/tehnik pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa yaitu Model Pembelajaran Make-A Match
Dengan Model Pembelajaran Make – A Match diharapkan pemahaman konsep volume bangun ruang dapat dioptimalkan karena siswa mampu bekerja sama serta menghilangkan dominasi guru pada proses pembelajaran. Sehingga melalui Model Pembelajaran Make – A Match, pembelajaran akan lebih bermakna, berkesan dan menyenangkan bagi siswa yang pada akhirnya akan memperoleh hasil yang optimal.

2.4              Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka berfikir di atas, dapat diajukan hipotesis “Pembelajaran melalui Model Make- A Match dapat meningkatkan pemahaman konsep volume bangun ruang siswa kelas VI MIN Muktisari Kebumen Tahun pelajaran 2011/2012”

0 Response to "Peningkatan Pemahaman Konsep Volume Bangun Ruang melalui Model Pembelajaran Make- a Match pada siswa kelas VI BAB II"

Post a Comment