BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian
Teori
1.
Hasil
Belajar IPA tentang Pertumbuhan Hewan dan Tumbuhan
a. Hakikat
IPA
Menurut Bridgman (dalam Lestari, 2001:7), hakikat IPA bisa kita tinjau dari istilah dan dari
sisi dimensi IPA. Dari istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
alam sekitar beserta isinya.Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang
ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam.Ilmu dapat
diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif.Jadi dari sisi
istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam
sekitar beserta isinya.
Hakikat IPA
ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan pengembangan sikap. Proses IPA
adalah langkah yang dilakukan untuk memperoleh produk IPA. Proses IPA ada dua
macam yaitu proses empirik dan proses analitik. Proses empirik suatu proses IPA
yang melibatkan panca indera. Yang termasuk proses empirik adalah observasi, pengukuran,
dan klasifikasi.
1)
IPA sebagai Produk
IPA
sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik
yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. IPA sebagai produk
terdapat dalam bentuk fakta-fakta, data-data, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori. Jika ditelaah lebih jauh, maka fakta-fakta merupakan
hasil kegiatan empirik, sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA
merupakan hasil kegiatan analitik.
2)
IPA sebagai Proses
|
IPA
tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta, konsep,
prinsip, atau teori semata. IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan
pengetahuan tentang benda-benda atau makhluk-makhluk, tetapi IPA juga merupakan
cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah.
Memahami
IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA berarti
juga memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan
fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk
menginterpretasikannya. Para ilmuwan menggunakan berbagai prosedur empiric dan
prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini.
Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains.
Keterampilan proses IPA atau keterampilan sains disebut juga keterampilan
belajar seumur hidup, sebab keterampilan-keterampilan ini dapat juga dipakai
untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain.
Keterampilan
proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya
adalah mengobservasi, memprediksi, melakukan interpretasi, merancang dan
melakukan eksperimen, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, dan menarik
kesimpulan.
3)
IPA sebagai Pengembangan Sikap
Keterampilan
berpikir sebagai pengembangan sikap ini
dapat berkembang pada anak selama anak diberi kesempatan untuk berlatih
menggunakan keterampilan-keterampilan tersebut
Menurut
Purwanto (1990: 14), mengemukakan bahwa siswa SD lebih mudah memahami IPA jika
melakukan kegiatan percobaan sendiri. Hal ini sependapat dengan Suryosubroto
(1997:28) yang menyebutkan ciri-ciri siswa SD, antara lain rasa ingin tahu yang
berlebih, mengeksplorasi, menemukan, mempelajari sesuatu yang baru, dan
berkreasi. Untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa SD tersebut,
terlebih dahulu perlu dilakukan eksplorasi terhadap apa yang akan dipelajari,
sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kegiatan eksplorasi tersebut
dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh siswa sendiri untuk
menemukan konsep-konsep baru.
Berdasarkan pada beberapa pendapat
yang dikemukakan di atas, maka sebaiknya pembelajaran IPA di SD menggunakan
perasaan keingintahuan siswa sebagai titik awal dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan.Kegiatan-kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan
mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui oleh siswa SD
dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini penting untuk dilaksanakan karena langkah
awal untuk menghasilkan orang dewasa yang melek IPA adalah dengan melibatkan
anak-anak, dalam hal ini adalah anak-anak SD secar aktif sejak dini ke dalam
kegiatan IPA seperti disebutkan di atas.
b.
Hasil Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan
pada individu yang belajar.Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari
yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan
pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar
di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), Hasil Belajar belajar adalah
hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini Hasil Belajar belajar
merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh
dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan
uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar
yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya
setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut
dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar.Penilaian diadakan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan paparan
di atas, maka dapat diartikan bahwa Hasil Belajar belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA.
2.
Metode
Permainan
a. Metode Mengajar
Metode mengajar sebagaimana diungkapkan oleh Mulyani
Sumantri dan Johar Premana, (2001:114) adalah cara-cara yang ditempuh guru
untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung bagi kelancaran proses pembelajaran dan tercapainya prestasi belajar
anak yanng memuaskan.
Pendapat yang hampir sama juga
diungkapkan oleh Djodjo Suradisastra, dkk, (1991:91) dalam bukunya dia
mengungkapkan bahwa metode mengajar adalah cara yang dianggap efisien yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan suatu mata pelajaran tertentu kepada
siswa agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya dapat tercapai
dengan efisien.
Untuk mencapai hasi; belajar yang
maksimal sesuai dengan yang direncanakan guru perlu memilih metode mengajar
yang tepat, yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan disesuaikan pula
dengan kondisi peserta didik.
b. Permainan
Di
dalam sebuah web http://belajarpsikologi.com/metode-permainan-dalam-pembelajaran/dijelaskan
tentang apa itu permainan :
Menurut Hans Daeng (dalam Andang
Ismail, 2009: 17) permainan adalah bagian mutlak dari
kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan
kepribadian anak. Selanjutnya Andang Ismail (2009: 26) menuturkan bahwa
permainan ada dua pengertian.
Pertama, permainan adalah
sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang
atau kalah.
Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan
dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, namun ditandai pencarian
menang-kalah.
Pengertian Permainan menurut beberapa ahli
Menurut Kimpraswil (dalam As’adi
Muhammad, 2009: 26) mengatakan bahwa definisi permaina adalah
usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan motivasi,
kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi
dengan lebih baik.
Lain
halnya dengan Joan Freeman dan Utami munandar (dalam Andang Ismail, 2009: 27)
mendefinisikan prmainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai
perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Menurut
beberapa pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang
dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk
proses kepribadian anak
dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektuan, sosial, moral dan
emosional.
3.
Penyesuaian
Makhluk Hidup terhadap Lingkunganya.
a.
Penyesuaian Hewan terhadap Lingkunganya.
Penyesuaian
hewan terhadap
lingkunganya memiliki dua tujuan yaitu untuk mendapatkan makanan dan untuk
melindungi diri dari serangan musuh.
1. Hewan
Menyesuaikan Diri untuk Memperoleh Makanan.
Penyesuaian diri hewan dengan
lingkungan untuk memperoleh makanan dapat dilihat pada bentuk paruh (mulut) dan
bentuk kaki.
Contoh:
a. Kupu-kupu
Makanan kupu-kupu adalah nektar. Bentuk penyesuaian diri kupu-kupu untuk
memperoleh makanan adalah dengan memeiliki mulut panjang yang berguna sebagai
alat penghisap yang disebut dengan probosis.
b. Lebah
Bentuk penyesuaian diri lebah
adalah dengan memiliki mulut penjilat dengan lidah yang panjang yang berguna untuk menjilat makanan yang berupa
nektar pada bunga.
c. Nyamuk
Nyamuk menyesuaikan diri dengan
memiliki mulut penusuk dan penghisap yang runcing dan panjang yang berguna
untuk menghisap makanan yang berupa cairan.
d. Burung
Burung memilliki bentuk paruh yang
berbeda-beda tergantung pada jenis makananya. Paruh
burung pipit yang makananya berupa
biji-bijian berbeda dengan paruh burung elang yang makananya adalah daging. Paruh burung elang runcing dan
melengkunng yang berguna untuk mengoyak daging. Paruh
burung kolibri penjang dan runcing sehingga memudahkan burung tersebut dalam
menghisap nektar bunga.
Selain pada paruh, bentuk
penyesuaian diri burung juga dapat dilihat pada bentuk kaki mereka. Keanekaragaman bentuk kaki burung
disesuaikan dengan kegunaanya. Kaki
burung pelatuk untuk memanjat, kaki burung kutilang untuk bertengger, kaki ayam
untuk mengais, kaki burung elang untuk mencengkeram mangsa, dan sebagainya.
e. Unta
Unta menyesuaikan diri dengan
lingkungan padang pasir yang kering dan gersang dengan memiliki punuk yang
berisi makanan cadangan. Selain itu, pada saat minum unta juga dapat meneguk
air dalam jumlah yang banyak. Air
tersebut disimpan sebagai cairan tubuh sehingga dia dapat bertahan tanpa minum
dalam waktu yang lama.
2. Hewan
Menyesuaikan Diri terhadap
Lingkungan untuk Melindungi Diri dari Musuhnya.
Pada umumnya, hewan memiliki bagian
tubuh yang berguna untuk melindungi diri dari serangan musuh. Contoh:
a. Bunglon
Bunglon melindungi diri dari
serangan musuh dengan cara mengubah warna tubuhnya sesuai dengan lingkungan di
mana dia berada. Kemampuan bunglon untuk mengubah warna tubuhnya sesuai dengan warna lingkungannya disebut dengan
mimikri.
b. Walang
Sangit
Walang sangit melindungi diri dari
serangan musuh dengan mengeluarkan bau yang sangat menyengat.
c. Walang
daun
Walang daun mempunyai bentuk dan
warna tubuh yang menterupai daun sehingga menyulitkan musuh untuk mengetahui
keberadaanya.
d. Harimau,
anjing, dan singa
Hewan tersebut memiliki kuku dan
gigi yang tajm untuk melindungi diri dri serangan musuh mereka.
e. Sapi,
kambing, kerbau, dan kijang
Sapi, kambing, kerbau, dan kijang
memiliki tanduk yang runcing yang digunakan saat bertarung.
f. Kalajengking,
kelabang, dan lebah
Hewan-hewan tersebut dapat
mengeluarkan zat beracun bagi musuh melalui sengatnya.
g. Ular
Ular berbisa melindungi diri dari
serangan musuh dengan gigitan beracun. Ular tidak berbisa meindungi diri dari
musuh dengan cara membelitkan tubuhnya ke tubuh musuh.
h. Cumi-cumi, gurita, dan sotong
Cumi-cumi, gurita, dan sotong
yang hidupnya di air akan menymprotkan
cairan hitam seperti tinta saat diserang oleh musuh.
i.
Siput
Siput
mempunyai pelindung tubuh berupa cangkang yang kuat yang disebut dengan rumah siput.
Hewan ini melindungi diri dari serangan musuh dengan cara memasukkan tubuhnya
ke dalam rumahnya.
j.
Musang
dan Kumbang
Musang
dan kumbang berpura-pura mati saat diserang musuh.
k.
Cicak
Cicak
melindungi diri dari serangan musuh dengan cara memutuskan ekornya.
b.
Penyesuaian Diri Tumbuhan terhadap Lingkunganya
1.
Berdasarkan
Tempat Hidupnya
Tumbuhan juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tumbuhan bisa
hidup di air dan daratan.
a.
Tumbuhan
hidup di air
Mempunyai rongga udara pada batangnya untuk membantu penguapan.
Akar yang kuat menancap Tumbuhan yang hidup di air contohnya teratai, enceng
gondok, kangkung, dan genjer. Tanaman ini, mempunyai daun yang lebar. di dasar
untuk keseimbangan daun. Tanaman air kebalikan dari tanaman di daerah kering.
Tanaman ini berusaha melepas uap air sebanyak-banyaknya ke udara. Rongga udara
berguna agar dapat mengapung.
b.
Tumbuhan
yang hidup di dua musim
Tumbuhan ada yang hidup di dua musim. Artinya tumbuhan mengalami
musim penghujan dan kemarau. Pada saat musim penghujan air melimpah. Sedangkan
saat musim kemarau air sangat sulit diperoleh. Tumbuhan yang hidup pada dua
musim memiliki ciri-ciri yaitu:
1) menggugurkan daunnya pada
musim kemarau (meranggas), dan
2) dapat melebarkan daunnya pada musim penghujan.
Contoh tanamannya, antara lain pohon jati dan mahoni. Pada musim
kemarau pohon ini akan mengurangi daun. Pengurangan lembut dan meruncing. Sedangkan rumput akan menghabiskan daunnya, tetapi umbinya
tetap hidup di dalam tanah.
c. Tumbuhan di daerah kering/gurun
Daerah gurun sangat jarang terjadi hujan. Sepanjang hari daerah
inidisinari matahari yang terik. Tumbuhan pada daerah kering memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1)
Berdaun tebal dengan lapisan
lilin (mengurangi penguapan)
2)
Batangnya lebar menggembung
(menyimpan cadangan air)
3)
Daunnya berupa duri
4)
Akar menghujam jauh ke dalam
tanah dan bercabang banyak.
Contoh tumbuhan gurun adalah kaktus. Pada saat kering kaktus akan
menggunakan cadangan makanan, cadangan makanan tersimpan di batang.
Bila cadangan makanan digunakan, batangnya mengerut. Tetapi saat
hujan tiba batang kaktus mengembung lagi.
2.
Berdasarkan
Cara Melindungi Diri
Berikut adalah tumbuhan yang dikelompokkan berdasarkan cara melindungi
dirinya.
a. Menggunakan duri
Duri tumbuh pada batangnya. Amatilah bunga mawar yang ada di
tamanmu! Indahdan wangi ya, tapi hati-hati kalau kurang hati-hati
terkena durinya. Contoh tumbuhan yang lain yaitu pohon salak, jeruk, dan bougenvil.
b. Menggunakan getah
Pohon memiliki getah yang sangat lengket. Getah akan keluar jika kulit pohon
tergores atau rantingnya patah. Contohnya, pohon sawo, nangka,
jambu mete, dan pohon karet.
c.
Menggunakan
bulu yang tajam
Ada tumbuhan tertentu yang melindungi diri dengan bulu yang tajam. Bulu
yang tajam terdapat pada bagian batang. Bulu yang tajam dapat
melekat kuat serta menyebabkan gatal-gatal. Contohnya bulu pada pohon
bambu dan tebu.
B.
Kerangka Berpikir
Gambar
1.Skema Kerangka Berpikir
Deskripsi kerangka berpikir:
1. Kondisi
awal: Guru belum
menerapkan metode permainan
kartu kata dan kartu gambar, sehingga hasil belajar IPA siswa rendah.
2. Agar
hasil belajar siswa meningkat, guru perlu melaksanakan tindakan dengan
menerapkan metode
permainan, yaitu permainan
kartu kata dan kartu gambar
3. Siklus
1: Guru telah menerapkan metode
permainan dengan mencari
pasangan kartu kata dan kartu gambar yang diperoleh oleh masing-masing siswa.
Siswa secara bergiliran maju ke depan kelas barsama teman yang memegang kartu
yang sesuai antara nama atau gambar hewan dengan cara hewan tersebut melindungi
diri dari serangan musuh. Setelah guru menerapkan metode permainan kartu kata
dan kartu gambar, hasil belajar yang diperoleh siswa diharapkan dapat mengalami
peningkatan.
4. Siklus
2: Guru menerapkan metode pembelajaran permainankartu kata dan
kartu gambar pada materi pembelajaran tentang penyesuaian diri hewan terhadap
lingkungannya. Siswa secara berkelompok
melakukan permainan menjodohkan kartu kata atau kartu gambar tentang tumbuhan
dan cara tumbuhan tersebut menyesuaikan diri dengan lingkungan dan melindungi
diri dari serangan musuh. Hasil belajar siswa diharapkan kembali mengalami
peningkatan, lebih baik dari pada hasil belajar yang dicapai pada siklus I.
5. Kondisi
akhir: Diduga melalui penerapan metode
permainankartu
kata dan kartu gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang penyesuaian
diri mahluk hidup dengan lingkungannya.
C.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan
kerangka berpikir seperti uraian di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai
berikut :
1. Metode permainan dapat membantu meningkatkan
hasil belajar IPA tentang penyesuaian makhluk hidup dengan lingkunganya pada
siswa kelas V SD Negeri Joho tahun 2012/2013.
2. Metode permainan dapat meningkatkan
antusias siswa untuk mengikuti pelajaran IPA khususnya tentang penyesuaian
makhluk hidup dengan lingkungannya pada siswa kelas V SD Negeri Joho tahun
2012/2013.
D. Indikator
Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam
pelaksanaan ini ditentukan oleh:
1.
Penilaian dengan tes (belajar tuntas)
Nilai yang dihasilkan sudah
mencapai lebih dari 63 dan rata-rata kelas
sudah mencapai 75 dengan presentase ketuntasan kelas dalam
mengerjakan soal-soal harus di atas 80%.
2.
Penilaian non tes
Aktivitas siswa dalam
pembelajaran, apabila
melakukan aktivitas lebih dari atau sama dengan 75%.
gimana cara downloadnhya Pak
ReplyDelete