Makalah Budidaya Ikan Potensi LOBSTER MUTIARA (Panulirus ornatus) BAB II

BAB II
EKO BIOLOGI

·                     Habitat
Lobster ini bernama Ornate spiny lobster (nama internasional) dan lobster mutiara (nama Indonesia). Lobster ini memiliki warna dasar biru kehijauan sampai biru kekuningan. Pada bagian segmen abdomenberwarna kegelapan pada bagian tengah dan bagian sisi mempunyai bercak putih. Lobster ini memiliki kaki bebercak putih. Lobster ini mendiami perairan dangkal di pantai antara 1–8m yang kadang-kadang sedikit keruh, tetapi juga ditemukan pada kedalaman lebih dari 50 m.  Hidup di substrat berpasir dan berlumpur, kadang-kadang di bawah batu dan terumbu karang. Lobster ini memiliki ukuran panjang maksimum hingga 50 cm. Lobster mutiara (Panulirus ornatus) biasanya ukurannya jauh lebih kecil, yaitu antara 30 –35 cm.
Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo-Pasifik Barat dari Laut Merah dan Afrika Timur, ke selatan Jepang, Kepulauan Solomon, Papua New Guinea, Australia, Kaledonia Baru dan Fiji.  Tahun 1988, lobster ini ditemukan di pantai timur Israel di Mediterania.Penyebaran lobsterini adalah di wilayah perairan selatan Pulau Jawa yaitudi perairan Teluk Palabuhanratu, Pameungpeuk, Tanjung Panaitan, dan  kepulauan Seribu.
·                     Morfologi
Tubuh lobster mutiara terdiri dari dua bagian utama, yaitu kepala yang menyatu dengan dada (cephalothorax), dibungkus oleh karapas yang keras berduri, melekat 5 pasang kaki jalan (periopod) dan bagian badan terdiri dari daging, punggung dibungkus oleh karapas, tempat melekat kaki renang (pleopod) 4 pasang dan ekor (telson). Pada lobster puerulus belum terbentuk kaki renang.
Warna karapas lobster mutira dewasa dominan coklat mudah bergaris-garis hitam, tingkat warna coklat sangat dipengaruhi oleh habitat/media pemeliharaan. Lobster dipelihara pada media yang tidak disinari langsung matahari, warna karapas cenderung lebih putih dari pada lobster yang dipelihara pada media terbuka (karamba) di laut. Warna karapas tidak dapat dijadikan sebagai kriteria penentuan jenis kelamin dan tingkat kedewasaan. 
·                     Kebiasaan Makan
Lobster memiliki sifat nokturnal yaitu sifat binatang yang aktif mencari makan pada malam hari. Pada siang hari lobster lebih suka membenamkan diri dalam lumpur atau menempel pada suatu benda yang terbenam dalam air. Hewan nokturnal memiliki aktivitas yang tinggi pada permulaan menjelang malam dan berhenti beraktivitas dengan ketika matahari terbit (Cobb and Phillips, 1980). Pada prinsipnya udang karang (Panulirus sp) bersifat pemakan segala (omnivora), namun demikian hewan ini menggemari mengkonsumsi ikan, moluska, ekinodermata dan hewan lainnya terutama yang mengandung lemak, serta jenis algae (Subani, 1978).
Sifat lobster yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan atau budidaya lobster adalah kanibalisme.  Individu lobster yang lebih kuat dapat memangsa individu yang lebih lemah atau lebih kecil ukurannya jika kondisi pakan berkurang.  Lobster yang dalam kondisi moulting biasanya sangat lemah dan mudah menjadi sasaran pemangsaan oleh lobster lainnya.
·                     Reproduksi
Lobster berkembang biak dengan cara bertelur. Lobster betina sudah matang telur pada ukuran panjang total 16 cm. Sementara itu, udang jantan yang telah matang gonad berukuran lebih panjang, yaitu sekitar 20 cm. Lobster betina yang sedang bertelur melindungi telurnya dengan cara meletakkan atau menempelkan butir-butir telurnya di bagian bawah abdomen sampai telur tersebut dibuahi dan menetas menjadi larva udang. Menjelang akhir periode pengeluaran telur dan setelah dibuahi, lobster akan bergerak menjauhi pantai dan menuju ke perairan karang yang lebih dalam untuk penetasan. Nontji (1993) menyatakan bahwa, jumlah telur yang dihasilkan setiap ekor betina lobster dapat mencapai lebih dari 400.000 butir. Sedangkan menurut Subani (1984)dalam Utami (1999), seekor lobster betina dapat menghasilkan 275.000 butir telur pada setiap musim pemijahan.
Udang karang (lobster) mempunyai daur hidup yang kompleks. Telur yang telah dibuahi menetas menjadi larva dengan beberapa tingkatan (stadium). Secara umum dikenal adanya tiga tahapan stadia larva, yaitu “naupliosoma”, ”filosoma”, dan “puerulus”. Perubahan dari stadia satu ke stadia berikutnya selalu terjadi pergantian kulit yang diikuti perubahan-perubahan bentuk (metamorphose) yang terlihat dengan adanya modifikasi-modifikasi terutama pada alat geraknya. Lama hidup sebagai stadia larva untuk lobster berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Lobster yang hidup di perairan tropis, prosesnya lebih cepat dibanding dengan yang hidup di daerah sub-tropis. Waktu yang diperlukan untuk mencapai stadia dewasa untuk lobster torpis antara 3 sampai 7 bulan (Subani, 1984 dalam Utami, 1999).
·                     Potensi Sumber Daya
Lobster mutiara merupakan lobster komersial yang memiliki nilai jual yang cukup mahal dibandingkan beberapa lobster lainnya. Lobster ini memiliki ciri fisik yaitu punggung atau badan abdomen berwarna hijau dengan kombinasi belang-belang kuning. Perkembangan udang karang atau lobster dengan melihat prospek pasar yang sangat besar dan merupakan komoditas dengan kandungan gizi yang sangat baik, Ditjen Perikanan Budidaya telah berupaya melakukan pengembangan budidaya lobster berkelanjutan. Salah satunya adalah ProyekSpiny Lobster Aquaculture Development In Eastern Indonesia, Vietnam and Australia yang berjalan sampai dengan tahun 2013. Tujuan dari proyek ini adalah untuk meningkatkan produksi yang berkelanjutan dari budidaya spiny lobster tropis (Panulirus ornatus dan Panulirus homarus) di Indonesia untuk memenuhi permintaan global yang besar, terutama dari China. 

0 Response to "Makalah Budidaya Ikan Potensi LOBSTER MUTIARA (Panulirus ornatus) BAB II"

Post a Comment