BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lobster merupakan komiditas ekspor, yang banyak tertangkap di perairan Kebumen, dengan nilai ekonomis yang tinggi. Eksploitasi terhadap lobster cenderung meningkat, yang apabila tidak dikendalikan dapat mengarah pada lebih tangkap. Konotasi lebih tangkap umumnya selalu “hanya” dikaitkan dengan adanya penangkapan yang sangat intensif, sehingga volume yang ditangkap melebihi batas-batas produksi lestarinya. Dalam Ada dua penyebab terjadinya overfishing, yakni overfishing yang diakibatkan oleh terlampau banyaknya ikan ukuran kecil yang tertangkap, sehingga ikan tidak cukup kesempatan untuk tumbuh menjadi ukuran yang layak tangkap, yang dikenal sebagai growth overfishing. Lebih tangkap yang lain adalah akibat banyaknya ikan yang sedang matang gonad tertangkap, sehingga jumlah induk yang melalukan pemijahan sangat terbatas. Hal ini berakibat jumlah anakan baru (recruit) sangat sedikit, yang dikenal sebagai recruitment overfishing.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian dinyatakan bahwa sumberdaya perikanan di Samudera Hindia, khususnya di wilayah perairan Jawa Tengah mempunyai potensi yang besar dan belum dimanfaatkan secara optimum. Hasil penelitian Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP (2001) menyebutkan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster baru mencapai 10 % dari potensi lestarinya. Dilihat dari data tersebut terlihat bahwa pemanfaatan Lobster masih sangat rendah. Sebagian studi lainnya menyatakan bahwa sesungguhnya tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah perairan selatan Jawa Tengah, khusunya Lobster juga telah mengindikasikan pemanfaatan yang sudah intensif.
Lobster berukuran benih atau komsumsi merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomi penting, masih berasal dari penangkapan di laut. Eksploitasi lobster kurang terkendali telah menyebabkan penurunan produktivitas sumberdaya perairan (Chubb, 2000), dan sebagai sumberdaya yang dapat diperbaharui (Kittaka dan Booth, 2000). Kelestarian dan produksi dapat ditingkatkan dengan pengelolaan yang taat pada asas keberlanjutan dengan memberi kesempatan induk memijah, menjaga jumlah minimal induk di setiap area dan memperbaiki habitat. Tetapi hal tersebut sulit diwujudkan karena keterbatasan dalam pengontrolan eksploitasi dan pertumbuhan lobster relatif lambat.
Lobster laut sangat beragam jenisnya dan mempunyai spesifikasi perkembangan dan tabiat hidup berbeda. Salah satu jenis lobster yang potensial adalah lobster mutiara (Panulirus ornatus), hidup di perairan Indo-Pasifik, daerah lintang rendah (Phillips et al., 1980). Jenis lobster tersebut pertumbuhannya paling tinggi jika dibandingkan dengan lobster tropis lainnya seperi P. versicolor, P. homarus dan P. polyphagus (Vijayakumaran dan Radhakrishnan, 1997), di alam dapat ditemukan bobot badan 4,2 kg/ekor (Yusnaini et al., 2006), bahkan dapat mencapai ukuran 6,5 kg/ekor, puerulus (3-5 g) dapat mencapai 300 g dalam waktu setahun (Tam, 1980).
Siklus hidup lobster terdiri dari 5 fase yaitu mulai dari dewasa yang memproduksi sperma atau telur, menetas menjadi filosoma (larva), kemudian berubah menjadi puerulus (post larva), tumbuh menjadi juvenil dan dewasa (Phillips et el. 1980). Marga Panulirus mempunyai daur hidup yang majemuk, pengetahuan tentang tingkatan hidup larva masih sangat kurang terutama terhadap jenis-jenis yang hidup di perairan tropik (Romimohtarto dan Juwana, 2005).
Pada pembenihan, salah satu parameter yang perlu diketahui adalah ciri-ciri penentuan jenis kelamin dan tingkat kedewasaan. Sifat seksual primer ditandai oleh organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi, yaitu ovarium pada betina dan testis pada jantan. Penentuan jenis kelamin berdasarkan organ primer bisanya diperlukan pembedahan, namun belum tentu positif terutama pada organisme yang belum berkembang organ reproduksinya serta bermasalah apabila organisme akan dipijahkan. Jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan organ reproduksi sekunder, seperti warna, atau ciri-ciri lainnya, demikian juga pada penentuan tingkat kedewasaan.
0 Response to "Makalah Budidaya Ikan Potensi LOBSTER MUTIARA (Panulirus ornatus) BAB I"
Post a Comment