BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS sebagai mata pelajaran
di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti
dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert E. Yoger yang
memasukkan Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat (ITM) baik sebagai penerapan dan
hubungan, kreativitas, dan sikap maupun konsep dan proses.
Ilmu Teknologi dan
Masyarakat (ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk
memberikan wawasan kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan.
Konsep ITM mencakup keseluruhan secara spektrum tentang peristiwa-peristiwa
kritis dalam proses pendidikan meliputi tujuan, kurikulum, strategi
pembelajaran, evaluasi dan persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar
keberadaan ITM adalah lahirnya warga negara yang berpengetahuan yang mampu
memecahkan masalah-masalah dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif.
Remmy (1990) mengemukakan
ITM memberikan kontribusi secara langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya
dalam mempersiapkan warga negara yang :
a) Memahami ilmu pengetahuan di masyarakat.
b) Pengambilan keputusan warga negara.
c) Membuat hubungan antar pengetahuan.
d) Mengingatkan generasi pada sejarah-sejarah bangsa.
Penelitian guru IPS dan IPS
di Amerika Serikat menunjukkan bahwa isu-isu tentang Ilmu Teknologi dan Sosial
sangat penting untuk dikaji di kelas. Bybee dan Mou (1986) mengidentifikasi
isu-isu yang dapat diangkat dari kejadian-kejadian yang berupa isu kelaparan,
pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol, pengrusakan lingkungan, peperangan
dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal di
atas, Remmy (1990) berpendapat bahwa penggunaan langkah-langkah pengambilan
keputusan yang sistematis dalam mempelajari isu-isu ilmu, teknologi dan
masyarakat dalam pembelajaran IPS dapat membantu mengembangkan intelektual
siswa, kemampuan memcahkan masalah dan berpikir dalam mengambil keputusan
secara fleksibel dan terorganisasi.
Dalam Curriculum Standars For Social Studies Of America, dikemukakan
bahwa ruang lingkup program Ilmu Teknologi dan Masyarakat berisi kajian yang
sistematis dan sejumlah disiplin ilmu sosial meliputi antropologi, arkeologi,
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama,
dan sosiologi bahkan mencakup pula humanistik dan ilmu-ilmu alam.
B. Kompetensi Dasar
1.
Kedudukan Anggota Keluarga
a.
Kedudukan Setiap Anggota Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat
yang paling kecil. Keluarga mempunyai anggota keluarga terdiri dari ayah, ibi,
anak. Jumlah anggota keluarga tergantung dari jumlah anak dan anggota keluarga
lain. Kewajiban ayah adalah sebagai
kepala rumah tangga, memiliki tanggungjawab atas seluruh anggota keluarga,
mencari nafkah, melindungi istri dan anak-anaknya. Ayah berhak dihormati dan
disayangi. Tugas sebagai seorang ibu adalah mengurus keperluan rumah tangga,
membantu anak mengasuh anak, mendidik anak, mengatur nafkah, menjaga kebersihan
dan kerapihan rumah. Sedangkan kewajiban seorang anak adalah menghormati kedua
orang tua, mematuhi perintah orang tua. (Fokus : 2009)
b.
Silsilah Keluarga
Semua keluarga pasti mempunyai
silsilah. Silsilah adalah asal usul keluarga. Kita dapat mengetahui silsilah
keluarga dengancara mengurutkan mulai dari orang tua. Kakek adalah ayah dari
orang tua kita. Nenek adalah ibu dari orang tua kita. Ayah adalah orang tua laki-laki.
Ibu adalah orang tua perempuan. . Kakak adalah anak yang usianya lebih tua dari
kita. Adik adalah anak yang lahir lebih muda dari kita. Anak sulung adalah anak
yang lahir pertama. Anak bungsu adalah anak yang lahir terakhir/paling akhir.
(Fokus : 2009).
2. Peran Anggota Keluarga
a.
Peran Setiap Anggota Keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki peran yang berbeda.
Peran utama ayah adalah mencari nafkah. Ayah juga berperan mendidik anak serta
member pendidikan agama maupun pendidikan umum. Peran yang lain yaitu menjaga
dan melindungi anggota keluarga. Peran ibu di rumah adalah mengurusi rumah
tangga. Ibu juga berperan mengasuh dan mendidik anak, serta menjaga kerapian
rumah. Anak juga memiliki peran di rumah. Setiap anak harus patuh kepada orang
tua. Anak harus membantu orang tua sesuai dengan kemampuan. Anak harus
menghormati orang tua. (Focus: 2009 )
b.
Perubahan Peran Dalam Keluarga
Pada masa sekarang banyak ibu yang bekerja. Ibu
mencari nafkah seperti ayah. Ada yang menjadi dokter, bupati, bahkan presiden.
Mereka ingin hak dan kedudukannya sama dengan laki-laki. Inilah yang disebut
emansipasi. Ada juga anak yang bekerja. Mereka bekerja untuk membantu orang
tuanya.(Fokus: 2009)
c.
Pengalaman Bersama Keluarga
Berkumpul dengan keluarga membuat kita senang.
Bersendau gurau bersama dan bercerita bersama. Pengalaman dalam keluarga dapat
di peroleh dari menjalankan perannya di keluarga. Membantu orang tua di rumah
membuat hati menjadi senang. Anak yang patuh akan disayang orang tua. Patuh
terhadap orang tua merupakan perbuatan
terpuji.(Fokus:2009)
C. Pendekatan Partisipatoris
Dalam Curriculum Standars Framework Australia, dikemukakan bahwa tujuan
SOSE adalah untuk memberikan pemahaman tentang konsep masyarakat yang dapat
diterima oleh semua siswa dengan menekankan pada unsur-unsur bersama serta
mengakui keragaman tujuan ini memaparkan sejumlah disiplin ilmu sosial yakni
politik, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan ekonomi.
Memperhatikan ruang lingkup
pembelajaran IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran IPS adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya
dalam proses pembelajaran IPS, para siswa diajak, dibina, dan didorong agar
dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik dipandang dari berbagai
disiplin ilmu.
Pendekatan partisipatoris
dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar. Keikutsertaan peserta didik itu diwujudkan
dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu : perencanaan program (program
planning), pelaksanaan program (program implementation), dan penilaian program
(program evaluation) kegiatan pembelajaran. Partisipasi pada tahap perencanaan
adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar,
permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan
dalam pembelajaran.
Partisipasi dalam tahap
pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik
dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Iklim kondusif untuk
belajar mencakup :
a) Kedisiplinan peserta didik yang ditandai dengan keteraturan dalam
kehadiran pada setiap kegiatan pembelajaran.
b) Pembina hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik
dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab,
terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.
c) Interaksi kegiatan pembelajaran antara peserta didik dan pendidik
dilakukan melalui hubungan horizontal.
d) Peranan peserta didik lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran
daripada peranan pendidik yang lebih mengutamakan kegiatan mengajar.
Partisipasi dalam tahap penilaian
program pembelajaran adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan penilaian
pembelajaran maupun untuk program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan
pembelajaran mencakup penilaian proses, hasil dan dampak pembelajaran.
Penilaian terhadap proses pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian
antara proses yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya. Penilaian terhadap
hasil belajar untuk mengetahui mengenai perubahan perilaku (pengetahuan,
keterampilan, nilai, apresiasi) yang dialami peserta didik atau lulusan setelah
mengikuti program pembelajaran. Penilaian terhadap dampak pembelajaran adalah
untuk mengetahui perubahan kehidupan lulusan setelah menerapkan hasil
belajarnya dalam kehidupannya.
Dengan berdasarkan pada pengertian
pembelajaran partisipatoris yaitu upaya pendidik untuk mengikutsertakan peserta
didik dalam pembelajaran, maka ciri-ciri dalam pembelajaran partisipatoris
adalah :
a) Pendidik
menempatkan diri pada kedudukan yang tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan pembelajaran. Pendidik memandang peserta didik sebagai sumber yang
mempunyai nilai bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
sehingga peserta didik merasa dihargai untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya, sehingga peserta didik merasa dihargai dan bermakna sebagai
peserta belajar.
b) Pendidik
memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran itu berdasarkan atas kebutuhan belajar yang
dirasakan perlu, penting dan mendesak oleh peserta didik. Kebutuhan belajar
peserta didik merupakan acuan utama untuk menyusun program pembelajaran
sehingga program belajar dirasakn lebih bermakna oleh peserta belajar.
c) Pendidik
memberikan motivasi terhadap peserta didik supaya berpartisipasi dalam menyusun
tujuan belajar, bahan ajar, dan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
kegiatan pembelajaran. Motivasi eksternal dapat merupakan penyeimbangkan
untuk munculnya motivasi internal pada
diri seseorang. Dengan adanya motivasi yang positif dari pendidik, diharapkan
peserta didik mau dan mampu lebih meningkatkan dirinya untuk berpartisipasi
dalam pembelajaran secara maksimal.
d) Pendidik
sekaligus menempatkan dirinya sebagai peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung. Pendidik memberikan dorongan dan bimbingan terhadap peserta didik
untuk selalu memikirkan, mempelajari, melakukan dan menilai kegiatan
pembelajarannya. Berdasarkan hal tersebut diharapkan terjadi hubungan interaksi
yang horizontal sehingga peserta didik dapat secara leluasa mengemukakan
berbagai kemampuannya, karena mereka merasa mempunyai kedudukan yang sama
dengan berbagai pihak, dan masing-masing pihak saling membutuhkan.
e) Pendidik
bersama peserta didik melakukan kegiatan saling belajar dengan cara bertukar
pikiran mengenai isi, proses, dan hasil kegiatan pembelajaran, serta tentang
cara-cara dan langkah pengembangan pengalaman belajar untuk masa berikutnya.
Pendidik memberikan pokok-pokok informasi dan mendorong peserta didik untuk
mengemukakan dan mengembangkan pendapat serta gagasannya secara kreatif. Dalam
hal ini terjadi saling tukar-menukar pengetahuan/pengalaman antara peserta
didik, serta peserta didik dengan pendidik.
f) Pendidik
berperan untuk membantu peserta didik dalam menciptakan situasi yang kondusif
untuk belajar, mengembangkan semangat belajar bersama, dan saling tukar pikiran
dan pengalaman serta terbuka sehingga peserta didik melibatkan diri secara
aktif dan bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Situasi pembelajaran
kondusif yang seperti ini, peserta didik
akan merasa nyaman untuk mengikuti pembelajaran sehingga mereka akan lebih
termotivasi untuk berperan serta selama pembelajaran.
Dalam
kegiatan pembelajaran partisipatoris, seorang pendidik lebih banyak berperan
sebagai pembimbing dan pendorong bagi peserta didik untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Apabila dihubungkan dengan ciri-ciri kegiatan pembelajaran
partisipatoris, diantara pendidik dengan peserta didik kemungkinan terjadi
saling belajar, maka peranan guru harus mampu memotivasi dan memberikan bantuan
agar peserta didik dapat menampilkan.
Mengacu kepada pendapat Knowles (1997), bahwa kegiatan
yang harus dilakukan pendidik untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkan
dan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut :
a) Membantu
peserta didik dalam menciptakan belajar
Dalam
upaya menciptakan iklim belajar, pendidik bersama peserta didik menyiapkan
bahan ajar, menentukan fasilitas dan alat-alat, serta membina keakraban
diantara peserta didik.
b) Membantu
peserta didik dalam kelompok belajar
Situasi
yang baik untuk melibatkan peserta didik dalam pembelajaran adalah apabila
kelompok belajar yang dibentuk tidak terlalu besar. Dengan kelompok belajar
yang relatif kecil, maka setiap peserta akan cenderung lebih tinggi intensitas
keterlibatannya.
c) Membantu
peserta didik dalam mendiagnosis kebutuhan belajar
Kebutuhan
belajar merupakan dasar untuk penyusunan program pembelajaran. Kebutuhan
belajar setiap individu berbeda-beda, sehingga untuk penyusunan program
pembelajaran harus dibicarakan secara bersama antara peserta didik. Melalui
diagnosis kebutuhan belajar akan lahir berbagai jenis pengetahuan, sikap,
nilai, dan keterampilan yang akan dirasakan para peserta didik untuk dipenuhi
melalui kegitan pembelajaran.
d) Membantu
peserta didik dalam menyusun tujuan belajar
Penentuan
tujuan belajar dilakukan melalui upaya merumuskan tujuan yang akan dicapai
melalui kegiatan pembelajaran. Menurut Tyler (Sudjana : 2000), secara umum
tujuan belajar itu merupakan tolak ukur yang menentukan untuk pemilihan sarana
belajar, merinci isi atau materi pelajaran, mengembangkan kegiatan
pembelajaran, dan menyiapkan alat-alat evaluasi kegiatan pembelajaran.
D. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran IPS khususnya materi tentang kedudukan dan peran
anggota keluarga diperlukan adanya pemahaman konsep. Penanaman konsep pada
pembelajaran IPS sangat penting, diduga
siswa dapat meningkat pengenalannya tentang kedudukan dan
peran anggota keluarga diperlukan adanya pemahaman konsep.Dengan menggunakan
pendekatan partisipatoris diharapkan seorang guru harus bisa meningkatkan
partisipasi siswa. Partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar secara
aktif, misalnya mengajak siswa untuk tanya jawab, dialog interaktif, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapatnya.
Dalam proses belajar mengajar keterlibatan
siswa secara totalitas. Artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran
dan psikomotor. Dan diharapkan akan berdampak terhadap peningktan hasil belajar
siswa khususnya pembelajaran IPS tentang
mengenal nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam
kehidupan sehari-hari.
Kerangka berpikir di atas
dapat dijelaskan oleh bagan berikut :
|
|
Hasil belajar siswa tentang kedudukan dan peran anggota keluarga diperlukan
adanya pemahaman konsep masih dibawah nilai Kreteria Ketuntasan minimal
(KKM)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
● Pembelajaran lebih menarik
● Materi pembelajaran lebih jelas maknanya
● Siswa termotivasi belajar
● Siswa terlibat langsung
(pengalaman
langsung)
|
|
|
|
|
|
|
Pendekatan
Partisipatoris
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hasil belajar siswa tentang kedudukan dan
peran anggota keluarga dapat meningkat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
E. Kriteria Keberhasilan
Proses pembelajaran IPS dikatakan berhasil dan tuntas jika secara
individual, siswa telah menguasai 60% dari materi. Keaktifan siswa meningkat
dapat dilihat dari keterlibatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat
keaktifan dan keberhasilan belajar siswa adalah :
1.
Peningkatan prestasi siswa belajar dalam perbaikan
pembelajaran dikatakan berhasil jika ada peningkatan ketuntasan belajar 60%
secara individual dan 60% secara klasikal.
2.
Peningkatan keaktifan dalam perbaikan pembelajaran
dikatakan berhasil jika 60% siswa terlihat dalam pembelajaran.
F. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa
pendapat pakar di atas, maka peneliti menyusun hipotesis tindakan sebagai
berikut :
1. Penggunaan
pendekatan partisipatoris dalam pembelajaran akan dapat mendorong semangat
belajar siswa pada pembelajaran IPS.
2. Penggunaan
pendekatan partisipatoris dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan daya serap
siswa pada pembelajaran IPS.
3. Penggunaan
pendekatan partisipatoris dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPS.