BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.Pengertian Belajar
Menurut Gagne (1984:85 ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Toeti Soekamto (1992:27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut (1) belajar adalah perubahan tingkah laku, (2) perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan, (3) perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Belajar menurut James O. Whittaker dalam Darsono (2000: 4) “Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience” belajar dapat didefinisikan sebagai proses menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Wingkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Djamarah (2002:13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Slameto dalam Djamarah (2002:13) merumuskan juga tentang pengertian belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar (H. Nashar, 2004: 77). Hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar (Keller dalam H Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar
3. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar telah terjadi. Gagne dan Briggs dalam Nashar (1999:142) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 5 yaitu:
1. Keterampilan intelektual (Intellectual Skills)
2. Strategi Kognitif (Cognitive Strateggies)
3. Informasi verbal (Verbal Information)
4. Keterampilan motorik (Motor Skills)
5. Sikap (Attitudes)
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1996: 4) adalah suatu polayang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Saripuddin (1996: 78) mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Dari kedua pandangan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran itu tidak lain adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang berisi prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model atau pola ini menjadi pedoman bagi guru dan perancang pembelajaran dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
5. Media Pembelajaran Matematika
Menurut H.W. Fowler (Suyitno, 2000:1) matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa (Suyitno, 2000:37).
Menurut Darhim(1993:10) adapun nilai atau fungsi khusus media pendidikan matematika antara lain:
a) Untuk mengurangi atau menghindari terjadinya salah komunikasi,
b) Untuk membangkitkan minat atau motivasi belajar siswa,
c) Untuk membuat konsep matematika yang abstrak, dapat disajikan dalam bentuk konkret sehingga lebih dapat dipahami, dimengerti dan dapat disajikan sesuai dengan tingkat-tingkat berpikir siswa.
Jadi salah satu fungsi media pembelajaran matematika adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan motivasi dapat mengarahkan kegiatan belajar, membesarkan semangat belajar juga menyadarkan siswa tentang proses belajar dan hasil akhir. Sehingga dengan meningkatnya motivasi belajar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya pula (Dimyati, 1994:78-79).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian Saminanto, 2006 yang melakukan penelitian tindakan kelas pembelajaran matematika berbasis Diskovery-Eksperimen ,2007 yang melakukan penelitian tentang model pembelajaran turnamen matematika, ternyata menunjukkan semangat siswa untuk mempelajari materi yang sedang dipelajari secara aktif dan mandiri. Semangat tersebut terjadi karena siswa dihadapkan pada model pembelajaran yang mereka anggap baru, yang menuntut mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa membutuhkan prasarat pengetahuan seperti yang akan dihadapi sekarang. Penelitian yang dilakukan Wardodno, 2005 tentang penerapan pembelajaran kooperatif dengan teams games tournament (TGT) memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan kooperatif TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa . Selain hal tersebut juga didasarkan pada makalah tentang model pembelajaran matematika probing solvingdengan vedio compact disk yang ditulis Nuriana R.D, SPd, MPd.
C. Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
|
Guru Belum Menggunakan Metode Bermain Peran
|
Pemahaman Konsep
siswa rendah
| ||||
Tindakan (Action)
|
Guru menggunakan Metode
Bermain Peran
|
Siklus I
Dengan bantuan alat peraga, siswa diajak terinteraksi secara langsung dengan melaksanakan kegiatan tanggung jawab, dan diakhiri pemberian tugas LKS.
| ||||
Siklus II
Untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, peneliti memberi tugas bermain peran menyelesaikan soal cerita Matematika
|
Kondisi Akhir
|
Terjadinya peningkatan pemahaman konsep menyelesaikan soal cerita setelah pembelajaran menggunakan Media dan Metode bermain peran.
|
D. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
a. Penggunaan metode Bermain peran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika.
b. Pemberian motivasi belajar dapat mendukung keberhasilan pembaelajaran Matematika.
0 Response to "Contoh PTK BAB II Matematika Kelas 5 SD Metode Bermain Peran"
Post a Comment