PTS BHS INGGRIS
UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS GURU BAHASA INGGRIS
DALAM STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MELALUI DISKUSI
PADA MA ATH – THAYYIBAH NIMBOKRANG
KABUPATEN JAYAPURA
Puji Suwarjono
Abstrak : Penelitian tindakan sekolah (PTS) ini bertujuan untuk memberi dorongan kepada guru – guru Bahasa Inggris agar selalu kreatif dan variatif dalam menggunakan strategi belajar mengajar di kelas. Guru tidak hanya pasrah terhadap keadaan minimnya sarana yang tersedia, namun harus bisa mengemas proses belajar mengajar itu menjadi menarik dan tidak membosankan agar dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Dalam penelitian tindakan sekolah ini peneliti melakukan kolaborasi dengan seorang guru bahasa inggris pada MA Ath-thayyibah Nimbokrang. Subyek penelitian yang digunakan sebagai sampel adalah kelas XI IPA pada topik pembelajaran Structure, sub topic Degree of comparison melalui supervisi akademik selama 2 kali pertemuan masing – masing 2 jam pelajaran atau 2 x ( 2 x 45 menit ). Ternyata hasil yang dicapai belum memuaskan karena ada tiga aspek kegiatan yang nilainya masih kurang, yakni, penggunaan alat peraga / alat bantu, penggunaan metode / pendekatan sesuai materi dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dari hasil diskusi peneliti dan kolaborator (guru) didapatkan solusi bahwa alat bantu dan stragegi mengajar yang tepat akan meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kata kunci : kreatif, variatif, strategi, mengajar dan belajar.
Latar Belakang
Dalam upaya untuk mencapai tujuan yang maksimal pada proses pembelajaran peserta didik seorang guru dituntut agar memiliki suatu kiat atau cara tersendiri dalam mengelola kelas sesuai dengan karakteristiknya pada saat proses belajar mengajar itu berlangsung. Hal itu sangat penting karena perlakuan yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di kelas dimana proses belajar mengajar itu berlangsung akan berakibat fatal dan hasilnyapun pasti tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu seorang guru pada awal melaksanakan tugasnya (mengajar) di suatu kelas tertentu hendaknya berusaha mengenali atau mengobservasi dulu karakteristik kelas yang akan dimasukinya, misalnya :
1. Kondisi siswa secara klasikal maupun individual,
2. Sarana penunjang yang tersedia.
3. Kondisi lingkungan tempat tinggal siswa, dan
4. Latar belakang orang tua siswa
Setelah mengenali keempat karakteristik tersebut diatas seorang guru hendaknya membekali diri dengan metode atau strategi yang tepat dan sesuai untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari adanya unsur “pemaksaan” dalam proses belajar mengajar dan menguji keberhasilannya hendaknya diadakan evaluasi setiap akhir penerapan dari suatu metode atau strategi mengajar.
Dengan kata lain guru haruslah memiliki kreativitas yang tinggi untuk menentukan metode, strategi atau cara – cara yang tepat untuk menciptakan suasana belajar yang rileks dan menyenangkan. Selain itu guru harus dapat mengupayakan agar suasana kelas menjadi lebih natural atau alami.
Dari data yang peneliti peroleh pada saat supervisi akademik teradap guru bahasa inggris menunjukkan bahwa tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah. Guru kurang variatif dalam menggunakan strategi belajar mengajar dan cenderung menggunakan cara dan metode mengajar yang sama secara berulang- ulang sehingga terkesan adanya semacam “pemaksaan” bahwa ketika guru menjelaskan siswa harus mendengarkan.
Hal itu tentu saja bisa berpengaruh negatif terhadap siswa diantaranya adalah ; siswa merasa bosan, tertekan dan takut sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai karena apa yang disampaikan oleh guru tidak dicerna otak mereka secara optimal. Dengan kata lain guru masih lemah dalam melakukan pengelolaan kelas.
Bertolak dari fenomena tersebut diatas, peneliti melakukan penelitian tindakan kepengawasan akademik melalui diskusi (curah pendapat, tukar pikiran ) dengan guru bahasa inggris dengan harapan agar nantinya dapat :
a. Menumbuhkan ide atau gagasan kepada guru untuk menemukan strategi / metode mengajar yang lebih efisien dan tepat.
b. Meningkatkan kreativitas guru pada saat melaksanakan proses belajar mengajar dengan memanfaatkan / membuat atau menciptakan benda – benda yang ada di sekitar mereka sebagai alat bantu ( alat peraga / media pembelajaran ).
Atas dasar latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang teridentifikasi dalam penelitian tindakan kepengawasan ini adalah
1. Kemampuan guru untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam melaksnakan proses pembelajaran masih rendah.
2. Kurang adanya variasi guru dalam menyajikan proses pembelajaran.
3. Belum ditemukannya strategi atau cara belajar mengajar yang tepat atau sesuai dengan kondisi dan situasi siswa kelas XI IPA MA Ath-thayyibah Nimbokrang.
Ketiga hal tersebut diatas tentu saja mengakibatkan animo atau respon siswa terhadap pelajaran bahasa inggris menjadi rendah sehingga dapat berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar mereka.
Sejalan dengan pokok permasalahan dan identifikasi masalah sebagaimana terurai diatas maka perumusan masalah yang dapat peneliti ambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana usaha guru untuk meningkatkan kreatifitasnya dalam proses belajar mengajar?
2. Apakah ada upaya guru untuk memperbanyak variasi dalam mengajar?
3. Bagaimanakah upaya guru untuk menemukan cara atau strategi belajar mengajar yang sesuai dengan kondisi siswa kelas XI IPA MA Ath-thayyibah Nimbokrang?
Atas dasar gambaran umum permasalahan yang terjadi sebagaimana diuraikan diatas, maka peneliti mencoba melakukan treatment atau “penyembuhan” dengan formulasi tindakan sebagai berikut :
1. Memberi masukan atau saran kepada guru bahasa inggris dengan cara dialog atau diskusi.
2. Membantu guru mencari alternatif lain berkenaan dengan cara atau strategi mengajar dan atau penggunaan alat bantu yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
3. Menguji ketepatan cara atau strategi dan alat bantu hasil hasil dari diskusi peneliti dan guru di kelas.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dan yang menjadi tujuan utama penelitain tindakan sekolah (PTS) adalah untuk memotivasi guru bahasa inggris untuk dapat meningkatkan kreatifitasnya serta membantu menemukan cara atau strategi yang sesuai untuk diterapkan di sekolah-sekolah binaan pada umumnya dan MA Ath-thayyibah pada khususnya.
Adapun manfaat yang dapat dirasakan melalui penelitian tindakan ini bagi peneliti, pengawas yang lain maupun guru adalah :
o Guna peningkatan mutu pembelajaran bagi guru mata pelajaran bahasa inggris di sekolah binaan pada umumnya dan MA Ath-thayyibah Nimbokrang khususnya, terutama dalam hal cara atau strategi mengajar.
o Sebagai lahan pelatihan pengembangan profesi kepengawasan dalam hal Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
o Sebagai bahan perbandingan atau acuan bagi pengawas dalam mengolah hasil supervisi akademik dalam bentuk laporan ilmiah.
Acuan Teori
Sebagai acuan teori peneliti mengutip beberapa pendapat tentang konsep strategi belajar mengajar, metode mengajar, difinisi dari kreatif, variatif, inovatif dan diskusi dari para ahli di bidang pendidikan dari berbagai buku referensi.
Kalau ditinjau dari bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat’, ‘kiat’, ‘trik’ atau ‘cara’. Sedang secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru – siswa daam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapain tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi beajar mengajar merupakan sejumah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan – kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan (Pupuh Faturrohman & M. Sorby Sutikno, 2007 )
Menurut Mansyur (1991) yang dikutip oleh Pupuh Faturrohman & M. Sorby Sutikno, ( 2007 ) menyatakan bahwa batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yakni :
1. Mengidentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2. Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4. Menetapkan norma – norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari keempat uraian diatas, jika diterapkan dalam konteks kegiatan belajar mengajar, maka strategi belajar mengajar pada dasarnya mempunyai implikasii sebagai berikut :
1. Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui pembelajaran.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur, aspirasi dan pandangan filosofis masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik mengajar
4. Menetapkan norma – norma atau kriteria – kriteria keberhasilan belajar.
Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata mengajar itu sendiri berarti memberi pelajaran.
Jadi, metode mngajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu ketrampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah ketrampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. (Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, 2007)
Selanjutnya ditegaskan lagi bahwa metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan metode yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.
Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah & Winarno Surakhmad (1991), mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yakni :
1. Tujuan dengan berbagai jenis fungsinya;
2. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya;
3. Situasi berlainan keadaannya;
4. fasilitas bervariasi secara kualitas dan kwantitasnya;
5. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda – beda.
Masih menurut Syaiful B. Djamarah dkk, (1995), metode memiliki kedudukan sebagai alat motivasi ekstrinsikdalam kegiatan belajar mengajar (KBM) ; menyiasati perbedaan individual anak didik dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Bohar Suharto (1997) mendifinisikan bahwa mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur ( mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan.
Sementara itu Muhammad Ali (1992) mendifinisikan bahwa mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa.
Menurut Oemar Hamalik (1992) mengajar merupakan proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Dalam pengertian yang lain, juga dijelaskan bahwa mengajar adalah suatu aktifitas profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan. ( Davies, 1971 ).
Belajar, menurut Skinner (dalam Barlow, 1985) adalah merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. M. Sobry Sutikno, (2004) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. CT. Morgan (1962) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Thursan Hakim, (2002), mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir dan lain-lain kemampuan.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan oleh Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, ( 2007 )bahwa belajar pada hakekatnya adalah “perubahan “ yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.
Selanjutnya Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, ( 2007 ), menyatakan bahwa dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil dan tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar itu dirancang dan dijalankan secara profesional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja , sistimatis dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Jadi, proses belajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.
Dari berbagai pendapat dari para ahli tentang metode, strategi, belajar dan mengajar tersebut diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keberhasilan suatu pendidikan ada di tangan guru. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang tinggi dan terampil dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil dari proses belajar mengajar yang dilakukan. Bukan itu saja, guru harus mampu mengatasi kesenjangan yang terjadi di kelas yang dikelolanya dengan ide-ide atau gagasan yang muncul dari dirinya sendiri. Penggunaan strategi belajar mengajar yang variatif, tepat dan sesuai dengan kondisi siswa juga sangat menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Dan adanya kreatifitas guru dalam memanfaatkan sarana yang tersedia atau menciptakan benda lain sebagai alat bantu adalah hal yang sangat membantu keberhasilan proses pembelajaran.
Kata kreatif, variatif dan inovatif berasal dari bahasa inggris creative, variety, dan inovative. Creative berarti memiliki daya cipta dan variety, berarti macam-macam, keanekawarnaan atau variasi, sedangkan inovativememiliki makna mendapatkan paham baru. Dalam kaitannya dengan pembahasan ini seorang guru haruslah kreatif, variatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas atau profesi keguruannya. Artinya dia harus bisa mendisain pembelajaran sedemikian rupa dengan memadukan berbagai temuan dan daya ciptanya menjadi “hidangan” yang menarik bagi anak didiknya.
Kata diskusi juga berasal dari kata dalam bahasa inggris discussion yang memiiki arti membicarakan, merundingkan, membahas. Dalam kaitannya dengan pembahasan ini diskusi memiliki makna tukar pendapat, dalam upaya mencari solusi atau pemecahan terhadap suatu masalah yang berkaitan dengan tugas pokok guru yakni melaksanakan proses pembelajaran. Dalam hal ini diskusi melibatkan antara peneliti dengan guru bahasa inggris pada MA Ath-thayyibah Nimbokrang.
Metodologi Penelitian
Penelitian / PTS ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah (MA) Ath- Thayyibah Nimbokrang Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, sedang subyek penelitiannya adalah guru bahasa inggris yang mengajar di kelas XI IPA pada sekolah tersebut. Adapun Waktu Penelitian / PTS ini dimulai pada tanggal 19 September sampai dengan 18 Oktober 2008 ( Selama 1 bulan ). Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yang meliputi :
Siklus I.
a. Perencanaan
· Mempersiapkan instrumen berupa lembar pengamatan untuk guru
b. Pelaksanaan Tindakan
· Melaksanakan supervisi akademik mengenai kelengkapan administrasi / perangkat mengajar terhadap guru bahasa inggris.
c. Observasi
· Melakukan pengamatan pada saat proses belajar mengajar di kelas.
· Mencatat seluruh hasil pengamatan
d. Refleksi
· Mengolah data / hasil pengamatan I
· Melakukan evaluasi / kilas balik (flash back) dan merekfleksikan hasil pengamatan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangannya
· Mendiskusikan temuan-temuan tersebut dengan guru yang bersangkutan
· Menentukan langkah untuk tindakan selanjutnya (siklus II)
Siklus II.
a. Perencanaan
· Mempersiapkan perangkat / instrumen untuk langkah-langkah / tindakan berikutnya.
b. Pelaksanaan Tindakan
· Melakukan pengecekan mengenai kelengkapan administrasi / perangkat mengajar terhadap guru bahasa inggris.
· Memberikan pembekalan berupa pembinaan sebelum guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
c. Observasi
· Melakukan pengamatan terhadap guru pada saat dilaksanakan KBM.
· Mencatat seluruh perubahan yang terjadi
d. Refleksi
· Melakukan diskusi kilas balik (flash back) tentang hasil pengamatan / observasi.
· Membuat kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dari siklus I dan Siklus II.
Mekanisme Tindakan penelitian
Secara ringkas mekanisme pelaksanaan tindakan kepengawasan ini dapat diuraikan seperti terlihat pada bagan berikut :
Dari bagan 1 diatas dapat dijelaskan bahwa subyek / sasaran langsung dari penelitian tindakan kepengawasan adalah guru binaan. Secara langsung peneliti melakukan pembinaan terhadap guru dan sebaliknya peneliti juga menerima masukan-masukan dari guru kemudian guru mengaplikasikannya kepada siswa.
1. Tahap Pelaksanaan Pembahasan
Pelaksanaan Tindakan Sekolah atau school action reasearch kepengawasan ini dilaksanakan dalam 2 siklus sebagaimana tergambar pada bagan berikut ini :
Pelaksanaan tindakan sekolah dimaksud adalah realisasi dari perencanaan tindakan yang telah diuraikan diatas yakni :
Siklus I.
a. Perencanaan
· Mempersiapkan instrumen berupa lembar pengamatan untuk guru
b. Pelaksanaan Tindakan
· Melaksanakan supervisi akademik mengenai kelengkapan administrasi / perangkat mengajar terhadap guru bahasa inggris.
c. Observasi
· Melakukan pengamatan pada saat proses belajar mengajar di kelas.
· Mencatat seluruh hasil pengamatan
e. Refleksi
· Mengolah data / hasil pengamatan I
· Melakukan evaluasi / kilas balik (flash back) dan merekfleksikan hasil pengamatan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangannya
· Mendiskusikan temuan-temuan tersebut dengan guru yang bersangkutan
· Menentukan langkah untuk tindakan selanjutnya (siklus II)
Siklus II.
a. Perencanaan
· Mempersiapkan perangkat / instrumen untuk langkah-langkah / tindakan berikutnya.
b. Pelaksanaan Tindakan
· Melakukan pengecekan mengenai kelengkapan administrasi / perangkat mengajar terhadap guru bahasa inggris.
· Memberikan pembekalan berupa pembinaan sebelum guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
c. Observasi
· Melakukan pengamatan terhadap guru pada saat dilaksanakan KBM.
· Mencatat seluruh perubahan yang terjadi
d. Refleksi
· Melakukan diskusi kilas balik (flash back) tentang hasil pengamatan / observasi.
· Membuat kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dari siklus I dan Siklus II.
SIKLUS I
a. Perencanaan Tindakan
Dalam perencanaan tindakan pada siklus I ini peneliti mempersiapkan instrumen penilaian berupa lembar pengamatan dengan 32 aspek kegiatan yang dinilai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pedoman Pensekoran
0 = Tidak ada
1. = Ada, tetapi tidak/ kurang lengkap
2. = Ada hampir lengkap
3. = Ada dan lengkap
b. Skor maksimum = 96
Jumlah perolehan skor
3. Nilai = x 100
Skor maksimum
4. Klasifikasi Nilai :
0 - 55 = Kurang
56 - 69 = Cukup
70 - 85 = Baik
86 - 100 = Amat Baik
Aspek kegiatan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimaksud meliputi :
1. Persiapan
Aspek kegiatan ini terdiri dari 8 unsur penilaian berupa kelengkapan administrasi mengajar yakni, standarKompetensi/ kompetensi dasar/ silabus, prota / Prosem, pemetaan standar kompetensi/ topic, disain pembelajaran/ RP/RPP, daftar nilai, absen siswa dan jurnal kelas
2. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Aspek kegiatan ini meliputi 3 kelompok kegiatan antara lain :
a. Pendahuluan
Bagian ini terdiri dari 5 item kegiatan , yaitu ; apersepsi/ prasyarat, penyampaian tujuan/ indikator, motivai, pra ekperimen dan pembahasan tugas /PR sebelumnya.
b. Kegiatan Pokok / Inti
Pada Kegiatan inti ini terdiri dari 9 unsur penilaian antara lain ; penggunaan metode/pendekatan sesuai materi, penggunaan alat peraga/ alat bantu, penggunaan LKS, keterlibatan siswa dalam KBM, bimbingan guru kepada siswa, pengembangan ketrampilan siswa, menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, pencapaian tujuan dan
c. Penutup
Bagian penutup ini hannya hanya ada 2 aspek kegiatan guru yang dinilai yaitu pembuatan kesimpulandan pemberian tugas
3. Pengelolaan Pembelajaran
Ada 8 unsur penilaian yang terdapat pada bagian ini yaitu; penyajian sesuai urutan materi, pengelolaan waktu, teknik bertanya, pengelolaan kelas, penguasaan materi, penggunan papan tulis, penggunaan bahasa dan penampilan / performance guru
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti melakukan supervisi akademik tentang kelengkapan mengajar dan melakukan pengamatan terhadap guru yang bersangkutan di kelas pada saat melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam supervisi kelas tersebut peneliti mencatat dan menilai seluruh aktifitas guru, dan menuangkannya dalam bentuk skor didalam Lembar Pengamatan I yang sudah disediakan.
c. Observasi
Berdasarkan hasil supervisi dan pengamatan yang telah diperoleh dan tercatat pada Lembar Pengamatan I, kemudian peneliti mengolah data tersebut sehingga menjadi seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
TABEL 1
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
PADA SIKLUS I
| |||
N0
|
ASPEK KEGIATAN
|
SKOR
|
KETERANGAN
|
1
|
PERSIAPAN
| ||
1. Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar / Silabus
|
2
| ||
2. Program Tahunan / Semster
|
2
| ||
3. Pemetaan Standar Kompetensi / Topik / Tema
|
2
| ||
4. Desain / Rencana Pembelajaran ( RP / RPP )
|
2
| ||
5. LKS
|
2
| ||
6. Daftar Nilai
|
2
| ||
7. Daftar Siswa ( Absen )
|
3
| ||
8. Jurnal Kelas
|
1
|
Perlu tindakan
| |
2
|
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
| ||
a.
|
PENDAHULUAN
| ||
1. Apersepsi / Prasyarat Pengetahuan
|
2
| ||
2. Menuliskan / menyampaikan tujuan / indikator
|
3
| ||
3. Motivasi
|
3
| ||
4. Praekperimen
|
2
| ||
5. Membahas tugas (PR) sebelumnya
|
3
| ||
b.
|
KEGIATAN POKOK / INTI
| ||
1. Penggunaan metode / pendekatan / strategi sesuai dengan materi
|
1
|
Perlu tindakan
| |
2. Penggunaan alat bantu / peraga
|
1
|
Perlu tindakan
| |
3. Penggunaan LKS
|
2
| ||
4. Keterlibatan siswa dalam KBM
|
1
|
Perlu tindakan
| |
5. Bimbingan guru kepada siswa
|
3
| ||
6. Pengembangan ketrampilan menggunakan alat bantu untuk pemecahan masalah
|
1
|
Perlu tindakan
| |
7. Menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari
|
2
| ||
8. Pencapaian tujuan / indikator
|
1
|
Perlu tindakan
| |
9. Penilaian / Evaluasi
|
2
| ||
c.
|
PENUTUP
| ||
1. Membuat kesimpulan / rangkuman
|
3
| ||
2. Memberikan tugas rumah ( PR )
|
3
| ||
3
|
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
| ||
1. Penyajian sesuai dengan urutan materi
|
2
| ||
2. Pengelolaan waktu
|
3
| ||
3. Tehnik bertanya
|
2
| ||
4. Pengelolaan Kelas
|
2
| ||
5. Penguasaan Materi
|
2
| ||
6. Penggunaan Papan Tulis
|
3
| ||
7. Penggunaan Bahasa Pengantar
|
2
| ||
8. Penampilan (Performance) Guru
|
2
| ||
J u m l a h s k o r
|
68
| ||
Nilai =
|
70,83
|
Dilihat dari hasil pencapaian nilai secara umum guru tersebut sudah mencapai kategori nilai baik karena sudah mencapai angka 70,83. Namun apabila kita lihat lebih cermat lagi, ternyata masih ada 6 aspek kegiatan yang perlu ditingkatkan lagi karena masih berskor 1.
Adapun keenam aspek kegiatan yang masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan tersebut antara lain adalah :1).Pembuatan jurnal kelas, 2). Penggunaan metode / Pendekatan / strategi sesuai dengan materi, 3).Penggunaan alat bantu / peraga, 4). Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, 5).Pengembangan ketrampilan menggunakan alat bantu untuk pemecahan masalah, menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari, dan 6). Pencapaian tujuan / indikator.
d. Refleksi
Langkah-langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan refleksi, kilas balik (flash back) melalui diskusi atau tukar pendapat/ pengalaman (sharing) dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk mencari solusi guna peningkatan ketrampilan mengajar sebagaimana yang diharapkan. Dalam diskusi tersebut disepakati bahwa :
1. Guru membuat jurnal kelas untuk kelengkapan administrasi.
2. Guru akan mengubah srtrategi / cara mengajarnya dengan memanfaatkan alat bantu berupa gambar-gambar, tulisan / penggalan kata-kata yang ditempel di kartu domino sesuai dengan materi yang diajarkan yang dibuat sendiri.
3. Guru membuat alat ukur pencapaian pembelajaran / evaluasi berupa Tes Tertulis.
SIKLUS II
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti dan guru (kolaborator) melakukan perencanaan atau persiapan untuk melakukan tindakan selanjutnya sesuai dengan hal-hal yang sudah disepakati bersama pada akhir Siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan ini peneliti melakukan supervisi Akademik lagi terhadap guru yang bersangkutan di kelas pada saat melaksanakan proses belajar mengajar. Namun titik berat pengamatan peneliti hanya pada aspek-aspek kegiatan yang memerlukan perbaikan tadi dan yang merupakan pelaksanaan dari hasil kesepakatan dalam diskusi antara peneliti dan guru.
Kalau pada proses pembelajaran pada siklus I, guru mendominasi kelas dengan metode ceramah ( menerangkan ) tentang materi Structure : Degree of Comparisson (Tingkat Perbandingan) sementara siswa mendengarkan saja.
Selesai menerangkan guru melatih siswa dengan memberikan pertanyaan sesuai dengan tabel yang ditulis di papan tulis.
No
|
Names
|
Heigt
|
Weigt
|
1.
|
Lukas
|
170 cm
|
49 kg
|
2.
|
Benny
|
176 cm
|
48 kg
|
3.
|
Yakobus
|
173 cm
|
50 kg
|
Based on the table above :
1. Who is taller than Yakobus ?
2. Who is the thinnest ?
3. Who is the tallest of the three boys ?
Dari 22 siswa yang ada di kelas XI IPA MA Ath-thayyibah hanya ada 2 orang anak yang menjawab dengan benar.
Namun pada Siklus II, guru menjelaskan pengertian Degree of Comparisson dengan bantuan gambar-gambar yang sudah dipersiapkan sebelumnya, mulai dari tingkat positive, comparative, dan superlative, diantaranya adalah gambar boneka :
Berdasarkan gambar yang di tunjukkan pada siswa guru memberi pertanyaan sebagai berikut :
1. Is my doll big ?
2. Whose doll is bigger than my doll ?
3. Whose doll is the biggest of all ?
4. Dlsb.
Ternyata dengan bantuan gambar, siswa dapat lebih berminat dan mau mencoba menjawab pertanyaan guru secara lisan. Dan secara klasikal (aklamasi ) siswa menjawab pertanyaan guru dengan semangat.
Demikian juga pada saat memberikan latihan-latihan guru menyajikannya dengan cara yang unik yaitu dengan menggunakan sejumlah kartu yang sudah ditulis dengan kata-kata lalu membagikannya kepada seluruh siswa untuk disusun menjadi kalimat yang benar. Bagi siswa yang sudah selesai dan benar bisa menukarkannya kepada teman atau menyerahkannya kepada guru untuk ditukar dengan soal yang baru. Siswa yang sudah menyelesaikan 5 kalimat dengan benar langsung diberi nilai 10 dan boleh istirahat dulu diluar. Contohnya :
Ternyata dengan cara pemberian latihan seperti itu gairah siswa menjadi timbul dan mereka berlomba satu sama lain untuk segera menyelesaikan soal lebih dahulu dengan penuh semangat. Dengan demikian kelas menjadi lebih hidup.
c. Observasi
Berdasarkan hasil supervisi Akademik dan pengamatan lanjutan terhadap guru (kolaborator) maka didapatlah hasil seperti yang terlihat pada tabel 2 / Lembar Pengamatan I berikut ini :
TABEL 2
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
PADA SIKLUS I
| |||
N0
|
ASPEK KEGIATAN
|
SKOR
|
KETERANGAN
|
1
|
PERSIAPAN
| ||
1. Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar / Silabus
|
2
| ||
2. Program Tahunan / Semster
|
2
| ||
3. Pemetaan Standar Kompetensi / Topik / Tema
|
2
| ||
4. Desain / Rencana Pembelajaran ( RP / RPP )
|
2
| ||
5. LKS
|
2
| ||
6. Daftar Nilai
|
2
| ||
7. Daftar Siswa ( Absen )
|
3
| ||
8. Jurnal Kelas
|
2
|
Tuntas
| |
2
|
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
| ||
a.
|
PENDAHULUAN
| ||
1. Apersepsi / Prasyarat Pengetahuan
|
2
| ||
2. Menuliskan / menyampaikan tujuan / indikator
|
3
| ||
3. Motivasi
|
3
| ||
4. Praekperimen
|
2
| ||
5. Membahas tugas (PR) sebelumnya
|
3
| ||
b.
|
KEGIATAN POKOK / INTI
| ||
1. Penggunaan metode / pendekatan / strategi sesuai dengan materi
|
3
|
Tuntas
| |
2. Penggunaan alat bantu / peraga
|
2
|
Tuntas
| |
3. Penggunaan LKS
|
2
| ||
4. Keterlibatan siswa dalam KBM
|
3
|
Tuntas
| |
5. Bimbingan guru kepada siswa
|
3
| ||
6. Pengembangan ketrampilan menggunakan alat bantu untuk pemecahan masalah
|
2
|
Tuntas
| |
7. Menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari
|
2
| ||
8. Pencapaian tujuan / indikator
|
2
|
Tuntas
| |
9. Penilaian / Evaluasi
|
2
| ||
c.
|
PENUTUP
| ||
1. Membuat kesimpulan / rangkuman
|
3
| ||
2. Memberikan tugas rumah ( PR )
|
3
| ||
3
|
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
| ||
1. Penyajian sesuai dengan urutan materi
|
2
| ||
2. Pengelolaan waktu
|
3
| ||
3. Tehnik bertanya
|
2
| ||
4. Pengelolaan Kelas
|
2
| ||
5. Penguasaan Materi
|
2
| ||
6. Penggunaan Papan Tulis
|
3
| ||
7. Penggunaan Bahasa Pengantar
|
2
| ||
8. Penampilan (Performance) Guru
|
2
| ||
J u m l a h s k o r
|
75
| ||
Nilai =
|
78,13
|
Berdasarkan data hasil pengamatan pada fase ini, guru sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan, dimana keenam aspek kegiatan yang memerlukan tindakan itu sudah mengalami peningkatan. Dengan demikian dari ke-32 aspek kegiatan yang dinilai, sudah tidak ada yang berskor 1, semuanya terdiri dari 21 aspek kegiatan berskor 2 dan 11 aspek kegiatan berskor 1.
d. Refleksi
Langkah-langkah yang peneliti kakukan dalam fase terakhir Siklus II ini adalah mengolah data-data yang telah dituangkan dalam tabel 2 / Lembar Lembar Pengamatan II dan merumuskan hasil akhir dari tindakan kepengawasan ini.
Kalau pada Siklus I nilai yang dicapai hanya 70,83, dengan catatan ada 6 aspek kegiatan yang harus diperbaiki karena masih berskor 1, maka pada Siklus II ini pencapaian nilai berubah menjadi 79,17, tanpa ada catatan yang harus diperbaiki karena semuanya sudah berskor 2 dan 3. Peningkatan yang terjadi sekitar 8,34atau 11,77 %. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tindakan kepengawasan yang dilakukan ini berhasil karena kinerja guru dalam meningkatkan kreatifitasnya dalam strategi belajar mengajar mengalami peningkatan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kepengawasan yang telah dilaksanakan membuktikan bahwa proses pembelajaran bahasa inggris yang dilaksanakan di kelas XI IPA MA Ath-thayyibah Nimbokrang telah berhasil dengan baik. Indikator keberhasilan itu dapat dilihat dari pencapaian nilai akhir atas ke-32 aspek kegiatan yang dinilai secara menyeluruh sudah baik.
Kalau pada Siklus I nilai yang dicapai hanya 70,83, dengan catatan ada 6 aspek kegiatan yang harus diperbaiki karena masih berskor 1, maka pada Siklus II ini pencapaian nilai berubah menjadi 79,17, tanpa ada catatan yang harus diperbaiki karena semuanya sudah berskor 2 dan 3. Peningkatan yang terjadi sekitar 8,34atau 11,77 %. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tindakan kepengawasan yang dilakukan ini berhasil karena kinerja guru dalam meningkatkan kreatifitasnya dalam strategi belajar mengajar mengalami peningkatan.
Indikator keberhasilan lain juga nampak pada saat proses belajar mengajar, siswa bersemangat dan aktif serta terjadi jalinan komunikasi antara guru dan siswa. Latihan-Latihan yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan dengan benar. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kreatifitas guru dalam cara atau strategi mengajar yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran.
Saran
Setelah melakukan penelitian tindakan kepengawasan ini, wawasan peneliti menjadi lebih terbuka sehingga tumbuh rasa percaya diri untuk melakukan penelitian lanjutan. Untuk itu peneliti sarankan kepada Pihak LPMP Papua untuk memberikan kesempatan kepada pengawas lain untuk ikut serta dalam kegiatan PTS serupa.
Daftar Pustaka
1. Mansur, Strategi Belajar Mengajar, Modul 1 – 6. Program Penyataraan DII, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 1991
2. Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1992.
3. M. Sobry Sutikno, Miskin Bukan penghalang Untuk Sukses, NTP Press, Mataram, 2005
4. N.K. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Bina Aksara, Jakarta, 1989.
5. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 2002
6. Pupuh Faturrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, Refika Aditama, Bandung, 2007
7. Suharyono, Strategi Belajar mengajar, Semarang Press, Semarang, 1991.
8. Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
9. Udin S. Winataputra dkk, Strategi Belajar Mengajar, Universitas Terbuka, Jakarta, 2004.
10. Winarno Surakhmad, Pengantar Innteraksi Belajar mengajar, Tarsito Bandung, 1980.
11. Ricky Mudjiono & FX. Dicky Prihermono. W, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Scientific Press, Tanggerang, 2008.
0 Response to "Contoh PTS Bahasa Inggris"
Post a Comment