BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata membaca bukanlah hal yang asing lagi di telinga masyarakat. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kegiatan yang bernamamembaca, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa. Hal ini dikarenakan, darikegiatan membacalah seseorang akan mendapatkan bermacam-macam informasi, mengembangkan ilmu pengetahuan, serta menemukan beragam ide-ide yang dapat dikembangkan. Membaca memang terlihat mudah dilakukan, namun jika diterapkan kegiatan meluangkan waktu satu jam saja untuk membaca, pasti tidak semua orang sanggup melakukannya.
Dalam dunia pendidikan, aktivitias membaca sudahlah pasti merupakan halmutlak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bahkan Achmad Rois seorang Aktifis Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT) Tulungagung dalam blognya menyatakan bahwa
Pendidikan sejak dulunya tak pernah lepas dari pentingnya tradisi membaca. Baik membaca dalam arti luas ataupun dalam arti yang sempit. Membaca dalam arti luas berarti peka, jeli dan kritis terhadap setiap realitas dan segala sesuatu yang mengundang otak untuk melakukan analisis. Sedangkan dalam arti sempit, membaca adalah bergaul secara inten dengan teks. Bergaul inten berarti bukan sekedar membaca, namun lebih kepada kemampuan untuk menangkap setiap pesan yang tersurat ataupun yang tersirat pada sebuah teks. Sehingga jauh setelah itu, pembaca akan memiliki pemahaman yang mendalam terhadap sebuah teks. Dan yang paling penting, pemahaman dari hasil olah pikir ini mampu menjadi sesuatu yang hidup dalam diri pembaca. Artinya, teks yang dibaca dapat memberikan pengaruh yang signifikan bagi pembacanya.
Tetapi, dalam realitasnya kemampuan memahami bacaan khususnya di kalangan pelajar masih rendah. Hal ini sesuai fakta dari berbagai penelitian tentang yang telah dilakukan Internasional Education Achiecment (IEA) di Indonesia (http://repository.um.ac.id/index.php/Artikel-Jurnal-Perpustakaan-Sekolah/menumbuhkan-minat-baca-sejak-usia-dini.html).
Ia melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD di Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara peserta studi. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempatkan urutan ke-38 dari 39 negara. Angka-angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak Sekolah Dasar.
Oleh karenanya, dalam makalah ini penulis akan mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kemampuan siswa SD khususnya pada SD Campur Rejo 2 dalam memahami teks bacaan melalui kegiatan intensif. Hal tersebut sesuai materi pelajaran SD kelas 3 semester 1 SK. 3. Memahami teks dengan membaca nyaring, membaca intensif dan membaca dongeng. KD. 3.2 Menjelaskan isi teks (100-150 kalimat) melalui membaca intensif.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan membaca ?
b. Bagaimanakah kemampuan siswa SD Campurrejo 2 kelas 3 dalam memahami bacaan?
c. Apakah yang meyebabkan siswa SD Campurrejo 2 kelas 3 mengalami kesulitan dalam memahami bacaan?
d. Bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi kesulitan dalam memahami bacaan pada siswa SD Campurrejo 2 kelas 3?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian membaca.
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa SD Campurrejo 2 kelas 3 dalam memahami suatu bacaan.
3. Untuk mengetahui penyebab siswa SD Campurrejo 2 kelas 3 mengalami kesulitan dalam memahami bacaan.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam memahami bacaan pada siswa SD Campurrejo 2 kelas 3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca
Dalam latar belakang penulis telah paparkan pendapat dari Achmad Rois seorang Aktifis Pusat Kajian Filsafat dan Theologi (PKFT) Tulungagung dalam blognya menyatakan bahwa membaca dalam arti luas berarti peka, jeli dan kritis terhadap setiap realitas dan segala sesuatu yang mengundang otak untuk melakukan analisis. Sedangkan dalam arti sempit, membaca adalah bergaul secara inten dengan teks. Bergaul inten berarti bukan sekedar membaca, namun lebih kepada kemampuan untuk menangkap setiap pesan yang tersurat ataupun yang tersirat pada sebuah teks.
Tak berbeda dengan pendapat UPI (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung) menyatakan dalam http repository. upi. eduoperatoruploadt_ pd_ 0808204_ chapter1.pdf membaca merupakan kegiatan komunikasi antara penulis dan pembaca sehingga pembaca memahami maksud dari penulis melalui bacaan.
Pendapat-pendapat diatas didukung dari pendapat yang ada pada situshttp://carapedia.com/pengertian_definisi_membaca_info2149.html. Situs ini mengemukakan pengertian membaca adalah satu proses yang kompleks yang mana sesuatu isi atau maklumat yang bermakna disampaikan melalui lambang-lambang bertulis. Hal ini kerana proses membaca terdiri daripada gabungan beberapa proses yang kompleks, iaitu proses sensori, proses pengamatan, proses bahasa, dan proses kognitif. Setiap proses memainkan peranan penting dalam proses membaca secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh pendapat
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan memahami makna dan ide maupun gagasan dalam suatu bacaan melalui suatu proses mental atau kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa memahami maksud dari penulis. Kegiatan membaca bersifat aktif dan interaktif. Dengan pengetahuan awal yang dimilikinya, pembaca harus bisa mengikuti jalan pikiran penulis dan dengan daya kritisnya ditentang untuk bisa merespons dengan menyetujui atau bahkan untuk tidak menyetujui gagasan atau ide-ide yang dilontarkan oleh penulis.
Berikut adalah tahapan membaca menurut Philip yang dikutip oleh situs httpwww.google.comurlsa=t&rct=j&q=tahapan+melakukan+kegiatan+membaca+teks+bacaan&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FMEMBACA%2520KRITIS.ppt&ei=mF5mUf2fB5DtrQfy04G4DA&us.
a. Tahap pra-membaca/persiapan
Melakukan beberapa kegiatan seperti:
n mencari ide-ide sebanyak mungkin dalam jangka waktu tertentu,
n menafsirkan gambar yang menyertai teks
n memprediksikan konteks dari teks berdasarkan judul, headline atau topik dari teks.
n Membahas kosakata & informasi latar belakang budaya yang penting bagi pemahaman teks
n Memperkirakan topik untuk memfokuskan perhatian konteks bacaan.
b. Tahap skimming/scanning
a. Membaca teks untuk mendapatkan pokok pikiran dari teks sebelum memperhatikan rincian isi atau aspek-aspek bahasanya.
b. Waktu membaca dibatasi agar pembaca bisa fokus pada pokok utama atau hal-hal yang penting-penting saja.
c. Memberikan respon dengan menjawab pertanyaan pemahaman umum dan memilih ide pokok dari bacaan
- Tahap pemecahan sandi (decoding) atau membaca intensif
n Memfokuskan pada aspek-aspek pemahaman tertentu dengan menggunakan pendekatan bawah-ke-atas: hubungan tatabahasa, memahami penggunaan sarana-sarana penghubung wacana, memahami makna kata lewat analisis atau lewat konteks.
n Teknik membaca yang bisa digunakan: pertanyaan diskusi, lembar kerja, daftar kata-kata dalam teks dan pertanyaan-pertanyaan esai (open ended, pertanyaan dg jawaban panjang atau pendek tergantung pembaca
- Tahap Pemahaman
n Diukur dari tingkat pemahamannya terhadap keseluruhan teks. Ada beberapa jenis tugas yang bisa diberikan untuk mengetahui pemahaman:
n makna harafiah dari teks,
n dugaan-dugaan yang dibuat berdasarkan teks, dan pendapat pribadi/opini pembaca terhadap teks.
- Tahap transfer/integrasi ketrampilan
n Melakukan latihan-latihan transfer pengetahuan seperti latihan mengenali pola kognitif, latihan mengenali jenis kata: apakah sebuah kata adalah kata benda, kata sifat, kata kerja, dsb. , penafsiran terhadap makna dari pola-pola tatabahasa dan membuat dugaan secara kontekstual dengan membuat hipotesis, mengkonfirmasi dan membuat prediksi
B. Kemampuan membaca siswa tahap SD
Ada beberapa fase perkembangan membaca yang diungkapkan oleh mulyana dalam blognya, yaitu:
· Fase pramembaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari perbedaan huruf dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis;
· Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita;
· Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan;
· Fase ke-3 dari kelas empat sampai dengan kelas dua SMP, anak dapat memahami bacaan;
· Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan mengenal maksud penulis dalam bacaan;
· Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dan menanggapi materi bacaan secara kritis.
C. Pengertian bercerita
Kata bercerita berasal dari kata dasar cerita. Menurut situs http:// jakafilyamma. blogspot. com/2012/07/ pengertian-cerita-dongeng-dan-metode.html Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).
Sedangkan menurut situs http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07410008-mega-mutiara.pdf yang mengutip dari kamus besar Bahasa Indonesia, cerita diartikan dalam beberapa pengertian. Berikut adalah pengertian-pengertian tersebut.
1. Tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu peristiwa, kejadian dan sebagainya.
2. Karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang, kejadian, dan sebagainya. Baik sungguh-sungguh maupun rekaan belaka.
3. Lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan dan digambar hidup seperti sandiwara, wayang dan sebagainya.
Selain itu berbicara erat kaitannya dengan berbicara. http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/peningkatan-keterampilan-berbicara.html mengungkap tentang berbicara. Menurut situs tersebut berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami dengan cara membandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa. Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman mukapun dimanfaatkan dalam berbicara. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi, misalnya, tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaran. Berbicara tidak terlepas dari faktor neurologis yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makan, dan faktor liguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bercerita adalah kegiatan mengungkapkan serangkaian peristiwa. Baik cerita nyata maupun tidak nyata.
D. Kemampuan bercerita tahap SD
E.
F. Kemampuan siswa dalam memahami bacaan
Kemampuan memahami bacaan khususnya di kalangan pelajar masih rendah. Berdasarkan penelitian tentang yang telah dilakukan Internasional Education Achiecment (IEA) di Indonesia (http://repository.um.ac.id/index.php/Artikel-Jurnal-Perpustakaan-Sekolah/menumbuhkan-minat-baca-sejak-usia-dini.html). Ia melaporkan bahwa kemampuan membaca siswa SD di Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara peserta studi. Kesimpulan dari riset tersebut menyebutkan bahwa Indonesia menempatkan urutan ke-38 dari 39 negara. Angka-angka itu menggambarkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, kemampuan mamahami bacaan siswa tergolong rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang masih sering bertanya tentang jawaban yang sebenarnya sudah ada di bacaan. Melihat kenyataan tersebut maka tidak boleh dibiarkan dan harus segera diatasi.
B. Penyebab Kurangnya Pemahaman siswa terhadap Bacaan
Kemampuan membaca siswa banyak dipengaruhi oleh pengalaman membaca, kemampuannya menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan aspek kebahasaan, kondisi siswa, kondisi lingkungan belajar siswa dan penerapan guru dalam pembelajaran. Selain itu ada faktor penyebab lain seperti siswa dalam membaca tidak memperhatikan tanda baca dan intonasi, sehingga mengurangi makna dari bacaan tersebut.
C. Cara mengatasi masalah siswa dalam memahami bacaan.
Untuk mengatasi kurangnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan, guru diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada siswa tentang penggunaan tanda baca seperti : tanda titik (.), tanda koma (,), tanda Tanya (?), tanda seru (!), dan lain-lain.
Pada penerapan dalam pembelajaran guru harus memberikan contoh cara membaca yang benar sesuai tanda baca dan intonasi yang tepat, sehingga siswa dapat memahami isi bacaan dengan benar.
Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu bacaan melibatkan aspek pemahaman bahasa dan lambang tertulis.
Pemahaman bahasa dan lambang tertulis meliputi pemahaman:
a. kata - kata yang dipakai dalam bacaan;
b. istilah atau kata yang dipakai untuk makna tertentu yang terdapat dalam bacaan;
c. pola - pola kalimat dan bentuk- bentuk kata yang dipakai dalam bacaan;
d. menafsirkan dengan tepat lambang/tanda baca yang digunakan dalam bacaan.
Dari hasil proses pembelajaran, guru menemukan kurang adanya peningkatan nilai siswa dalam memahami bacaan, sehingga guru memakai cara lain yaitu dengan menggunakan metode yang tepat. Adapun cara-caranya sebagai berikut:
a. Guru membagikan bacaan kepada setiap siswa.
b. Siswa mencermati bacaan yang diberikan guru.
c. Membuat pertanyaan tentang bahan bacaan (materi bahan ajar).
d. Membaca bacaan dan mencari jawabannya.
e. Mempertimbangkan jawaban yang diberikan melalui pembahasan bersama.
f. Meninjau kembali isi bacaan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalahan Baahasa Indonesia di sekolah dasar pada aspek membaca yaitu kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu bacaan yang disebabkan oleh ketidakpahaman siswa tentang tanda baca dan intonasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran guru harus menjelaskan penggunaan tanda baca dan memberikan contoh cara membaca yang benar sesuai tanda baca dan intonasi yang tepat, sehingga siswa dapat memahami isi bacaan dengan benar.
B. Saran
Dari hasil pembahasan permasalahan yang telah diajukan diatas, maka:
1. Disarankan guru dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan.
2. Disarankan dalam menyampaikan materi tentang bacaan guru menggunakan metode yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Asti Purbarini, dkk. 2006. “Strategi Interaktif dalam Pengajaran Pemahaman Membaca Wacana Bahasa Perancis”. Dalamhttp://www.apfippsi.com/cadence18/pedagog18.html, diakses tanggal 04 April 2013.
Elva Satya Nugraha. 2007. “Cara Membaca yang Menyenangkan”. Dalamhttp://www.sekolahindonesia.com/NewDetailArtikel.htm. diakses tanggal 04April 2013.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
0 Response to "PTK Kesulitan Dalam Siswa Membaca Siswa SD Kelas Rendah"
Post a Comment