MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA KELAS V SD NEGERI 2 GUDANGHARJO TENTANG CAHAYA DAN SIFATNYA DENGAN
METODE BELAJAR
KELOMPOK DAN DEMONSTRASI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Danang
Adhi Setyawan[1][1]
ABSTRAK
DANANG ADHI S.2014,
“Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo Tentang Cahaya
dan Sifatnya Dengan Metode Belajar Kelompok dan Demonstrasi Semester 2 Tahun
Pelajaran 2013/2014”.
Penelitian
ini bertujuan untuk mengukur serta melakukan perbaikan belajar siswa pada
materi pokok Cahaya dan Sifat-sifatnya mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri
2 Gudangharjo, Kecamatan paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Dari penelitian yang
telah dilakukan yaitu dengan menggunaan metode belajar kelompok dan
demonstrasi. Dengan menggunakan metode tersebut pembelajaran dapat berjalan
secara aktif, kreatif serta menyenangkan sesuai dengan prinsip pembelajaran
(PAKEM), minat serta keaktifan siswa mengikuti pembelajaran dapat meningkat dan
sangat memuaskan sesuai dengan tujuan kompetensi yang diharapkan. Dapat diketahui bahwa hasil
belajar siswa meningkat setelah melalui beberapa proses perbaikan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2.
Dari pengumpulan data yang diperoleh dalam pembelajaran prasiklus hanya 42,85%
siswa yang tuntas belajar, siklus
1 meningkat menjadi 71,43% siswa yang mampu tuntas belajar, sedangkan
pada hasil pengumpulan data siklus 2 diketahui bahwa 100% siswa tuntas belajar.
Dengan data-data tersebut maka peneliti merasa bahwa penelitian yang
dilaksanakan ini berhasil dan sesuai dengan harapan.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Cahaya dan sifatnya, Kelompok dan Demonstrasi
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Identifikasi
Masalah
Indonesia
adalah Negara yang sangat dikenal sebagai Negara yang memiliki berbagai macam
keragaman, baik dari segi Sumber Daya Alam (SDA) maupun dari segi Sumber Daya
Manusia (SDM). Untuk dapat menjadi Negara yang maju dan mampu bersaing Sumber
Daya Manusia (SDM) menjadi hal yang paling diperhatikan. Supaya menjadi SDM
yang berkualitas, pendidikan adalah hal yang diutamakan. Demikian halnya
Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan
bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus
dibentuk. Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka
panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya
dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia
masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu
kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar
permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak
tahu darimana mesti harus diawali. Terkait dengan mutu pendidikan khususnya
pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI )
sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat
dengan hangat akan standarisasi Ujian Akhir Sekolah ( UAS ) dengan nilai masing
– masing mata pelajaran 4,50 dikeluhkan oleh semua
para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa sendiri, karena anak atau
siswanya tidak dapat lulus. Hal lucu yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Keberagaman jenis kepribadian, sifat, bahkan kondisi sosial
ekonomi pada siswa atau lingkungan keluarga seharusnya
tidak menjadi penyebab terjadinya masalah dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seorang
guru harus mampu menguasai materi pembelajaran sekaligus mampu memadukannya
dengan cara-cara mengajar yaitu dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu sebagai pengajar atau Guru
dituntut untuk memiliki kreatifitas dan inovasi dalam melakukan sebuah
pembelajaran supaya pelaksanaan pembelajaran yang Produktif, Aktif, kreatif,
dan menyenangkan dapat tercapai.
Analisis Masalah
Dari
berbagai masalah atau kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran
khususnya pada siswa didik kami kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan
Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. Dalam penyampaian
pembelajaran seringkali Guru menghadapi masalah dalam penyampaian pelajaran. Dalam pembelajaran IPA
yang kami laksanakan pada kelas V SDN II Gudangharjo, siswa terlihat kurang
bersemangat dan pasif dalam menanggapi materi yang kami sampaikan. Dari 14 siswa
kelas 5 yang menjadi penelitian kami, hanya 6 siswa yang dapat memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam materi
“Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.
Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dengan hal tersebut maka perbaikan dalam
pembelajaran harus kami lakukan pada siswa kami kelas V SDN II Gudangharjo,
Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri. kami menyadari bahwa
Guru diharuskan benar-benar kretif dalam menyampaikan
pembelajaran serta mencari metode penyampaian materi yang lebih bervariasi.. Maka
dari itu kami sebagai Guru terus berupaya untuk menciptakan kondisi yang
menyenangkan bagi siswa, serta melakukan metode-metode yang beraneka ragam
untuk terus membangkitkan motivasi siswa. Salah satunya yaitu dengan penggunaan
alat bantu yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi
siswa untuk belajar. Dengan harapan agar siswa dapat lebih aktif dan
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat
berprestasi dan hasil belajar siswa dapat terus meningkat. Melihat kondisi
rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan
salah satunya adalah pemberian tugas
kepada siswa selain itu dengan pembelajaran secara
kelompok serta penggunaan Alat peraga diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas
belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang
diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar dan
prestasi siswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
ü Apakah pembelajaran secara kelompok dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN II Gudangharjo?
ü Bagaimana cara untuk
membangkitkan minat siswa dalam mengikuti dan menyimak pembelajaran yang
disampaikan?
Tujuan Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Berikut adalah
tujuan penelitian dari rumusan masalah dalam penelitian ini:
1.
Untuk memberi dan
menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti dan menyimak pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang
disampaikan oleh Guru.
2.
Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode belajar
kelompok dan Demonstrasi
menggunakan Alat peraga
dalam pembelajaran khususnya untuk siswa
kelas V SDN II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Dari Penelitian yang kami tulis ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. SDN II Gudangharjo
Dengan
hasil penelitian ini diharapkan SDN II Gudangharjo dapat
lebih meningkatkan kualitas pembelajaran agar
prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada
pelajaran lain.
b. Guru
Sebagai
bahan masukan guru tentang alternatif pembelajaran yang bisa
digunakan dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kelasnya.
c. Siswa
siswa lebih
aktif, kreatif untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan cara membangun
pikirannya sendiri dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.
Kajian
Pustaka
Kajian
Teori
Motivsi Belajar
Telah banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik kepribadian dan
performasi calon guru dilakukan. Namun bukti yang berkaitan dengan sifat
hubungan ini masih belum jelas. Para ahli psikologi yang tertarik dengan
penelitian karakteristik kepribadian, motivasi, dan prilaku manusia, percaya
bahwa motivasi memberikan ragam dalam intensitas prilaku manusia, serta arah
terhadap prilaku tersebut.
Kebutuhan penelitian yang berhubungan dengan motivasi dalam dunia
pendidikan guru telah diidentifikasi oleh Turner sejak tahun 1975 yang
menyatakan bahwa:
Studies ...
probe more deeply into the motivational basis ... [of student teachers] are
needed. An efficient professional training system is one which invest substantial
fund in the training ... [of] ... the least ... motivated candidates. A more
efficient system would devote more intense and systematic training of the most
talented and well motivated aspirants (hal.108-109).
Pentingnya kebutuhan tersebut juga telah dibahas oleh Howson (1976) dalam
laporan The Bicentennial Commission on Education for the Profession
of Teaching, yang menyatakan bahwa "society now demands
a new breed of teachers – a well
prepared, high motivated professional".
Teori motivasi Maslow (1954) menyatakan bahwa:
An attempt
to formulate a positive theory of
motivation which will satisfy theoretical demands
[while] confirming to known facts (about
human behavior), clinical and observational, as
well as experimental .
Teori yang digambarkan oleh Maslow tersebut memfokuskan pada 5 tingkatan
kebutuhan (needs). Kebutuhan tersebut menggambarkan suatu kekuatan di belakang
prilaku manusia; dan tingkat kebutuhan seseorang akan berbeda tergantung kepada
individu masing-masing yang memerlukan kebutuhan itu. Kelima kebutuhan yang
diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman
(emosional), rasa memiliki (sosial), status-ego (personal), dan aktualisasi
diri (personality). Menurut Maslow, suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila
kebutuhan yang pada tingkatan yang lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur
dalam suatu hirarki yang disebut prepotensi. Misalnya, seseorang tak akan
berhasil memenuhi kebutuhan aktualisasi diri (pengembangan diri) bila taraf
pertama yang paling fundamental, yakni kebutuhan fisiologis (seperti makanan,
minuman, dan sandang) tidak terpenuhi. Kebutuhan tersebut harus dapat dicapai
agar kebutuhan-kebutuhan individu lainnya dapat dipuaskan, dan dimulai dari
kebutuhan dasar (fisiologis).
Teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk
menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja (Robert,
1972). Wamer (1978) juga telah melakukan penelitian tentang hubungan antara
mahasiswa calon guru dalam hubungannya dengan praktek mengajar. Hasil
penelitian Wamer menunjukkan bahwa ada hubungan yang logis antara hirarki
kebutuhan Maslow, sikap kependidikan, dan konsep diri mahasiswa.
Para ahli psikologi menyatakan tentang adanya dua variabel sikap, yaitu:
(a) sikap terhadap mengajar (Young, 1973), dan (b) konsep diri (Le Benne dan
Gresene, 1965) yang secara erat dapat disatukan dengan motivasi; dengan asumsi
bahwa variabel sikap bukan hanya memiliki kualitas motivasi yang dapat tumbuh
dan mengatur prilaku, tetapi juga memberikan arah terhadap prilaku individu.
Aspek motivasi dari sikap dinyatakan oleh Young (1973):
As primary
motives (attitudes) arouse behavior; they sustain
or terminate an activity and progress, they
regulate and organize behavior ... and they
lead to the acquisition of motives, stable
dispositions to act.
Pernyataan tersebut menggambarkan bagaimana sikap dapat membangkitkan,
mengatur dan mengorganisasikan prilaku individu terhadap sekumpulan objek.
Walau pun hubungan antara sikap dan prilaku tidak secara mudah dapat
diidentifikasi, namun fungsi sikap dapat masuk dan menentukan prilaku manusia.
Menurut Peak (1955), sikap memiliki "the effect emphasizing
objects ... with the result that their
probability of activation and of choice and
selection is increased". Dengan kata lain, sikap
dapat mengatur apakah seseorang dapat menerima atau menolak terhadap rangsangan
suatu objek, misalnya perasaan suka dan tidak suka, menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Kesimpulannya, sikap terhadap suatu objek dapat mempengaruhi
pilihan seseorang terhadap objek tersebut, dan oleh karena itu dapat menentukan
arah yang akan diambil oleh individu yang bersangkutan.
Karakteristik
IPA di SD
Dalam perkembangannya usia anak sangat menentukan
dalam mental dan proses berpikir anak untuk memahami serta melakukan tindakan
dengan apa yang telah dipelajarinya. Dalam teorinya Jean Piaget menyebutkan
kurang lebih ada empat tahapan dalam perkembangan anak. Diantaranya tahap
Sensori motor, Pre-operasional, Konkret Operasional, serta Formal Operasional.
Pada tahap Konkret Operasional berawal pada anak usia 7 tahun dan berakhir pada
usia 11 tahun. Anak kelas 5 SD bisa dogolongkan kedalam tahap Konkret
Operasional. Pada tahap ini ciri pola berfikir anak adalah dapat melakukan
konservasi logika tentang kelas dan hubungan pengetahuan tentang angka berpikir
terkait dengan yang nyata.
Dari pendapat tersebut bisa dikatakan bahwa tahap
berpikir anak kelas 5 SD yang rata-rata masih berusia antara 10-11 tahun dalam
proses berpikirnya masih terbatas dengan hal apa yang dilihatnya. Dalam usia
dalam tahapan tersebut anak belum dapat melakukan pemikiran yang bersifat
proporsional untuk melakukan hipotesis. Dari beberapa hal dasar tersebut maka
penelitian tentang pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Gudangharjo Kecamatan
Paranggupito, Kabupaten Wonogiri kami lakukan.
Kajian
tentang Alat Peraga
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses
belajar mengajar. Penggunaannya sangat dianjurkan agar proses belajar mengajar
antara guru dan murid tidak membosankan, serta dapat merangsang keaktifan,
minat dan kreativitas siswa. Dengan demikian, kreatifitas guru dalam
memanfaatkan media pembelajaran akan sangat dominan pengaruhnya untuk
mewujudkan keaktifan, minat, dan kreativitas siswa tersebut.
Menurut Heinich (dalam Winataputra, 1997), media berasal dari bahasa latin,
merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti
perantara (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan
(receiver). Sebagai perantara media pengajaran mencakup dua unsur, yaitu unsur
perangkat keras atau peralatan (hard ware) dan unsur pesan (message) atau
perangkat lunak (soft ware).
Senada dengan itu, Soeparno (1988) mengemukakan bahwa media adalah suatu
alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan
(message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya
(receiver). Dalam dunia pengajaran, pada umumnya pesan atau informasi tersebut
berasal dari sumber informasi, yakni guru; sedangkan sebagai penerima
informasinya adalah siswa. Pesan atau informasi yang dikomunikasikan tersebut
berupa sejumlah kemampuan yang perlu dikuasai oleh para siswa.
Masih banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi
dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Commonication
Technology/AECT) di Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk dan
saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970
dalam Sadiman, 1986) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu
Briggs (1970 dalam Sadiman, 1986) berpendapat bahwa media adalah segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku,
film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.
Agak berbeda dengan itu semua adalah batasan yang diberikan oleh Asosiasi
Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA). Dikatakan bahwa media
adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan
dibaca (Sadiman, 1986). Informasi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada
siswa menggunakan sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan
pesan/bahan ajar tersebut kepada siswa. Jadi media pengajaran adalah sarana
atau alat bantu perantara yang digunakan guru atau siswa dalam proses belajar
mengajar untuk menyalurkan pesan/informasi pembelajaran dari sumber pesan ke
penerima pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa serta
mencegah vebalisme sehingga mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam
mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi media pengajaran di atas, maka dapat ditegaskan pula
bahwa media pengajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) atau pengirim
kepada penerimanya (receiver) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang
efektif terjadi.
2. Manfaat Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran mempunyai manfaat atau kegunaan-kegunaan
sebagai berikut ini. (1) Memperjelas penyajian
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis
atau lisan belaka). (2) Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
a) objek yang
terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau
model;
b) objek yang
kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film atau gambar;
c) gerak yang
terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-sped
photo-graphy;
d) kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman
film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
e) objek yang
terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram,
dan lain-lain; dan
f) konsep yang
terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat
divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
(3) Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran bermanfaat
untuk:
a)
menimbulkan
kegairahan belajar;
b)
memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan
kenyataan;
c)
memungkinkan
anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
(4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan
bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi latar belakang lingkungan
guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media
pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya dalam:
a) memberikan
perangsang yang sama.
b) mempersamakan
pengalaman.
c) menimbulkan
persepsi yang sama.
3. Media, Alat Pelajaran, dan Alat Peraga
Media pengajaran berbeda dengan alat pelajaran maupun dengan alat peraga.
Alat pelajaran adalah alat yang dipakai untuk menunjang berlangsungnya proses
belajar mengajar. Jadi, merupakan peralatan yang semata-mata dipandang dari
segi hardware-nya saja. Dengan kata lain dapat disebutkan, alat pelajaran
adalah hardware (perangkat keras) yang belum diisi program atau memang tidak
dapat diisi program. Papan tulis yang masih bersih merupakan alat pelajaran
yang belum diisi suatu program, sedangkan kapur tulis dan penghapus papan tulis
merupakan alat pelajaran yang memang tidak dapat diisi suatu program. Dengan
demikian, papan tulis yang masih bersih, kapur tulis, dan penghapus papan tulis
tersebut bukan media pengajaran, melainkan sebagai alat pelajaran saja, sebab
alat-alat tersebut tidak dapat diisi program pengajaran.
Media merupakan paduan antara hardware dan software. Software (perangkat
lunak) adalah suatu program yang diisikan pada hardware. Hardware yang telah
diisi dengan software atau perangkat keras yang telah diisi dengan perangkat
lunak barulah dapat disebut media. Media berbeda juga dengan alat peraga. Alat
peraga pada hakikatnya hanya merupakan alat yang berfungsi memvisualkan suatu
konsep tertentu saja.
Dilihat dari segi penggunaannya pun alat peraga berbeda pula dengan alat
pelajaran maupun media. Penggunaan alat peraga dan alat pelajaran seratus
persen di tangan guru. Tanpa guru alat peraga dan alat pelajaran tidak akan ada
artinya. Lain halnya dengan media, tanpa kehadiran guru pun tetap dapat
berfungsi sebagai pencipta suasana belajar.
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditegaskan pula bahwa yang dimaksud
dengan alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru dalam proses
belajar mengajar dan berfungsi untuk menyalurkan pesan (message) atau informasi
kepada penerimanya (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang
efektif terjadi
Pelaksanaan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
serta Pihak yang Membantu
1. Subjek penelitian
Subyek
dalam peniltian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Gudangharjo Kecamatan
Paranggupito, Kabupaten Wonogiri jumlah siswa 14 orang. Pertimbangan penulis
mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas V telah mampu dan
memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas seperti PR, karena siswa kelas V
telah mampu membaca dan menulis serta berhitung yang cukup, selain itu
penulis pengajar di kelas V.
2. Tempat Penelitian
Dalam
penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN 2 Gudangharjo Kecamatan Paranggupito,
Kabupaten Wonogiri penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan
bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang
waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.
3. Waktu Penelitian
Dengan
beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu
penelitian selama 2 bulan April s.d Mei. Waktu
dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada
semester II Tahun pelajaran 2013/2014.
4.
Lama
Tidakan
Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan April s.d Mei,
mulai dari Pra Siklus, siklus I, Siklus II.
5.
Kelas
dan Mata Pelajaran
Pelaksanaan penelitian
dilakukankan di kelas V SD Negeri II Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten
Wonogiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi pokok Cahaya
dan Sifat-sifatnya.
6.
Pihak
yang Membantu penelitian
Pihak-pihak yang membantu
terlaksanakannya penelitian antara lain:
1.
Rakimin,
S.Pd SD Kepala SD Negeri 2 Gudangharjo.
2.
Sukisti,
S.Pd sebagai teman sejawat atau supervisor 2.
3.
Drs.
Sidik Purnomo sebagai supervisor 1.
4.
Siswa-siswi
SD Negeri 2 Gudangharjo khusunya kelas V sebagai objek yang diteliti.
B.
Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian
perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan langkah-langkah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi
penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas
pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian.
2. Tindakan atau
pelaksanaan dan pengamatan yang mencakup :
a.
Pra
Siklus
b.
Siklus
I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
c.
Siklus
II, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
3. Refleksi, dimana
perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat menentukan
kesimpulan atau hasil dari penelitian.
Dari berbagai kegiatan setiap Siklus
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Pra
Siklus
1.
Perencanaan
Dalam taham perencanaan pra
siklus penulis tidak terlalu banyak melakukan kegiatan lain. Penulis melakukan
kegiatan pembelajaran seperti rutinitas dan prosedur yang ada sesuai RPP pra
siklus.
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dalam
pra siklus penulis dapat uraikan sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Apersepsi
dan Motivasi :
Memahami peta konsep tentang cahaya
b) Kegiatan Inti
1.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
· Siswa dapat
Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
· Melibatkan
peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
2. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
· Membuat kaca pembesar dari
air
· Membuat kaca pembesar dari bohlam
· memfasilitasi
peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
· memberi
kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak
tanpa rasa takut
· Uji kompetensi
3. Konfirmasi
Dalam kegiatan
konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal
yang belum diketahui siswa
a) Penutup
Pekerjaan rumah
3.
Pengamatan
kegiatan
Penulis melakukan
Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2 sebagai bahan perbaikan
utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 1.
4.
Refleksi
Dari hasil pengamatan yang
dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil pembelajaran pada kegiatan pra siklus
tidak mendapatkan hasil yang bagus dan memuaskan. Dimana masih banyak siswa
yang tidak mendapatkan nilai diatas KKM, dari hasil pengamatan tersebut maka
penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran.
Siklus
1
1.
Perencanaan
Setelah mengetahui hasil
pengamatan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya maka penulis melakukan
beberapa hal diantaranya:
1.
Membuat
Rencana Perbaikan Pembelajaran,
2.
Menyusun
tugas dan lembar kerja siswa,
3.
Menyiapkan
alat peraga.
2.
Pelaksanaan
a)
Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
· Membuka pelajaran dengan salam dan
berdoa
· Mengabsen kehadiran siswa
· Memahami peta konsep tentang cahaya
Guru
bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang
menggunakan lensa?”.
b)
Kegiatan Inti
1.
Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
· Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
· Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
· Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan
prinsip cahaya ( kaca pembesar, priskop, cakram warna)
· Siswa mengamati benda-benda yang
ditunjukkan oleh guru.
· Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing
benda tersebut.
· Siswa bertanya tentang hubungan
cahaya dengan benda-benda tersebut.
· Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada
benda-benda tersebut.
· Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan
kaca pembesar.
2.
Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi, guru:
· Guru
membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.
· Siswa berkumpul dan membentuk
kelompok masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan
seterusnya)
· Guru
menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca pembesar.
· Guru
menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
· Siswa memperhatikan penjelasan
tentang proses pembuatan priskop dan kaca pembesar.
· Guru
menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca
pembesar.
· Kelompok
siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
· Guru
membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca pembesar kepada
masing-masing kelompok.
· Siswa mulai membuat priskop atau
kaca pembesar.
· Guru
berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
· Guru
menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca
pembesar.
· Siswa menanyakan tentang kesulitan
yang dialaminya.
· Guru menyuruh
masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun
kesimpulan ke depan kelas.
· Kelompok
siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan karya yang mereka
buat.
· Guru
membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat duduk masing-masing
· Guru
memberikan soal uji kompetensi.
· Siswa mengerjakan soal yang
diberikan guru.
3.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
· Guru kembali melakukan tanya jawab
tentang hal-hal yang belum diketahui atau
yang kurang dipahami siswa .
· Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
Guru menjelaskan
kembali hal yang belum dipahami siswa
c)
Penutup
· Guru
mengadakan evaluasi kepada siswa
Guru
menutup pelajaran dengan Doa dan Salam.
3. Pengamatan kegiatan
Penulis melakukan
Pengamatan hasil kegiatan bersama dengan supervisor 2 sebagai bahan perbaikan
utntuk bahan dasar pelaksanaan Siklus 2.
4. Refleksi
Dari hasil pengamatan yang
dilaksanakan bersama supervisor 2, hasil pembelajaran pada kegiatan siklus 1
belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Dimana masih ada beberapa siswa yang
belum mendapatkan nilai diatas KKM, dari hasil pengamatan tersebut maka penulis
melakukan rencana perbaikan pembelajaran siklus 2.
Siklus
2
1.
Perencanaan
Setelah mengetahui hasil
pengamatan dari kegiatan pembelajaran pada siklus 1 maka penulis dalam tahap
persiapan pada siklus 2 ini melakukan beberapa hal diantaranya:
1.
Membuat
Rencana Perbaikan Pembelajaran,
2.
Menyusun
tugas dan lembar kerja siswa,
3.
Menyiapkan
alat peraga, dan
4.
Menyiapkan
lembar evaluasi siswa.
2.
Pelaksanaan
a)
Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
· Membuka pelajaran dengan salam dan berdoa
· Mengabsen kehadiran siswa
· Memahami peta konsep tentang cahaya
· Menyampaikan
Indikator Pencapaian Kompetensi dan kompetensi yang diharapkan.
· Guru memberikan
motivasi kepada siswa ” anak-anak kalian pasti bisa memahami materi ini asalkan
kalian serius memperhatikan penjelasan dari pak guru”.
Guru
bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang
menggunakan lensa?”.
b)
Kegiatan Inti
1.
Eksplorasi
Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
· Guru menjelaskan tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.
· Siswa memperhatikan penjelasan dari
guru tentang cahaya dan sifat-sifatnya.
· Guru menunjukkan benda-benda yang penggunaannya menggunakan
prinsip cahaya ( kaca pembesar, priskop, cakram warna)
· Siswa mengamati benda-benda yang
ditunjukkan oleh guru.
· Guru menjelaskan pengertian dan kegunaan dari masing-masing
benda tersebut.
· Siswa bertanya tentang hubungan
cahaya dengan benda-benda tersebut.
· Guru menjelaskan penerapan sifat-sifat cahaya pada
benda-benda tersebut.
· Guru memberi kesempata kepada siswa untuk bertanya tentang
hal yang belum dipahami tentang fungsi dan kegunaan benda-benda tersebut.
· Guru menunjukkan contoh karya sederhana dari priskop dan
kaca pembesar.
2.
Elaborasi
Dalam kegiatan
elaborasi, guru:
· Guru membuat kelompok siswa masing-masing 3-4 orang.
· Siswa berkumpul dan membentuk kelompok masing-masing
berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
· Guru menyiapkan alat-alat untuk membuat priskop dan kaca
pembesar.
· Guru menjelaskan dan menunjukkan proses pembuatan priskop
dan kaca pembesar.
· Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan
priskop dan kaca pembesar.
· Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk memilih membuat
priskop atau membuat kaca pembesar.
· Kelompok siswa menentukan pilihan untuk membuat priskop atau
kaca pembesar.
· Guru membagikan peralatan untuk membuat priskop dan kaca
pembesar kepada masing-masing kelompok.
· Siswa mulai membuat priskop atau kaca pembesar.
· Guru berkeliling mengamati kegiatan masing-masing kelompok.
· Guru menanyakan tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
membuat priskop dan kaca pembesar.
· Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
· Guru menyuruh masing-masing kelompok untuk mendemonstrasikan
dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan kelas.
· Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan
kegunaan karya yang mereka buat.
· Guru membubarkan kelompok dan siswa dikembalikan ke tempat
duduk masing-masing
· Guru memberikan soal uji kompetensi.
· Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
3.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
· Guru kembali
melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa .
· Siswa menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya.
· Guru memberikan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan
dari temannya.
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan
pemahaman, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c)
Penutup
·
Guru memberikan motivasi untuk
memodifikasi hasil rancangan sehingga menghasilkan karya/model yang terbaik.
·
Guru memberi motivasi untuk
mengulang materi di rumah
3. Pengamatan kegiatan
Supervisor 1 dan supervisor
2 melakukan pengamatan terhadap jalannya pembelajaran.
4. Refleksi
Dari hasil pembelajaran
siklus 2 ini peneliti berkonsultasi kepada para supervisor. Dari refleksi dari supervisor
pembelajaran dari siklus kedua ini sudah berjalan dengan baik dan tidak perlu
dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pelaksanaan siklus kedua ini dapat
disimpulkan tujuan pembelajaran dapat tercapai, dimana para siswa sudah
mendapat dilai diatas KKM yang ditentukan.
C.
Teknik Analisis Data
Dalam tahap ini untuk
proses pengumpulan data penulis analisis secara kuantitatif. Proses analisis
data penulis anggap yang paling penting karena data yang akurat dan efektif
akan sangat menentukan tindakan pada penelitian yang dilakukan. Teknik
observasi selain dari pengamatan hasil kegiatan praktik siswa, juga dengan tes
pilihan ganda dan uraian menjadi metode pilihan untuk mengumpulkan data siswa.
Dari hasil observasi yang
telah dilakukan, diketahui dalam tahap pra siklus hanya 42,85% siswa yang mampu
memahami atau yang tuntas belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya”.
Dengan data tersebut penulis harus melakukan penelitian terhadap metode
pembelajaran maupun terhadap suatu objek untuk mencari penyebab rendahnya hasil
belajar siswa dan selanjutnya dilakukan perbaikan.
Hasil
dan Pembahasan
Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Deskripsi
Pra Siklus
Kegiatan
belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Alam pada tahap ini di SD Negeri 2
Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri berjalan kurang baik
dan tidak efektif. Ini terlihat dari sikap siswa yang tidak bersemangat
mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung, selain itu siswa tidak focus
dan aktif dalam pembelajaran. Dan sampai pada akhirnya hasil kegiatan
pembelajaran tidak dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kesimpulan tersebut diperkuat dari hasil evaluasi siswa, dari 14 siswa kelas V
yang mengikuti tes evaluasi hanya 6 siswa yang dapat
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas
belajar dalam materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan.
Dari hasil
pembelajaran tersebut, penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan metode belajar kelompok dan demonstrasi dalam materi cahaya dan
sifat-sifatnya. Dengan metode tersebut diharapkan pembelajaran dapat berjalan
lebih baik dan efektif juga siswa lebih bersemangat dan aktif mengikuti pembelajaran.
Berikut adalah data hasil kegiatan
pembelajaran pra siklus :
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65
Jumlah siswa tuntas belajar : 6 siswa ( 4 laki-laki, 2
perempuan)
Jumlah siswa belum tuntas belajar : 8 siswa ( 6 laki-laki, 2 perempuan )
Prosentase Nilai :
Siswa
yang sudah tuntas : = 42,85%
Siswa
yang belum tuntas : = 57,14%
Deskripsi
Siklus 1
Rencana
perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014,
dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan
pelaksanaanya.
a) Perencanaan
Dari hasil pengamatan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri
2 Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri mengikuti
pembelajaran pra siklus. Dapat diketahui hasil belajar siswa masih jauh dari tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Dimana hanya 42,85% siswa yang mampu mendapat
nilai KKM atu yang tuntas belajar.
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
kegiatan pra siklus untuk mencari metode pemecahan masalah untuk meningkatkan
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Gudangharjo.
b) Pelaksanaan
Sesuai dengan data yang diperoleh dari pengamatan kegiatan
pra siklus, diketahui permasalahannya adalah siswa terlihat bosan dan kurang
aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan Materi cahaya dan sifat-sifatnya.
Maka dari itu penulis melakukan rencana perbaikan pembelajaran di kelas V SD
Negeri 2 Gudangharjo dengan metode belajar kelompok dan demonstrasi dengan
harapan hasil belajar siswa dapat meningkat. Berikut adalah tahap-tahap pelaksanaan
kegiatan siklus 1 :
1.
Guru membuka pelajaran dengan berdoa
dan memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.
2.
Untuk memberi apresiasi guru
bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang
menggunakan lensa?”.
3.
Selanjutnya guru menjelaskan tentang
materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan guru.
4.
Guru menunjukkan benda-benda yang
cara kerjanya menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati benda-benda yang
ditunjukkan oleh guru.
5.
Guru menjelaskan pengertian dan
kegunaan dari masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan
cahaya dengan benda-benda tersebut.
6.
Guru menjelaskan penerapan
sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
7.
Guru menunjukkan contoh karya
sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
8.
Selanjutnya Guru membuat kelompok
siswa masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan membentuk kelompok
masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
9.
Guru menyiapkan alat-alat untuk
membuat priskop dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan dan menunjukkan proses
pembuatannya, Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop
dan kaca pembesar.
10.
Guru menyuruh masing-masing kelompok
untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa
menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
11.
Guru membagikan peralatan untuk
membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai
membuat priskop atau kaca pembesar.
12.
Guru berkeliling mengamati kegiatan
masing-masing kelompok, Guru menanyakan
tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar,
Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
13.
Guru menyuruh masing-masing kelompok
untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan
kelas, Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan
karya yang mereka buat.
14.
Guru membubarkan kelompok dan siswa
dikembalikan ke tempat duduk masing-masing selanjutnya memberikan soal uji
kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
15.
Guru kembali
melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang
kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
16.
Guru menutup pelajaran dengan Doa
dan Salam.
c) Observasi
Dalam langkah observasi peneliti mengumpulkan data-data
pengamatan terhadap proses kegiatan yang berlangsung. Observasi dilakukan untuk
mengamati kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung selain
itu observasi juga dilakukan terhadap metode dan cara mengajar yang dilakukan
oleh guru yang mengajar. Berikut adalah data-data observasi dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65
Jumlah siswa tuntas belajar : 10 siswa ( 8 laki-laki, 2
perempuan)
Jumlah siswa belum tuntas belajar : 4 siswa ( 2 laki-laki, 2 perempuan )
Prosentase Nilai :
Siswa
yang sudah tuntas : = 71,43%
Siswa
yang belum tuntas : = 28,57%
Deskripsi Siklus 2
Rencana
perbaikan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2014,
dilaksanakan satu kali pertemuan 2x35 menit. Berikut tahapan-tahapan
pelaksanaanya.
a) Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap
kegiatan siklus 1 untuk mencari metode
pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 2
Gudangharjo.
b) Pelaksanaan
Sesuai dengan data yang diperoleh dari data siklus 1, bahwa
hasil yang diperoleh dari pembelajaran siswa sudah ada kemajuan tetapi masih
ada beberapa hal yang harus dikembangkan agar tujuan kompetensi dapat tercapai.
Dari data siklus 1 dapat diketahui bahwa minat siswa dalam mengikuti pelajaran
belum maksimal. Dalam siklus 2 ini peneliti diharapkan untuk memberi motivasi
lebih untuk meningkatkan minat siswa mengikuti pelajaran, berikut uraian
kegiatan siklus 2 :
1.
Guru membuka pelajaran dengan berdoa
dan memberi salam kemudian mengabsen kehadiran siswa.
2.
Guru menyampaikan indikator
pencapaian kopetensi yang diharapkan kepada siswa.
3.
Guru memberi motivasi kepada siswa ” anak-anak
kalian pasti bisa memahami materi ini asalkan kalian serius memperhatikan
penjelasan dari pak guru”.
4.
Untuk memberi apresiasi guru
bertanya kepada siswa “ Anak-anak coba siapa yang tahu benda apa saja yang
menggunakan lensa?”.
5.
Selanjutnya guru menjelaskan tentang
materi cahaya dan sifat-sifatnya, siswa memperhatikan penjelasan yang
disampaikan guru.
6.
Guru menunjukkan benda-benda yang
cara kerjanya menggunakan prinsip cahaya, siswa mengamati benda-benda yang
ditunjukkan oleh guru.
7.
Guru menjelaskan pengertian dan
kegunaan dari masing-masing benda tersebut, Siswa bertanya tentang hubungan
cahaya dengan benda-benda tersebut.
8.
Guru menjelaskan penerapan
sifat-sifat cahaya pada benda-benda tersebut.
9.
Guru menunjukkan contoh karya
sederhana dari priskop dan kaca pembesar.
10.
Selanjutnya Guru membuat kelompok
siswa masing-masing 3-4 orang, Siswa berkumpul dan membentuk kelompok
masing-masing berdasarkan urutan absensi (1,2,3) (4,5,6) (dan seterusnya)
11.
Guru menyiapkan alat-alat untuk
membuat priskop dan kaca pembesar dan Guru menjelaskan dan menunjukkan proses
pembuatannya, Siswa memperhatikan penjelasan tentang proses pembuatan priskop
dan kaca pembesar.
12.
Guru menyuruh masing-masing kelompok
untuk memilih membuat priskop atau membuat kaca pembesar dan Kelompok siswa
menentukan pilihan untuk membuat priskop atau kaca pembesar.
13.
Guru membagikan peralatan untuk
membuat priskop dan kaca pembesar kepada masing-masing kelompok, Siswa mulai
membuat priskop atau kaca pembesar.
14.
Guru berkeliling mengamati kegiatan
masing-masing kelompok, Guru menanyakan
tentang kesulitan yang dialami siswa dalam membuat priskop dan kaca pembesar,
Siswa menanyakan tentang kesulitan yang dialaminya.
15.
Guru menyuruh masing-masing kelompok
untuk mendemonstrasikan dan memberi penjelasan maupun kesimpulan ke depan
kelas, Kelompok siswa bergantian mendemonstrasikan dan menjelaskan kegunaan
karya yang mereka buat.
16.
Guru membubarkan kelompok dan siswa
dikembalikan ke tempat duduk masing-masing selanjutnya memberikan soal uji
kompetensi dan Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru.
17.
Guru kembali
melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui atau yang kurang dipahami siswa dan Siswa menanyakan hal-hal yang
kurang dipahaminya selanjutnya Guru menjelaskan kembali hal yang belum dipahami siswa
18.
Guru menutup pelajaran dengan Doa
dan Salam.
c) Hasil
kegiatan
Keterangan :
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) : 65
Jumlah siswa tuntas belajar : 14 siswa ( 10 laki-laki, 4
perempuan)
Jumlah siswa belum tuntas belajar : 0 siswa ( 0 laki-laki, 0 perempuan )
Prosentase Nilai :
Siswa
yang sudah tuntas : = 100%
Siswa
yang belum tuntas : = 0%
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Seperti Teori motivasi Maslow (1954) yang menyatakan menyatakan bahwa:
An attempt
to formulate a positive theory of
motivation which will satisfy theoretical demands
[while] confirming to known facts (about
human behavior), clinical and observational, as
well as experimental .
Dari teori Maslow tersebut dapat
ditarik pelajaran bahwa setiap peserta didik yang kami teliti juga membutuhkan
kebutuhan dasar (fisiologis), rasa aman (emosional), rasa memiliki (sosial),
status-ego (personal), dan aktualisasi diri (personality). Menurut Maslow,
suatu kebutuhan hanya dapat dipuaskan bila kebutuhan yang pada tingkatan yang
lebih rendah telah terpenuhi, yang diatur dalam suatu hirarki yang disebut
prepotensi. Dengan metode yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan metode
belajar kelompok dan demonstrasi, peserta didik merasa diwakili dan dipenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari
kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus 2, dari hasil kelulusan siswa pada
kegiatan pra silkus yang hanya 42,85% siswa yang mampu memahami atau yang tuntas belajar dalam
materi “Cahaya dan sifat-sifatnya” yang kami sampaikan, dan pada akhirya dapat
tuntas belajar 100% pada kegiatan belajar siklus 2. Dari dasar tersebut penulis
sebagai peneliti merasa berhasil dan puas dalam pelaksanaan penelitian yang
telah dilakukan di SD Negeri 2 Gudangharjo, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten
Wonogiri.
Simpulan
dan Saran Tindak Lanjut
Simpulan
Dari penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan,
penulis memberi kesimpulan bahwa :
1.
Pembelajaran dengan metode kelompok
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
2.
Pemberian motivasi dalam awal
kegiatan dapat menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran IPA di SD Negeri 2
Gudangharjo.
3.
Dengan metode demonstrasi sisfa
dapat lebih aktif dan kreatif untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran.
Saran
Tindak Lanjut
Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan masukan
terhadap pembaca maupun dalam kegiatan pendidikan bahwa :
1.
Hal pertama yang harus dilakukan
dalam melaksanakan pelajaran adalah menarik perhatian siswa dan memfokuskan
perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan.
2.
Penggunaan metode yang bervariasi
dari guru dapat membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran.
3.
Dengan metode kelompok guru dapat
meningkatkan pengetahuan siswa secara lebih merata.
4.
Dengan metode demonstrasi guru dapat
melihat langsung kemampuan siswa dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa.
5.
Diharapkan dari semua pihak khususya
dari pihak sekolah maupun dinas pendidikan dapat memberikan dukungan
menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan supaya tujuan
pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.
Daftar
Pustaka
Haryanto.
(2011). Macam-macam Metode Pembelajaran. From
http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/, 2014
Rustaman,
Nuryani. (2012). Materi dan Pembelajaran
IPA SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Supriati,
Amalia. (2009). Pembelajaran IPA di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka
Wardani,
IG.A.K dkk. (2007). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani,
IG.A.K dkk. (2011). Teknik Menulis
Karya Ilmiah.
Jakarta; Penerbit Universitas Terbuka.
Wardani,
IG.A.K dkk. (2013). Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Admin,
(2009). Alat Peraga Pembelajaran. From
http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/, 2014
Wibowo,
Timothy (2010). From www.pendidikankarakter.com/macam-macam-kepribadian-anak/, 2014